تَضَمَّنَ اللَّهُ لِمَنْ خَرَجَ فِي
سَبِيلِهِ لَا يُخْرِجُهُ إِلَّا جِهَادًا فِي سَبِيلِي وَإِيمَانًا بِي
وَتَصْدِيقًا بِرُسُلِي فَهُوَ عَلَيَّ ضَامِنٌ أَنْ أُدْخِلَهُ
الْجَنَّةَ أَوْ أَرْجِعَهُ إِلَى مَسْكَنِهِ الَّذِي خَرَجَ مِنْهُ
نَائِلًا مَا نَالَ مِنْ أَجْرٍ أَوْ غَنِيمَةٍ وَالَّذِي نَفْسُ
مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ مَا مِنْ كَلْمٍ يُكْلَمُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلَّا
جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ كَهَيْئَتِهِ حِينَ كُلِمَ لَوْنُهُ لَوْنُ
دَمٍ وَرِيحُهُ مِسْكٌ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوْلَا أَنْ
يَشُقَّ عَلَى الْمُسْلِمِينَ مَا قَعَدْتُ خِلَافَ سَرِيَّةٍ تَغْزُو فِي
سَبِيلِ اللَّهِ أَبَدًا وَلَكِنْ لَا أَجِدُ سَعَةً فَأَحْمِلَهُمْ
وَلَا يَجِدُونَ سَعَةً وَيَشُقُّ عَلَيْهِمْ أَنْ يَتَخَلَّفُوا عَنِّي
وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَوَدِدْتُ أَنِّي أَغْزُو فِي
سَبِيلِ اللَّهِ فَأُقْتَلُ ثُمَّ أَغْزُو فَأُقْتَلُ ثُمَّ أَغْزُو
فَأُقْتَلُ
“Allah menjamin bagi orang yang berperang di jalan-Nya dan tidak ada yang mendorongnya keluar kecuali karena ingin jihad di jalan-Ku, dia beriman kepada-Ku, dan membenarkan para rasul-Ku, maka Aku menjamin akan memasukkannya ke dalam surga atau mengembalikannya pulang ke rumahnya dengan membawa kemenangan berupa pahala dan ghanimah (harta rampasan perang). Demi yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, tidak ada seseorang pun yang terluka dalam perang fi sabilillah, melainkan kelak di hari kiamat dia akan datang dalam keadaan luka seperti semula, warnanya warna darah sementara baunya bau minyak kesturi. Demi yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sekiranya tidak memberatkan kaum muslimin, sungguh selamanya aku tidak ingin ketinggalan untuk mengikuti setiap kavaleri di jalan Allah. Namun saya tidak mampu untuk menanggung biaya mereka, sedangkan mereka juga tidak memiliki kelapangan, padahal mereka merasa kecewa jika tidak ikut berperang bersamaku. Demi yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya, sesungguhnya saya ingin sekali berperang fi sabilillah, kemudian saya terbunuh, lalu saya berperang lagi lalu saya terbunuh, setelah itu saya berperang lagi dan terbunuh.” (HR. Al-Bukhari no. 2797 dan Muslim no. 1876)
Dari Abu Hurairah radhiallahu anhu dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مَا يَجِدُ الشَّهِيدُ مِنْ مَسِّ الْقَتْلِ إِلَّا كَمَا يَجِدُ أَحَدُكُمْ مِنْ مَسِّ الْقَرْصَةِ
“Seorang mujahid tidak merasakan sakitnya mati kecuali sebagaimana salah seorang dari kalian merasakan sakitnya digigit semut.” (HR. At-Tirmizi no. 1668 dan dinyatakan hasan oleh Al-Albani dalam Shahih Al-Jami’ no. 5813)Dari Anas bin Malik radliallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa beliau bersabda:
مَا أَحَدٌ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ يُحِبُّ أَنْ يَرْجِعَ
إِلَى الدُّنْيَا وَلَهُ مَا عَلَى الْأَرْضِ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا
الشَّهِيدُ يَتَمَنَّى أَنْ يَرْجِعَ إِلَى الدُّنْيَا فَيُقْتَلَ عَشْرَ
مَرَّاتٍ لِمَا يَرَى مِنْ الْكَرَامَةِ
“Tidak seorangpun yang masuk surga namun dia suka untuk
kembali ke dunia padahal dia hanya mempunyai sedikit harta di bumi,
kecuali orang yang mati syahid. Dia berangan-angan untuk kembali ke
dunia kemudian berperang lalu terbunuh hingga sepuluh kali karena dia
melihat keistimewaan karamah (mati syahid).” (HR. Al-Bukhari no. 2817 dan Muslim no. 1877)Dari Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash radhiallahu anhuma bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الْقَتْلُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ يُكَفِّرُ كُلَّ شَيْءٍ إِلَّا الدَّيْنَ
“Yang terbunuh di jalan Allah (syahid) akan dihapuskan semua dosanya kecuali hutang.” (HR. Muslim no. 1886) Penjelasan ringkas:
