Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, "Tahukah kalian siapa sebenarnya orang yang bangkrut?" Para shahabat menjawab, "Orang yang bangkrut menurut pandangan kami adalah seorang yang tidak memiliki dirham (uang) dan tidak memiliki harta benda". Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata, "Orang yang bangkrut dari umatku adalah orang yang datang pada hari Kiamat membawa pahala shalat, pahala puasa dan zakatnya, (tapi ketika hidup di dunia) dia mencaci orang lain, menuduh orang lain, memakan harta orang lain (secara bathil), menumpah kan darah orang lain (secara bathil) dan dia memukul orang lain, lalu dia diadili dengan cara kebaikannya dibagi-bagikan kepada orang ini dan kepada orang itu (yang pernah dia zhalimi). Sehingga apabila seluruh pahala amal kebaikan nya telah habis, tapi masih ada orang yang menuntut kepadanya, maka dosa-dosa mereka (yang pernah dia zhalimi) ditimpakan kepadanya dan (pada akhirnya) dia dilemparkan ke dalam neraka." (HR. Ibnu Hibban, Muslim, at-Tirmidzi, Ahmad dan selain mereka)
Hadits yang mulia ini memberikan pelajaran berharga yang amat banyak pada kita , di antaranya:
1. Bertanya jawab merupakan cara efektif dalam memperoleh ilmu, karena ilmu yang dijelaskan oleh seorang guru/pengajar dengan cara ini akan mudah diingat dan diserap oleh murid. Mengenai hadits yang berisi tanya jawab, maka jumlahnya cukup banyak, seperti hadits Jibril yang mengajarkan kaum Muslimin tentang Iman, Islam, Ihsan dan tanda-tanda hari Kiamat dan hadits-hadits yang lainnya.
2. Hendaklah kita berhati-hati terhadap peringatan dan larangan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, karena setiap larangan dan peringatannya berdampak sangat berat, Allah subhanahu wata’ala berfirman, "Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih. " (QS. An-Nur/24:63).
Maka bersegeralah memenuhi panggilan dan seruan Rasulullah shallallhu ‘alaihi wasallam, karena umat yang tanggap terhadap perintah dan seruannya dijamin masuk surga. Beliau bersabda, "Setiap ummatku dijamin masuk surga kecuali orang yang enggan". Para shahabat bertanya, “Siapa yang enggan masuk surga ya Rasulullah?” Beliau menjawab, "Siapa yang mena'atiku pasti masuk surga dan siapa yang durhaka kepadaku itulah orang yang enggan masuk surga" (HR. al-Bukhari dan selainnya).
3. Seorang hamba yang membawa pahala shalat, zakat, puasa dan ibadah lainnya belum tentu bisa menikmati pahala-pahalanya tersebut di akhirat kelak kalau dia suka menzhalimi orang lain ketika hidup di dunia. Sebab orang-orang yang terzhalimi akan datang ke hadapan Allah subhanahu wata’ala untuk menuntut orang yang menzaliminya, lalu pahala-pahala orang yang berbuat zhalim itu dilimpahkan kepada orang-orang yang pernah dia zalimi, sehingga seluruh pahalanya habis dan tiada satu pun yang tersisa untuknya. Namun masih ada orang yang datang kepadanya untuk menuntut, sehingga Allah subhanahu wata’ala pun melimpahkan dosa-dosa orang tersebut untuk dipikulnya. Maka akhirnya dia memikul dosa-dosa orang lain lalu dia dilemparkan ke dalam neraka, wal'iyâdzu billâh.
4. Orang bangkrut yang sebenar nya bukanlah orang yang bangkrut ketika hidup di dunia ini, tapi bangkrut pada hari Kiamat kelak, sebab kebangkrutan di dunia ini masih bisa diatasi dan pasti ada jalan keluarnya kalau dia menghadapinya dengan ketaqwaan. Allah subhanahu wata’ala berfirman, artinya, "Barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar.” (QS. 65:2). Dan dalam lanjutan ayat, “Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” (QS. 65:4).
Adapun kebangkrutan pada hari Kiamat kelak tidak ada solusinya dan tiada jalan keluar yang bisa dilakukan selain dilempar dan dibenamkan ke dalam neraka, wal'iyâdzu billâh.
