Penjabaran Empat Sifat Dasar Manusia 
(Melankolis, Koleris, Sanguin dan Plegmatis) Berdasarkan Syariat
Buku
 ini sangat terkenal, dalam versi bahasa indonesia berjudul  
“Personality Plus” karya Florence Litteur. Kami mempunyai buku  
terjemahnya dan telah membacanya dan kami menemukan banyak manfaat dan  
faidahnya membaca buku ini. Manfaat buku ini dipergunakan oleh banyak  
kalangan, mulai dari psikolog pastinya, dokter jiwa,  anggota MLM  
[katanya ini adalah buku wajib mereka untuk mencari downline],  
pemimpin dan bos yang mengatur orang banyak, tokoh masyarakat, pekerjaan
  yang menuntut berhubungan dengan banyak orang seperti sales, humas dan
  entertrainer. 
Bahkan digunakan untuk proses ta’aruf ikhwan-akhwat. Dengan sekedar mengatakan bahwa akhwat A itu plegmatis-melankolis, maka pahamlah si ikhwan bagaimana kira-kira gambaran umum sifat akhwat tersebut yang bisa dipergunakan sebagai pertimbangan pemilihan dan menyesuaikan dengan karakter dirinya. Dan kalau kami bisa memberi masukan, kami berharap para da’i Islam bisa mengetahui sekilas ilmu ini demi menyebarnya agama Islam sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman para salaf yaitu Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut tabi’in.
Bahkan digunakan untuk proses ta’aruf ikhwan-akhwat. Dengan sekedar mengatakan bahwa akhwat A itu plegmatis-melankolis, maka pahamlah si ikhwan bagaimana kira-kira gambaran umum sifat akhwat tersebut yang bisa dipergunakan sebagai pertimbangan pemilihan dan menyesuaikan dengan karakter dirinya. Dan kalau kami bisa memberi masukan, kami berharap para da’i Islam bisa mengetahui sekilas ilmu ini demi menyebarnya agama Islam sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah berdasarkan pemahaman para salaf yaitu Sahabat, Tabi’in dan Tabi’ut tabi’in.
Agama Islam Adil
Meskipun
  penulisnya adalah seorang kafir yang tidak berarti bahwa kita tidak  
boleh menggunakan ilmunya. Agama islam yang mulia mengajarkan kita agar 
 adil terhadap semua mahluk termasuk kapada orang kafir yang mereka  
adalah sejahat-jahat mahluk yang sudah diberi kehidupan dan kenikmatan  
oleh Allah tetapi malah mengingkari. Bagaimana persaan kita jika ada  
seseorang yang telah kita bantu, kita beri segala pertolongan padahal  
sebelumnya ia adalah papa. Ternyata ia malah menyakiti kita.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
لَا  يَنْهَاكُمُ 
اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ لَمْ يُقَاتِلُوكُمْ فِي الدِّينِ  وَلَمْ 
يُخْرِجُوكُم مِّن دِيَارِكُمْ أَن تَبَرُّوهُمْ وَتُقْسِطُوا  إِلَيْهِمْ 
إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُقْسِطِينَ.
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap
  orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula)  
mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.” [Al-Mumtahah: 8]
Berkata Syaikh Abdurrahman bin Nashir  As-Sa’diy rahimahullah,
لا
  ينهاكم الله عن البر والصلة، والمكافأة بالمعروف، والقسط للمشركين، من  
أقاربكم وغيرهم، حيث كانوا بحال لم ينتصبوا لقتالكم في الدين والإخراج من  
دياركم، فليس عليكم جناح أن تصلوهم، فإن صلتهم في هذه الحالة، لا محذور  
فيها ولا مفسدة
“Allah tidak melarang kalian untuk berbuat baik, menyambung silaturrahmi, membalas kebaikan , berbuat adil kepada orang-orang musyrik,  baik dari keluarga kalian dan orang lain.