Allah Ta’ala berfirman yang artinya, “Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati, bahkan mereka itu hidup di sisi Rabb mereka mendapat rezeki.” (QS. Ali Imran: 169)
Asy-Syaikh Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di rahimahullah berkata menafsirkan, “Janganlah tersirat di dalam benakmu dan prasangkamu bahwa mereka telah mati dan sirna serta telah menghilang dari mereka kelezatan hidup di dunia dan dari bersenang-senang dengan kemegahan hidup dunia, karena dengan mati di jalan Allah, mereka mendapatkan apa yang lebih besar dari apa yang menjadi impian bagi setiap muslim yaitu mereka hidup di sisi Tuhan mereka dan mereka diberikan rizki dengan berbagai kenikmatan yang tidak merasakan keindahannya kecuali oleh orang yang diberikan nikmat oleh Allah dengannya”. (Tafsir As-Sa’di hal. 124)
Hal ini diperjelas dalam sabda Nabi Muhammad shalallahu’alaihi wa salam,
“Ruh-ruh mereka berada pada tembolok burung yang berwarna hijau yang memiliki sarang yang tergantung pada arsy, terbang di dalam surga kemanapun dia kehendaki, lalu dia kembali menuju lampu tersebut lalu Tuhan mereka melihat mereka dan berfirman, “Apakah yang kalian inginkan?” Mereka menjawab, “Apakah ada hal lain yang kami inginkan semantara kami telah dibebaskan terbang ke sana kemari di dalam surga ini kemanapun kami kehendaki.” Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkata kepada mereka tiga kali, lalu pada saat mereka sudah mengetahui bahwa mereka tidak dibiarkan kecuali harus meminta sesuatu. Mereka berkata, “Wahai Rabb kami, kembalikanlah ruh-ruh kami pada tubuh-tubuh kami sehingga kami terbunuh kembali di jalan -Mu, lalu pada saat Rabb mereka mengetahui bahwa mereka tidak memiliki keperluan apapun maka merekapun ditinggalkan”. (HR. Muslim no. 1887)
Maka berdasarkan semua dalil-dalil yang telah kami bawakan di atas, sudah sepantasnya jika setiap muslim mengidam-idamkan gelar mati syahid ini, karena besarnya keutamaan yang diperoleh oleh syahid. Karenanya Nabi shallallahu alaihi wasallam pernah bersabda:
مَنْ طَلَبَ الشَّهَادَةَ صَادِقًا أُعْطِيَهَا وَلَوْ لَمْ تُصِبْهُ
“Barangsiapa yang memohon syahadah (mati syahid) dengan
jujur, maka dia akan diberikan (pahala) syahadah meskipun dia tidak
mati syahid.” (HR. Muslim no. 3531)Dalam riwayat lain,
“Barangsiapa yang meminta kepada Allah syahadah (mati syahid) dengan jujur dari dalam hatinya, niscaya Allah akan menyampaikan dia ke jenjang syahadah walaupun dia meninggal di atas tempat tidurnya.”
Hanya saja perlu diingat bahwa semua keutamaan di atas hanya akan menghapuskan dosanya yang telah dia perbuat kepada Allah. Adapun dosa dia kepada sesama makhluk, maka dalil-dalil tetap berlaku umum bahwa Allah tidak akan mengampuninya sampai dia meminta kehalalan dari saudaranya. Wallahu a’lam
****
Sumber: http://al-atsariyyah.com/keutamaan-mati-syahid.html
Dari Ubadah bin Ash-Shamit, Nabi shalallahu’alaihi wa salam bersabda:
لِلشَّهِيدِ عِنْدَ اللهِ سِتُّ خِصَالٍ: يُغْفَرُ لَهُ فِي
أَوَّلِ دُفْعَةٍ مِنْ دَمِهِ، وَيُرَى مَقْعَدَهُ مِنَ الْجَنَّةِ،
وَيُجَارُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَيَأْمَنُ مِنَ الْفَزَعِ
الْأَكْبَرِ، وَيُحَلَّى حُلَّةَ الْإِيمَانِ وَيُزَوَّجُ مِنَ الْحُورِ
الْعِينِ، وَيُشَفَّعُ فِي سَبْعِينَ إِنْسَانًا مِنْ أَقَارِبِهِ
“Orang yang mati syahid akan mendapatkan enam keutamaan di sisi
Allah : diampuni dosa-dosanya dari awal tertumpahkan darahnya, akan
melihat calon tempat tinggalnya di surga, akan diselamatkan dari azab
kubur, diberi keamanan dari ketakutan yang sangat besar, diberi hiasan
dengan hiasan iman, dinikahkan dengan bidadari, dan akan diberi
kemampuan untuk memberi syafaat kepada 70 orang kerabatnya.” (HR.
Ahmad, At-Tirmidzi, Ibnu Majah. Al-Albani berkata dalam Ahkamul Jana’iz
bahwa sanadnya hasan)
0 komentar:
Posting Komentar