Segala puji hanya bagi Allah Subhanahu wa Ta’ala. Shalawat dan salam semoga selalu tercurah kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, para sahabat dan seluruh kaum muslimin yang senantiasa berpegang teguh pada sunnah Beliau sampai hari kiamat.
Kaum muslimin rahimakumullah, salah satu perkara yang wajib kita imani berkaitan dengan kejadian di akherat adalah adanya telaga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah Ta’ala memberikan telaga kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebagai kemuliaan dan karunia yang besar untuk beliau. Telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ini terletak di padang Mahsyar dan airnya berasal dari sungai Al-Kautsar yang ada di Surga.
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu menceritakan, “Pada suatu hari, ketika Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam berada di tengah-tengah kami, tiba-tiba Beliau mengantuk sekejap. Kemudian Beliau mengangkat kepala sambil tersenyum. Maka kamipun bertanya, “Apa yang membuat Anda tertawa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, “Baru saja diturunkan kepadaku sebuah surat.” Lalu Beliau membaca:
بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ : إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ (1)
فَصَلِّ لِرَبِّكَ وَانْحَرْ (2) إِنَّ شَانِئَكَ هُوَ الأَبْتَرُ (3)
Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang: “Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu al-Kautsar. Maka dirikanlah sholat karena Rabbmu; dan berqurbanlah. Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu dialah yang terputus (dari rahmat Allah).” (QS. Al-Katsar: 1-3).
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata: “Apakah kalian tahu apakah Al-Kautsar itu?” Kami (para sahabat) menjawab, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Sesungguhnya Al-Kautsar adalah sungai yang dijanjikan oleh Rabb-ku ‘Azza wa Jalla untukku. Di sana, terdapat kebaikan yang banyak. Ia adalah (sumber air) telaga yang akan didatangi umatku pada hari Kiamat. Jumlah gayungnya sebanyak bintang-bintang.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 400).
Telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sudah ada saat ini dan di hari Kiamat kelak, telaga ini akan didatangi oleh umat beliau yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wa sallam, yakni orang yang memurnikan ibadahnya hanya kepada Allah Ta’ala semata dan mengikuti ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Umat beliau akan datang untuk meminum airnya dan mengambil manfaat darinya. Adapun orang-orang yang beramal di dunia namun ia berpaling dan menyimpang dari ajaran beliau, maka akan diusir dari telaga ini ketika mendekatinya.
Ciri-Ciri Telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam banyak menceritakan keindahan telaga yang telah Allah karuniakan kepada beliau. Berikut ini adalah ciri-ciri telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
Airnya lebih putih daripada susu, rasanya lebih manis daripada madu, dan aromanya lebih harum dibandingkan minyak kesturi. Inilah warna, rasa dan aroma airnya. Lalu, berapa banyak jumlah gayung dan gelasnya? Jumlahnya sebanyak bintang-bintang di langit. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
حَوْضِي مَسِيْرَةُ شَهْرٍ،
مَاؤُهُ أَبْيَضُ مِنْ اللَّبَنِ، وَرِيْحُهُ أَطْيَبُ مِنْ الْمِسْكِ،
وَكِيزَانُهُ كَنُجُومِ السَّمَاءِ،
مَنْ شَرِبَ مِنْهَا فَلاَ يَظْمَأُ أَبَدًا
“Telagaku (panjang dan lebarnya) satu bulan perjalanan. Airnya lebih putih daripada susu, aromanya lebih harum daripada minyak kesturi, bejananya sebanyak bintang di langit. Barangsiapa yang minum darinya, ia tidak akan haus lagi selamanya.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6093 dan Muslim, no. 4294).
Telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada di Padang Mahsyar dan airnya bersumber dari sungai al-Kautsar di Surga. Air dari sungai Al-Kautsar dialirkan ke telaga melalui dua pancuran sebagaimana dikabarkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
يَشْخَبُ فِيْهِ مِيْزَابَانِ مِنَ الْجَنَّةِ
“Dialirkan pada telaga itu dua saluran air yang (bersumber) dari (sungai al-Kautsar) di Surga…” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 4255, dari sahabat Abu Dzar al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu)
حَوْضِيْ مَسِيْرَةُ شَهْرٍ
“Telagaku (panjang dan lebarnya) satu bulan perjalanan…” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6093 dan Muslim, no. 4294).