  Selama mereka tidak memerangi kalian karena agama dan selama mereka  
tidak mengusir kalian dari negeri kalian, maka tidak mengapa kalian  
menjalin hubungan dengan mereka karena menjalin hubungan dengan mereka  
dalam keadaan seperti ini tidak ada larangan dan tidak ada kerusakan.” [Taisir Karimir Rahmah hal. 819, Dar Ibnu Hazm, Beirut, cet. Ke-1, 1424 H]
Segala solusi ada dalam Islam
Sebenarnya
  ilmu tentang psikologi manusia sudah dibahas panjang lebar oleh ulama 
 islam. buku-buku berjilid-jilid tentang tazkiyatun nufus dan 
kitab-kitab  [رقائق] “raqoo’iq”/ yaitu cara untuk melembutkan 
hati manusia.  Hanya saja kita saja yang jarang atau tidak pernah sama 
sekali  menelaahnya, bahkan tidak tahu apa saja buku-buku tersebut dan 
siapa  pengarangnya.
penelitian dan 
penjabaran empat sifat dasar  manusia oleh penulisnya Florence Litteur 
adalah termasuk perkara dunia  yang bermanfaat. Ia juga memberikan 
solusi dan bagaimana menyikapi empat  sifat dasar ini untuk diri sendiri
 dan membina hubungan dengan orang  lain. Namun solusinya terkadang 
kurang sesuai dengan syariat, kita  maklum karena ia seorang kafir. Inilah yang kami inginkan dalam benang merah ini, yaitu bagaimana Islam memberi solusi dan menyikapinya.
Karena  kami yakin 
semua solusi dan bimibingan kehidupan baik untuk kebaikan  dunia dan 
kahirat sudah diajarkan oleh agama Islam.  Semuanya sendi  kehidupan 
besar maupun perkara sekecil apapun maka hukumnya telah diatur  oleh 
syariat.
Sebagimana kisah ketika  seorang kafir jahiliah ketika ia berkata kepada sahabat Salman Al-Farisi radhiallahu ‘anhu,
قَدْ عَلَّمَكُمْ نَبِيُّكُمْ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلَّ شَيْءٍ حَتَّى الْخِرَاءَةَ
“Sungguh Nabi kalian- Shallallahu ‘alaihi wasallam- telah mengajari kalian tentang segala hal sampai tata cara buang air”.
Maka Salman menjawab,
أَجَلْ
  لَقَدْ نَهَانَا أَنْ نَسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةَ لِغَائِطٍ أَوْ بَوْلٍ  
أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بِالْيَمِيْنِ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بَأَقَلَّ  
مِنْ ثَلَاثَةِ أَحْجَارٍ أَوْ أَنْ نَسْتَنْجِيَ بَرَجِيْعٍ أَوْ بِعَظْمٍ
“Betul,  
Sungguh kami dilarang menghadap kiblat saat buang air besar atau kecil, 
 (kami juga dilarang) cebok dengan menggunakan tangan kanan atau cebok  
kurang dari 3 batu, atau cebok dengan kotoran hewan atau tulang”. [HR. Muslim no.262,  Abu Dawud no. 7, At-Tirmidzi no.16, An-Nasa’i no.41 & 49, Ibnu Majah no.316]
Dan  kami tekankan 
bahwa yang semua yang diatur urusan dunia-akhirat adalah  hukumnya. 
Bukan berbagai perkara dunia misalnya aturan lalu-lintas ada  dalam 
syariat, tetapi hukumnya ada yaitu wajib mentaatinya dalam rangka  taat 
kepada pemerintah/ waliyul amri. Dan taat kepada pemerintah ada  
ajarannya dalam islam. Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
أنتم أعلم بأمور دنياكم
“ Kalian lebih tahu urusan dunia kalian”  [HR. Muslim  no. 2363]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam TIDAK bersabda,
أنتم أعلم بأحكام أمور دنياكم
“ Kalian lebih tahu hukum-hukum urusan dunia kalian” .
Islam tidak memaksa mengubah sifat dasar manusia
Para sahabatnya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  mempunyai berbagai sifat dasar. Para sahabat radhiallahu ‘anhum 
  ada yang lembut seperti Abu Bakar Abdullah bin Abi Quhafah , ada yang 
 keras seperti Umar bin Khattab, ada yang pemalu seperti Ustman bin 
Affan  dan ada juga sahabat beliau yang suka bercanda.
Akan tetapi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  tidak
  berusaha mengubah sifat dasar para sahabatnya. Beliau tidak mengubah  
sifat keras Umar bin Khattab, tetapi menempatkannya pada tempatnya,  
yaitu keras terhadap orang yang macam-macam dengan agama Islam,  
sampai-sampai ia terkenal  dengan perkataannya,
يَا رَسُولَ اللَّهِ ، دَعْنِي أَضْرِبْ عُنُقهَ
“wahai Rasulullah, izinkan saya menebas lehernya”
Perkataan yang membuat bergetar ketakutan musuh-musuh Islam. Demikian juga Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  tidak berusaha mengubah sifat dasar lembut Abu bakar dan sifat Malu Ustman.
