Asy Syaikh Prof. DR Abdur Rozzaq Bin Abdul Muhsin Al Badr
Dari Anas radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Ada tujuh hal yang pahalanya akan tetap mengalir bagi seorang hamba padahal dia sudah terbaring dalam kuburnya setelah wafatnya(yaitu) : Orang yang mengajarkan suatu ilmu, mengalirkan sungai, menggali sumur, menanamkan kurma, membangun masjid, mewariskan mushaf atau meninggalkan anak yang memohonkan ampun buatnya setelah dia meninggal. [1]
Sungguh di antara nikmat agung Allah yang diberikan kepada para hamba-Nya yang beriman adalah Allah menyediakan pintu-pintu kebaikan yang sangat banyak bagi mereka. Pintu-pintu kebaikan yang bisa dikerjakan oleh seorang hamba yang mendapatkan taufiq semasa hidupnya di dunia, namun pahalanya akan terus mengalir sepeninggal si pelaku. (aliran pahala ini sangat dibutuhkan oleh orang yang sudah meninggal.) Karena orang yang sudah meninggal itu tergadai, mereka tidak bisa lagi beramal dan mereka akan diminta pertanggung jawab lalu diberi balasan dari perbuatan-perbuatan yang pernah mereka lakukan dalam hidup mereka. (Berbahagialah!) orang yang mendapatkan taufiq (dalam hidupnya, karena) di dalam kuburnya kebaikan-kebaikan, pahala dan keutamaan akan terus mengalir baginya. Dia sudah tidak lagi beramal akan tetapi pahalanya tidak terputus, derajatnya bertambah, dan kebaikannya semakin berkembang, serta pahalanya berlipat ganda padahal dia sudah terbaring kaku dalam kuburnya.
Alangkah mulianya; Alangkah indah dan alangkah nikmatnya. (Semoga Allah menganugerahkan akhir kehidupan yang baik bagi kita semua).
(Bagaimanakah menggapai harapan setiap insan beriman itu?) Dalam hadits di atas, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan tujuh perkara yang pahalanya akan terus mengalir kepada seorang hamba setelah ia meninggal.
Wahai saudaraku! Renungkanlah sejenak amalan-amalan ini lalu berusahalah untuk mendapatkan bagian darinya selama engkau masih diberi kesempatan di dunia. Bergegaslah untuk mengerjakannya sebelum umurmu habis dan ajal datang menjemput!
Berikut ini adalah sedikit penjelasan tentang amalan-amalan tersebut :
PERTAMA : MENGAJARKAN ILMU
Kata ilmu yang dimaksudkan disini adalah ilmu bermanfaat yang bisa mengantarkan seseorang agar mengerti tentang agama mereka, bisa mengenalkan Rabb dan sesembahan mereka; ilmu yang bisa menuntun mereka ke jalan yang lurus; ilmu yang dengannya bisa membedakan antara petunjuk dan kesesatan, kebenaran dan kebathilan, serta halal dan haram. Dari sini, nampak jelas besarnya keutamaan para Ulama yang selalu memberi nasehat dan para da’i yang ikhlas. Merekalah (ibarat) pelita bagi manusia, penyangga negara, pembimbing umat dan sumber hikmah. Hidup mereka merupakan kekayaan dan kematian mereka adalah musibah. Karena mereka mengajari orang-orang yang tidak tahu, mengingatkan yang lalai, serta menerangkan petunjuk kepada orang yang sesat. Ketika salah seorang dari para Ulama meninggal dunia, maka ilmunya akan tetap abadi terwariskan di tengah masyarakat, buku karya dan perkataannya akan senantiasa beredar. Masyarakat bisa memanfaatkan dan mengambil faidah dari buah karya mereka. (Dengan sebab inilah) pahala akan terus mengalir, meski mereka sudah berada dalam kuburan.
Dahulu banyak orang mengatakan, “Seorang yang berilmu meninggal dunia sementara kitabnya masih ada.” Namun sekarang, suaranya (pun) terekam dalam pita-pita kaset (atau kepingan CD) yang berisi pelajaran-pelajaran ilmiyah, ceramah dan khuthbah-khuthbah yang sarat dengan manfaat, sehingga generasi-generasi yang datang setelahnya bisa mengambil manfaat darinya.