5. Jangan menyia-nyiakan pahala amal ibadah dengan melakukan tindakan zhalim pada orang lain yang akan menyebabkan kebangkrutan di hari Kiamat kelak. Karena pada intinya tidak ada hutang yang gratis, orang yang berhutang pasti membayar hutangnya, baik secara tunai di dunia atau dibayar nanti di akhirat kelak dengan pahala. Dan semua bentuk kazhaliman harus segera diselesaikan ketika nyawa masih menyatu dengan jasad kita, karena kalau tidak segera diselesaikan maka akan mengakibat kan seseorang bangkrut di akhirat kelak, wal'iyâdzu billâh.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Barangsiapa melakukan kezhaliman pada saudaranya atas kehormatannya atau apa pun bentuknya, maka hendaklah dia minta kehalalan atas tindakan zhalimnya itu selagi hidup pada hari ini (di dunia ini) sebelum dinar dan dirham (harta kekayaan) tidak bermanfaat lagi, (jika tidak) maka (di akhirat kelak) amal shalihnya diambil sesuai kadar kezhaliman (untuk tebusannya), dan jika dia tidak memiliki amal shalih, maka diambil sebagian dosa-dosa saudaranya lalu dibebankan padanya" (HR. al-Bukhari)
6. Bentuk-bentuk tindakan zhalim yang menyebabkan kebangkrutan pada hari Kiamat kelak banyak sekali, di antaranya sebagai berikut:
Tidak menjaga lisannya dari mencela, menghina, mencerca, mencaci maki, menggunjing, mengadu domba, memfitnah, menuduh, mencari-cari kesalahan orang lain dan lain-lainnya. Secara umum Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang diridhai Allah, tanpa dia sadari Allah mengangkat derajatnya karena ucapannya itu, dan sungguh seorang hamba mengucapkan satu kalimat yang dimurkai Allah, tanpa dia sadari Allah menjebloskan dia ke dalam neraka karena ucapannya itu" (HR.al-Bukhari)
Dalam riwayat lain beliau bersabda, "Bukanlah akhlaq seorang mukmin melakukam tha'an, melaknat, dan mengucapkan perkataan yang keji lagi kotor". (HR.al-Bukhari).
Tha'an adalah tindakan zalim dari seorang yang suka merendahkan kehormatan orang lain, suka mencela, mencaci, menghina, menggunjing, mengadu domba, memfitnah dan lain sebagainya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda,
"Mencaci maki seorang muslim adalah tindakan fasik dan memeranginya adalah kekufuran." (HR.Muslim)
Diriwayatkan dari Tsabit adh- Dhahak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Melaknat seorang mukmin itu seperti membunuhnya.” (Muttafaq ‘alaih)
Dosa menggunjing (menyebut kejelekan orang lain) digambarkan oleh Al-Qur`an seperti seorang yang memakan daging bangkai saudaranya sendiri. Karena itu janganlah engkau jadikan daging saudaramu sebagai santapan, kehormatannya sebagai minuman bagimu, 'aib dan kekurangan nya sebagai buah-buahan dan manisan yang menyempurnakan hidangan majlismu.
Mengambil hak saudaranya dengan cara yang batil dan sewenang-wenang; seperti memakan harta saudaranya, tidak membayar hutang kepada saudaranya, menyerobot tanah saudaranya, menipu dalam jual beli, tidak amanah dalam tugas dan pekerjaan, menipu dan bersumpah palsu untuk mendapatkan sesuatu dan lain sebagainya.
Menumpahkan darah saudara nya tanpa alasan yang haq, karena kehancuran dunia dan seisinya jauh lebih ringan daripada tertumpahnya darah seorang muslim (dengan cara yang bathil). Memerangi saudaranya sesama muslim merupakan bentuk kekufuran, balasan bagi orang yang membunuh saudaranya adalah neraka, dan lain sebagainya bentuk ancaman bagi siapa saja yang menumpahkan darah saudaranya dengan cara yang bathil.
Menyakiti orang lain baik dengan cara memukul, melukai fisik, perasaan dan hatinya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
"Seorang muslim yang baik adalah yang menjaga tangan dan lisannya sehingga tidak menyakiti saudara muslimnya yang lain" (HR. al-Bukhari, Muslim dan selain keduanya)
Dan masih banyak lagi bentuk kezhaliman yang bisa menyebabkan seseorang bangkrut di hari Kiamat kelak.
Semoga Allah subhanahu wata’ala menjaga kita dari tindakan zhalim, mengampuni segala kekeliruan dan dosa-dosa kita, dan marilah kita mengingat-ingat apakah kita pernah menzhalimi orang lain? Kalau pernah mari segera kita selesaikan selagi nyawa kita masih menyatu dengan jasad kita, sebelum matahari terbit dari barat, sebelum nyawa sampai di tenggorokan.
Sebagai penutup mari kita renungi firman Allah subhanahu wata’ala berikut ini,
"Barangsiapa yang mengerjakan dosa, maka sesungguhnya ia mengerjakannya untuk (kemudharatan) dirinya sendiri." (QS. an-Nisaa’:111).
(Abu Abdillah Dzahabi Isnen Azhar)
Sumber: www.alsofwah.or.id
0 komentar:
Posting Komentar