Oleh  karena itu 
yang terpenting adalah bagaimana kita menempatkan sifat  dasar tersebut.
 Dalam empat sifat dasar yang dikemukakan oleh Florence  Litteur 
digambarkan setiap sifat dasar ada kelebihan dan ada  kekuarangannya. 
Dan inilah yang kami maksud benang marah, bagaimana agar  kelebihan 
sifat tersebut bermanfaat bagi Islam dan kekurangan sifat  tersebut 
telah ada solusiya dalam agama Islam.
Sifat manusia terkotak-kotak dan kaku pada satu keadaan saja.
Satu
  hal yang kami setuju dengan penulis buku “Personality Plus”, Florence 
 Litteur bahwa sifat manusia bukan terkotak-kotak, misalnya kamu hanya  
koleris saja atau hanya sanguin saja. Tetapi ada yang mendominasi  
sehingga bisa jadi koleris 60%, Sanguin 35%,  plegmatis 10% dan  
melankolis 5%. Sehingga ia disebut bersifat Koleris-Sanguin.
Kemudian  kami 
tambahkan dari pemikiran kami, bahwa sifat itu tidak berlaku kaku  pada 
semua keadaan, bisa jadi tentang masalah karir dan jabatan ia  
melankolis [sangat memikirkan] akan tetapi masalah uang ia plegmatis  
[santai saja]. Kemudian seorang guru atau dosen dikelas ia koleris  
[berwibawa dan keras] tetapi dirumah ia sanguin [suka bercanda dan tidak
  serius] 
Namun  dengan 
gambaran umum ini kita bisa menyikapi secara umum juga sebelum  masuk ke
 yang khusus sehingga memudahkan memahami sifat manusia untuk  kebaikan 
diri sendiri dan orang lain.
Sah-sah saja jika  
ada yang berpendapat dengan teori ini, misalnya untuk masalah akhirat  
kita harus melancholis [sangat memikirkan] dan untuk masalah dunia kita 
 harus plegmatis [santai saja]. Kemudian sifat terbaik baik laki-laki  
adalah koleris-Sanguin, karena laki-laki harus punya jiwa kepemimpinan  
dan sanguinnya sangat berguna untuk istri dan anaknya misalnya mencandai
  istri dan membuat suasana rumah menjadi tidak kaku. Sedangkan sifat  
ideal wanita adalah plegmatis-melankolis, karena plegmatisnya sangat  
berguna untuk kepatuhannya kepada suami dan sifat melankolisnya sangat  
berguna dalam posisinya sebagai ibu dari anak-anak yang perasa dan  
lembut.  Demikianlah teori manusia akan tetapi alangkah baiknya jika  
kita tetap berkiblat dengan panduan syariat.
Penjabaran empat sifat dasar manusia berdasarkan syariat
1.  Sanguinis (Yang Populer)
Gambaran
  umum sifat ini adalah Mereka cenderung ingin populer dan eksis, ingin 
 disenangi oleh orang lain. Hidupnya penuh dengan bunga warna-warni.  
Mereka senang sekali bicara tanpa bisa dihentikan. Gejolak emosinya  
bergelombang dan transparan. Pada suatu saat ia berteriak kegirangan,  
dan beberapa saat kemudian ia bisa jadi menangis tersedu-sedu.