Orang yang berpartisipasi dalam mencetak buku-buku yang bermanfaat, dan menyebarkan buku-buku karya para Ulama yang sarat dengan faedah serta membagikan kaset-kaset ilmiyah maka dia juga mendapatkan pahala yang besar dari sisi Allah.
KEDUA : MENGALIRKAN SUNGAI
Maksudnya adalah membuat aliran-aliran sungai dari mata air dan sungai induk, supaya airnya bisa sampai ke pemukiman masyarakat serta sawah ladang mereka. Dengan demikian, manusia akan terhindar dari dahaga, tanaman tersirami, serta binatang ternak mendapatkan air minum.
Betapa pekerjaan besar ini akan menghasilkan begitu banyak kebaikan manusia dengan membuat kemudahan dalam mengakses air yang merupakan unsur terpenting dalam kehidupan. Semisal dengan ini yaitu mengalirkan air ke pemukiman masyarakat melalui pipa-pipa , begitu pula menyediakan tendon-tandon air di jalan-jalan dan tempat-tempat yang mereka butuhkan.
KETIGA : MENGGALI SUMUR
Ini sama dengan penjelasan di atas. Dalam sebuah hadits riwayat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu , Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: Suatu ketika ada seorang lelaki yang menahan dahaga yang teramat berat berjalan di jalan, lalu dia menemukan sumur. Dia turun ke sumur itu lalu minum kemudian keluar. Sekonyong-konyong dia mendapati seekor anjing terengah menjulurkan lidahnya menjilat tanah karena sangat hausnya. (Melihat pemandangan ini,) lelaki itu mengatakan, “Anjing ini telah dahaga yang sama dengan yang aku rasakan.’ Lalu dia turun ke sumur itu dan memenuhi sepatunya dengan air lalu diminumkan ke anjing tersebut. Maka (dengan perbuatan itu) Allah bersyukur untuknya dan memberikan maghfirah (ampunan)-Nya. Para Sahabat bertanya, “Apakah kita bisa mendapatkan pahala dalam (pemeliharaan) binatang?” Rasulullah menjawab, “Ya, pada setiap nyawa itu ada pahala.”[2]
Ini pahala yang didapatkan oleh orang yang memberikan minum, lalu bagaimana dengan orang yang menggali sumur yang dengan keberadaannya akan tercukupi kebutuhan minum banyak orang dan bisa dimanfaatkan oleh banyak orang.
KEEMPAT : MENANAM POHON KURMA
Telah diketahui bersama bahwa pohon kurma merupakan pohon termulia dan memiliki banyak manfaat buat manusia. Maka barangsiapa menanam pohon kurma dan mendermakan buahnya untuk kaum Muslimin, maka pahalanya akan terus mengalir setiap kali ada orang memakan buahnya atau setiap kali ada yang memanfaatkannya baik manusia maupun hewan. Ini juga berlaku bagi siapa saja yang menanam segala macam pohon yang bermanfaat bagi manusia. Penyebutan kurma dalam hadits di atas secara khusus disebabkan keutamaan dan keistimewaan yang dimiliki oleh pohon tersebut.
KELIMA : MEMBANGUN MASJID
Masjid merupakan tempat yang paling dicintai Allah. Sebuah tempat yang Allah perintahkan untuk diangkat dan disebut nama-Nya di sana. Apabila masjid telah dibangun maka di sana akan dilaksanakan shalat, dibaca ayat-ayat al-Qur’an, nama-nama Allah akan disebut, ilmu-ilmu akan diajarkan, serta bisa menjadi tempat berkumpulnya kaum muslimin, masih banyak faedah-faedah yang lain. Masing-masing poin itu bisa menghasilkan pahala.
Dalam sebuah hadits diriwayatkan Dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu, beliau mengatakan, “Aku pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, ‘Barangsiapa yang membangun masjid untuk mencari wajah Allah, maka Allah akan membangunkannya rumah yang sama di surga [3]
KEENAM : MEWARISKAN AL-QUR’AN
Ini bisa dilakukan dengan cara mencetak atau membeli mushaf al-Qur’an lalu mewakafkannya di masjid-masjid dan majlis-majlis ilmu agar bisa dimanfaatkan oleh kaum muslimin. Orang yang mewakafkan mushaf al-Qur’an akan mendapatkan pahala setiap kali ada orang yang membacanya, mentadabburi maknya dan mengamalkan kandungannya.