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ حَوْضِي أَبْعَدُ مِنْ أَيْلَةَ مِنْ عَدَنٍ لَهُوَ أَشَدُّ بَيَاضًا مِنْ الثَّلْجِ،
وَأَحْلَى مِنْ الْعَسَلِ بِاللَّبَنِ، وَلَآنِيَتُهُ أَكْثَرُ مِنْ عَدَدِ النُّجُوْم،ِ
وَإِنِّي لَأَصُدُّ النَّاسَ عَنْهُ كَمَا يَصُدُّ الرَّجُلُ إِبِلَ النَّاسِ عَنْ حَوْضِهِ،
قَالُوْا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَتَعْرِفُنَا يَوْمَئِذٍ؟
قَالَ: نَعَمْ لَكُمْ سِيْمَا لَيْسَتْ لِأَحَدٍ مِنَ الْأُمَمِ
تَرِدُوْنَ عَلَيَّ غُرًّا مُحَجَّلِيْنَ مِنْ أَثَرِ الْوُضُوْءِ
“Sesungguhnya telagaku itu lebih panjang dari jarak antara Aylah (sebuah kota di teluk ‘Aqobah, Yordania) dan ‘Adan (kota Yaman). Sungguh telagaku itu lebih putih dari salju, lebih manis dari madu dicampur susu, serta bejana-bejananya lebih banyak dari bintang-bintang. Aku sungguh akan menjaganya dari orang lain (selain umatku), sebagaimana seseorang menjaga telaganya dari unta orang lain.” Para sahabat bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah pada hari itu Anda mengenali kami?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab: “Ya. Kalian punya tanda yang tidak dimiliki oleh seorangpun dari umat lain. Kalian datang kepadaku dengan dahi dan kaki bercahaya putih karena wudhu.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh Muslim, no. 364)
Apakah Nabi Yang Lain Memiliki Telaga?
Setiap Nabi ‘alaihimush sholatu was salam memiliki telaga, namun telaga Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah telaga yang paling besar, paling mulia, dan paling indah. Masing-masing telaga Nabi akan didatangi oleh umatnya yang beriman dan berpegang teguh pada ajaran Nabi mereka. Mereka akan datang untuk meminum airnya dan mengambil manfaat darinya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ لِكُلِّ نَبِيٍّ حَوْضًا وَإِنَّهُمْ يَتَبَاهَوْنَ أَيُّهُمْ أَكْثَرُ وَارِدَةٍ
وَإِنِّي أَرْجُوْ أَنْ أَكُوْنَ أَكْثَرَهُمُ وَارِدَةً
“Sesungguhnya setiap Nabi mempunyai al-haudh (telaga) dan mereka saling berbangga diri, siapa di antara mereka yang paling banyak peminumnya (pengikutnya). Dan sungguh aku berharap, akulah yang paling banyak pengikutnya.” (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam Sunan at-Tirmidzi, no. 2443. Hadits ini dinilai shohih oleh al-Albani dalam ash-Shohiihah, no. 1589 dan al-Misykah, no. 5594).
Kapankah Manusia Mendatangi Telaga Yang Mulia Ini?
Ada perbedaan pendapat di antara para ulama kita tentang kapan orang-orang yang beriman mendatangi telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ada yang berpendapat bahwa mereka mendatanginya sebelum melintasi shirot, karena telaga ini terletak sebelum shirot (jembatan). Dan sebagian lagi berpendapat setelah melintasi shirot.
Al-Ghozali dan al-Qurthubi berpendapat bahwa telaga ini berada di padang Mahsyar di hari Kiamat, sebelum menyeberangi shirot. (At-Tadzkiroh, hal. 302).