Namun  orang-orang 
sanguinis ini sedikit agak pelupa, sulit berkonsentrasi,  cenderung 
berpikir pendek dan hidupnya serba tak beratur. Jika suatu  kali anda 
lihat meja kerja pegawai anda cenderung berantakan, agaknya  bisa jadi 
ia sanguinis. Kemungkinan besar ia pun kurang mampu  berdisiplin dengan 
waktu, sering lupa pada janji apalagi bikin rencana.  Namun kalau 
disuruh melakukan sesuatu, ia akan dengan cepat  mengiyakannya dan 
terlihat sepertinya betul-betul hal itu akan ia  lakukan. Dengan 
semangat sekali ia ingin buktikan bahwa ia bisa dan akan  segera 
melakukannya. Tapi percayalah, beberapa hari kemudian ia tidak  
melalakukan apapun juga ataupun kurang beres
Kelebihan sanguin : 
- Ceria dan jarang menampakkan kesedihan
Hendaknya ia semakin ceria karena sering bisa sering mengamalkan hadits,
لَا تَحْقِرَنَّ مِنَ الْمَعْرُوفِ شَيْئًا، وَلَوْ أَنْ تَلْقَى أَخَاكَ بِوَجْهٍ طَلْقٍ
“Janganlah engkau remehkan suatu kebajikan sedikitpun, walaupun engkau bertemu dengan saudaramu dengan wajah yang ceria/bermanis muka”. [HR. Muslim no. 2626]
- Berhati tulus dan polos
inilah
  yang patut disyukuri karena, ia bisa sangat ikhlas dalam melaksanakan 
 segala sesuatu, jika diikhlaskan karena Allah maka pahalanya sangat  
besar. Dan tidak semua orang bisa dengan mudah ikhlas. Berkata Sufyan  
Ats-Tsauriy rahimahullah,
ما عالجت شيئاً أشد علي من نيتي
“Tidaklah aku mengobati sesuatu yang paling sulit bagiku yaitu niatku”. [Mabahitsul Aqidah fi Suratiz Zumar hal 192, Maktabah Ar-Rusd, Riyadh, cet. Ke-1, 1415 H, Asy-Syamilah]
- Mudah berteman dan bergaul orang lain
Jika
  ia pergunakan untuk bergaul dengan teman-teman yang baik maka akan  
sangat bermanfaat. Misalnya bisa dekat dengan ustadz, orang-orang  
shalih, sehingga ia selalu terbuka dan memperbaiki agama dan akhlaknya.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
الْمَرْءُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
“Seseorang  akan 
sesuai/menyerupai dengan agama teman karibnya. Oleh karenanya,  
perhatikanlah siapa yang akan menjadi teman karib kalian”. [HR. Abu 
 Daud no. 4833, Tirmidzi no. 2378, Ahmad 2/344, Syaikh Al Albani  
mengatakan bahwa hadits ini hasan. Lihat Shohihul Jaami’ 3545]
Bisa juga dipergunakan untuk mendekati orang-orang penting, pejabat dan tokoh masyarakat agar mereka mau membantu dakwah.
- Menyenangkan dan suka membuat senang orang lain
Membuat 
  orang lain gembira dan senang adalah hal perlu dilatih karena pada  
dasarnya manusia itu ingin membuat senang dirinya sendiri, akan tetapi  
ini  mudah pada sanguin. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam  bersabda,
أفضل الأعمال أن تدخل على أخيك المؤمن سرورا
“Sebaik-baik amal Shalih adalah agar engkau memasukkan kegembiraan kepada saudaramu yang beriman”.[HR.Ibnu Abi Dunya dan dihasankan olah Syaikh Al-Albani dalam Shahih Jami’ush Shaghir no. 1096]
- Mudah memaafkan dan tidak menyimpan dendam
Ia adalah orang yang mudah berjiwa besar, memaafkan butuh jiwa yang besar. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman,
الَّذِينَ
  يُنفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ  
وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(Orang-orang yang bertakwa adalah) mereka yang menafkahkan (hartanya) baik di waktu lapang maupun sempit dan orang-orang yang menahan amarahnya serta (mudah) memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan. [Ali-Imran/3:134]
Dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
وَمَا زَادَ اللهُ عَبْدًا بِعَفْوٍ، إِلَّا عِزًّا، وَمَا تَوَاضَعَ أَحَدٌ لِلَّهِ إِلَّا رَفَعَهُ اللهُ
“Dan tidaklah Allah menambah bagi seorang hamba dengan pemberian maafnya (kepada saudaranya) kecuali kemuliaan (di dunia dan akhirat),
  serta tidaklah seseorang merendahkan diri karena Allah kecuali Dia 
akan  meninggikan (derajat)nya (di dunia dan akhirat)”. [HR Muslim no. 