KETUJU : MENDIDIK ANAK-ANAK
Memberikan pendidikan yang baik kepada anak-anak serta berusaha maksimal membesarkan mereka dalam ketaqwaan dan kebaikan. Sehingga diharapkan, mereka akan menjadi anak-anak yang berbakti dan shalih, yang mendoakan kebaikan untuk kedua orang tua mereka, dan memohonkan rahmat serta ampunan buat kedua mereka. Ketahuilah wahai saudaraku, bahwa sesungguhnya ini termasuk hal-hal yang masih bermanfaat bagi seseorang meski ia sudah menjadi mayit.
Senada dengan hadits di awal yaitu hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : "Sesungguhnya diantara amal dan kebaikannya yang akan menyertai seorang Mukmin setelah meninggalnya adalah ilmu yang diajarkan dan disebarkannya, anak shalih yang ditinggalkannya, mushaf yang diwariskannya, masjid dibangun, rumah persinggahan yang dibangun bagi orang yang sedang menempuh perjalanan, sungai yang dialirkannya, sedekah yang dia keluarkan dari hartanya saat masih sehat dan hidup akan menyertainya sampai meninggalnya."[4]
Juga hadits dari Abu Umamah al-Bahili dari Rasulullah Shallalahu'alaihi wa sallam: Ada empat hal yang pahalanya tetap mengalir bagi pelakunya setelah meninggalnya (yaitu) orang yang meninggal saat menjaga perbatasan dalam jihad fisabilillah, orang yang mengajarkan ilmu dia akan tetap diberi pahala selama ilmunya itu diamalkan; Orang yang bersedekah maka pahalanya akan tetap mengalir selama sedekah itu masih ada; dan orang yang meninggalkan anak shalih yang mendo’akannya.[5]
Juga hadits yang sangat populer yaitu hadits dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda : Apabila seseorang sudah meninggal maka seluruh amalannya terputus kecuali dari tiga perkara (yaitu) dari sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan dan anak shalih yang mendoakannya.[6]
Ketika menjelaskan maksud dari shadaqah jariyah, sekelompok para Ulama mengatakan bahwa maksudnya adalah wakaf. Sebagian besar dari perkara-perkara yang dipaparkan di atas termasuk shadaqah jariyah.
Dan sabdanya yang artinya : rumah yang dibangun untuk orang yang sedang melakukan perjalanan. Di dalam potongan sabda beliau ini terdapat isyarat keutamaan membangun rumah dan mewakafkannya agar bisa dimanfaatkan oleh kaum Muslimin secara umum, baik ibnu sabil, para penuntut ilmu, anak-anak yatim, para janda ataupun oarng-orang fakir dan miskin. Alangkah banyak kebaikan dan kemaslahan yang terealisasi dengan hal ini. Terkadang hal-hal tersebut diatas memancing munculnya berbagai amalan-amalan yang penuh barakah yang akan tetap menghasilkan pahala bagi pelakunya meskipun dia sudah meninggal dunia.
Akhirnya kita memohon kepada Allah agar Allah memberikan taufiq-Nya kepada kita untuk melakukan semua kebaikan dan agar Allah senantiasa membantu kita dalam melakukan berbagai aktivitas kebaikan dan senantiasa membimbing kita dalam meniti jalan petunjuk. []
Diterjemahkan dari al-Fawaid al-Mantsurah, hlm. 11-15
Sumber: Majalah As-Sunnah Edisi, 11 thn. XV Rabi’ul Akhir 1433H Maret 2012M
Artikel: www.ibnuabbaskendari.wordpress.com
[1] Hadits ini diriwayatkan oleh al-Bazzar dalam Kasyful Astar, hlm. 149. hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dan shahihul Jami’, no. 3602.
[2] HR. al-Bukhari, no. 2466 dan Muslim, no. 2244
[3] HR. al-Bukhari, no. 450 dan Muslim, no. 533
[4] HR. Ibnu Majah, no. 242. hadits ini dinilai hasan oleh Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahih Sunan Ibni Majah, no. 198.
[5] HR. Ahmad (5/260-261); ath-Thabrani, no. 7831. hadits ini dinilai hasan Syaikh al-Albani rahimahullah dalam Shahih al-Jami, no. 877
[6] HR. Muslim, no. 1631
0 komentar:
Posting Komentar