Adapun al-Bukhari rahimahullah, beliau berpendapat bahwa telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada setelah shirot. Pendapat yang lebih kuat adalah pendapat al-Qurthubi bahwa telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berada sebelum shirot. (Fat-hul Bari’, XI/466)
Jadi, berdasarkan pendapat yang lebih kuat, kaum muslimin mendatangi telaga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sebelum melintasi shirot. Wallohu Ta’ala a’lam.
Orang-Orang Yang Diusir Dari Telaga
Kaum muslimin rahimakumullah, sesungguhnya ada sebagian umat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam yang diusir ketika mendatangi telaga yang mulia ini. Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam benar-benar mengenali mereka dari bekas wudhu mereka ketika di dunia. Siapakah mereka? Dan mengapa mereka diusir dari telaga? Semoga kita tidak termasuk dari mereka.
Pertama, orang orang yang membuat ajaran baru dalam Islam, yang tidak ada contohnya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Demikian pula orang yang berpaling dari sunnah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam juga akan diusir dari telaga.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ، مَنْ وَرَدَ شَرِبَ، وَمَنْ شَرِبَ لَمْ يَظْمَأْ أَبَدًا
وَلَيَرِدَنَّ عَلَيَّ أَقْوَامٌ أَعْرِفُهُمْ وَيَعْرِفُونِي
ثُمَّ يُحَالُ بَيْنِي وَبَيْنَهُمْ
“Aku adalah pendahulu kalian menuju telaga. Siapa saja yang melewatinya, pasti akan meminumnya. Dan barangsiapa meminumnya, niscaya tidak akan haus selamanya. Nanti akan lewat beberapa orang yang melewati diriku, aku mengenali mereka dan mereka mengenaliku, namun mereka terhalangi menemui diriku.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6528 dan Muslim, no. 4243)
Dalam redaksi yang lain, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
فَأَقُوْلُ: إِنَّهُمْ مِنِّي، فَيُقَالُ: إِنَّكَ لاَ تَدْرِي مَا أَحْدَثُوْا بَعْدَكَ،
فَأَقُوْلُ: سُحْقًا سُحْقًا لِمَنْ غَيَّرَ بَعْدِي
“Aku berkata: “Mereka termasuk umatku!” Namun muncul jawaban: “Engkau tidak mengetahui perkara yang mereka ada-adakan (dalam agama ini) sepeninggalmu.” Akupun berkata: “Menjauhlah, menjauhlah, bagi orang yang mengubah (ajaran agama) setelahku.” (Hadits shohih. Diriwayatkan oleh al-Bukhari, no. 6097)
Kedua, orang yang membantu kezholiman penguasa.
Diriwayatkan dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
سَيَكُوْنَ بَعْدِي أُمَرَاءُ يَكْذِبُوْنَ وَيَظْلِمُوْنَ،
فَمَنْ صَدَّقَهُمْ بِكَذِبِهِمْ وَمَنْ أَعَانَهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ
فَلَيْسَ مِنِّي وَلَسْتُ مِنْهُ، وَلاَ يَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضِ
وَمَنْ لَمْ يُصَدِّقْهُمْ وَلَمْ يُعِنْهُمْ عَلَى ظُلْمِهِمْ
فَهُوَ مِنِّي وَأَنَا مِنْهُ وَيَرِدُ عَلَيَّ الْحَوْضِ.
“Akan ada sepeninggalku para penguasa yang berdusta lagi zholim. Siapa yang membenarkan kebohongan mereka dan membantu mereka dalam kezholimannya, maka dia bukan dari golonganku dan aku bukan dari golongannya. Dan dia tidak akan (diijinkan) datang ke telagaku. Sebaliknya, siapa yang tidak membenarkan dan tidak membantu kezholiman mereka, maka dia dari golonganku dan aku dari golongannya, serta dia akan datang ke telagaku.” (Diriwayatkan oleh Ahmad, V/384. Al-Albani mengatakan dalam kitabnya, Zhilalil Jannah, no. 759, bahwa sanadnya bagus).
***
Muroja’ah : Ust. Aris Munandar, S.S., M.Ag.
www.attaubah.com
0 komentar:
Posting Komentar