2588]
Kelemahan Sanguin : 
- Terlalu suka bercanda dan sering tertawa
Sanguin harus sering-sering ingat sabda Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam,
وَلَا تُكْثِرِ الضَّحِكَ، فَإِنَّ كَثْرَةَ الضَّحِكِ تُمِيتُ القَلْبَ 
Dan janganlah terlalu banyak tertawa. Sesungguhnya terlalu banyak tertawa dapat mematikan hati.” [HR. Tirmidzi 2/50, Dishahihkan Syaikh Al-Albani, Silsilah Shohihah 3/4] 
- Kurang serius, kurang tekun dan konsentrasi jangka pendek
ia serius dan bersungguh-sunguh dalam bekerja, karena kita diciptakan bukan untuk bermain-main saja. Allah Ta’ala berfirman,
أَفَحَسِبْتُمْ أَنَّمَا خَلَقْنَاكُمْ عَبَثاً وَأَنَّكُمْ إِلَيْنَا لَا تُرْجَعُونَ
“Maka  apakah 
kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara  main-main
 (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?” [Al-Mukminun: 115]
- Kurang berwibawa
Hal ini karena gabungan beberpa sifat seperti banyak tertawa, banyak bergurau dan tidak serius. Berkata 'Umar bin Khatthab radhiallahu ‘anhu,
قال عمر رضي الله عنه: من كثر ضحكه قلت هيبته ومن كثر مزاحه استخف  
"Barangsiapa  
yang banyak tertawa, maka akan sedikit wibawanya,.Barangsiapa yang  
banyak guraunya, maka dengannya dia akan rendah.” [HR. Baihaqiy dalam Kitab Syu'abul 'imaan no: 5019]
- Susah untuk diam, suka bicara dan bercerita
Sanguin sebaiknya mengerem cerita yang ia dapat, tidak semua harus diceritakan dan disampaikan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَ
“Cukuplah seorang dikatakan pendusta bila ia menyampaikan setiap apa yang ia dengar.” [HR. Muslim 1/10]
 - Mudah ikut-ikutan dan tidak tetap pendirian
Kebanyakan
  umat islam suka mengikuti orang kafir teutama Yahudi dan Nasrani,  
karena mereka mendahulukan nafsu dan kebebasan. Sanguin harus hati-hati 
 dalam pola hidupnya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَن تَرْضَىٰ عَنكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ
“Orang-orang Yahudi dan Nashrani tidak akan ridha kepadamu sampai engkau mau mengikuti agama mereka.” [Al-Baqarah: 120)]
Dan firman-Nya,
يَا
  أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِن تُطِيعُوا فَرِيقًا مِّنَ الَّذِينَ  
أُوتُوا الْكِتَابَ يَرُدُّوكُم بَعْدَ إِيمَانِكُمْ كَافِرِينَ
Hai  orang-orang 
yang beriman, jika kamu mengikuti sebahagian dari  orang-orang yang 
diberi Ahli Kitab, niscaya mereka akan mengembalikan  kamu menjadi orang
 kafir sesudah kamu beriman.” [Ali ‘Imran:100].
- Konsentrasi ke “How to spend money” daripada “How to earn/save money”.
Jelas Islam mengajarkan kita agar jangan menghambur-hamburkan harta. Allah Ta’ala berfirman,
وَلاَ تُبَذِّرْ تَبْذِيراً
“dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.” [Al-‘Isra: 76]
2.  Melankolis (Yang Sempurna)  
Gambaran
  umum sifat dasar ini adalah Mereka agak berseberangan dengan  
sanguinis. Seorang melankolis cenderung serba teratur, rapi, terjadwal, 
 tersusun sesuai pola. Umumnya mereka ini suka dengan fakta-fakta,  
data-data, angka-angka dan sering sekali memikirkan segalanya secara  
mendalam. Dalam sebuah pertemuan, orang sanguinis selalu saja  
mendominasi pembicaraan, namun orang melankolis cenderung menganalisa,  
memikirkan, mempertimbangkan, lalu kalau bicara pastilah apa yang ia  
katakan betul-betul hasil yang ia pikirkan secara mendalam sekali.
Orang  melankolis 
selalu ingin serba sempurna dan ingin teratur. Karena itu  jangan heran 
jika seorang yang `melankolis tidak bisa tidur hanya  gara-gara selimut 
yang membentangi tubuhnya belum tertata rapi. Dan  jangan pula coba-coba
 mengubah isi lemari yang telah ia disusun, sebab  betul-betul ia 
tata-apik sekali, sehingga warnanya, jenisnya,  klasifikasi pemakaiannya
 sudah ia perhitungkan dengan rapi. Kalau perlu  ia tuliskan satu per 
satu tata letak setiap jenis pakaian tersebut. Ia  akan dongkol sekali 
kalau susunan itu tiba-tiba jadi lain
Kelebihan melankolis :
- Analitis, mendalam, serius dan penuh pemikiran
Kemampuan
  kekuatan pikiran dan kecerdasannya bisa dipergunakan untuk mempelajari
  ilmu agama dan mendakwahkannya dan menjadi cendikiawan muslim. Ini 
akan  menjadikan tinggi derajatnya. Allah Ta’ala berfirman,
يَرْفَعِ اللَّهُ الَّذِينَ آمَنُوا مِنكُمْ وَالَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجَاتٍ
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” [Al-Mujadilah: 11]
- Mau mengorbankan diri dan bisa mendahulukan orang lain, perasa dan memperhatikan orang lain.
Ini adalah salah satu sifat yang berjiwa besar, sangat dipuji oleh Islam. Akhlak yang sangat jarang kita jumpai. Allah Ta’ala
  memerintahkan agar kita meniru kaum Anshor yang mendahulukan kaum  
Muhajirin diatas kepentingan mereka walaupun mereka juga membutuhkan hal
  tersebut. Allah Ta’ala berfirman,
وَيُؤْثِرُونَ عَلَى أَنفُسِهِمْ وَلَوْ كَانَ بِهِمْ خَصَاصَةٌ
“Mereka  
mengutamakan (orang-orang Muhajirin), atas diri mereka sendiri,  
sekalipun mereka sendiri sangat membutuhkan/dalam kesusahan.” [Al-Hasyr: 9]
- Puas di belakang layar, menghindari perhatian.
Ia bisa selamat dari popularitas/ syuhroh, Islam
  mengajarkan kita agar menjauhi popularitas karena lebih ikhlas dan  
menjauhkan diri dari kesombongan. Salah satunya contoh dari  
salaf/pendahulu kita,
قال حماد بن زيد: كنت أمشي معى أيوب, فيأخذ بي في طرق, إني لآعجب كيف اهتدى لها, فرار من الناس أن يقال: هذا أيوب
Berkata Hammad bin Zaid: “Saya pernah berjalan bersama Ayyub (As-Sikhtyani), maka diapun membawaku ke jalan-jalan cabang (selain jalan umum yang sering dilewati manusia-pen), saya heran mengapa dia bisa tahu jalan-jalan cabang tersebut ?! (ternyata dia melewati jalan-jalan kecil yang tidak dilewati orang banyak) karena takut dan menghindari manusia (mengenalnya dan) mengatakan, “Ini Ayyub” [Berkata Syaikh Abdul Malik Romadhoni: “Diriwayatkan oleh Ibnu Sa’ad (7/249), dan Al-Fasawi dalam Al-Ma’rifah wa At-Tarikh (2/232), dan sanadnya shahih.”, Sittu Duror hal 39, Darul Furqon, cet. Ke-1, 1429 H].
- Berjiwa seni dan kreatif (filsafat & puitis)
Jika
  bakat seni dan kreatifitasnya ia gunakan untuk kemajuan islam, maka 
ini  bagus seperti syair islam dan kemampuan mengolah kata-kata dalam  
menulis dan berdakwah. Atau Desain grafis untuk pamflet kajian.  Namun  
jika digunakan dalam seni seperti musik maka ini berbahaya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ليكونن من أمتي أقوام يستحلون الحر والحرير والخمر والمعازف
“Akan ada di kalangan umatku suatu kaum yang menghalalkan zina, sutera, khamr dan alat musik (al-ma’aazif).” [HR. Al-Bukhari no. 5268. Ibnu Hibban no. 6754, Ath-Thabrani dalam Al-Kabir no. 3417 dan dalam Musnad Syamiyyin no. 588; Al-Baihaqi 3/272, 10/221; Al-Hafidh Ibnu Hajar dalam Taghliqut-Ta’liq 5/18,19 ].
Berbahaya juga jika untuk seni gambar dan patung makhluk bernyawa,
إِنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَذَابًا عِنْدَ اللَّهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الْمُصَوِّرُونَ
“Sesungguhnya manusia yang paling keras siksaannya di sisi Allah pada hari kiamat adalah para penggambar [makhluk bernyawa].” [HR. Al-Bukhari no. 5950 dan Muslim no. 2109]
- Serba tertib dan teratur serta istiqomah
Inilah amal yang dicintai yaitu terus-menerus dan istiqomah. Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلَّ
”Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang terus-menerus [istiqomah] walaupun itu sedikit.” [HR. Muslim no. 783]
- Bisa hidup hemat
  jelas ini ajaran islam, hemat dan berusaha qona’ah. Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ إِذَا أَنفَقُوا لَمْ يُسْرِفُوا وَلَمْ يَقْتُرُوا وَكَانَ بَيْنَ ذَلِكَ قَوَامًا
"Dan orang-orang yang apabila membelanjakan (hartanya), mereka tidak berlebih-lebihan dan tidak pula kikir, dan adalah (pembelanjaan itu) di tengah-tengah antara yang demikian." [Al-Furqan: 67].
Kelemahan Melankolis :
- Sensitif dan punya rasa curiga dan prasangka yang besar
Ini harus dijauhi karena prasangka atau dugaan-dugaan dibenci dalam Islam karena Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,
إِيَّاكُمْ وَالظَّنَّ فَإِنَّ الظَّنَّ أَكْذّبُ الْحَدِيْثِ
"Hati-hatilah kalian terhadap prasangka karena sesungguhnya prasangka adalah berita yang paling dusta" [HR Al-Bukhari no. 6066 dan Muslim no.2563]
Allah Ta’ala berfirman,
اِجْتَنِبُوْا كَثِيْرًا مِنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ
“Jauhilah kalian dari kebanyakan prasangka, sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa”  [Al-Hujuraat: 12]
- Perfeksionis dan punya Standar yang tinggi
Jika
  untuk akhirat tidak mengapa, akan tetapi hati manusia cenderung kepada
  dunia, maka ini harus dikurangi. Terlalu ingin sempurna dan melampui  
batas dalam urusan dunia. Allah Ta’ala berfirman,
فَأَمَّا
  مَن طَغَى وَآثَرَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا فَإِنَّ الْجَحِيمَ هِيَ  
الْمَأْوَى وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ  
الْهَوَى فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى
“Adapun orang yang melampaui batas, Dan lebih mengutamakan kehidupan dunia, Maka Sesungguhnya nerakalah tempat tinggal(nya).
  Dan Adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran Tuhannya dan 
menahan  diri dari keinginan hawa nafsunya, Maka Sesungguhnya syurgalah 
tempat  tinggalnya”. [An-Nazi’at: 37-41]
- Cenderung melihat masalah dari sisi negatif (murung dan tertekan) dan mudah pesimis
Kita
  tidak boleh seperti ini, hidup harus optimis dan yakin bahwa Allah  
tidak akan menyia-nyiakan orang-orang yang benar-benar beriman, yakin  
bahwa rahmat Allah luas dan Allah lebih mencintai hambanya dibandingkan 
 kecintaan hamba terhadap dirinya sendiri. Allah Ta’ala berfirman,
وَأَنَّ اللّهَ لاَ يُضِيعُ أَجْرَ الْمُؤْمِنِينَ
“Dan Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang beriman.” [Ali Imran: 171]
 - Susah gembira, susah melupakan masalah dan pendendam
Tidak ada yang perlu disedihkan terlalu lama dalam islam. Allah Ta’ala berfirman,
فَإِنَّ مَعَ الْعُسْرِ يُسْرًا
“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.” [Alam Nasyroh: 5]
Biasanya  orang 
melankolis bersedih karena ia masih menganggap ada sesuatu yang  kurang 
dan ia belum sempurna, maka solusinya adalah sering-sering  melihat yang
 dibawah kita agar kita sering besyukur. Dari Abu Hurairah,  Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
انظروا إلى من هو أسفل منكم ولا تنظروا إلى من هو فوقكم ، فهو أجدر أن لا تزدروا نعمة الله عليكم
“Pandanglah  
orang yang berada di bawahmu (dalam masalah harta dan dunia) dan  
janganlah engkau pandang orang yang berada di atasmu (dalam masalah  
ini). Dengan demikian, hal itu akan membuatmu tidak meremehkan nikmat  
Allah padamu.” [HR. Bukhari dan Muslim]
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إذا نظر أحدكم إلى من فضل عليه في المال والخلق فلينظر إلى من هو أسفل منه
“Jika  salah 
seorang di antara kalian melihat orang yang memiliki kelebihan  harta 
dan bentuk (rupa) [al kholq], maka lihatlah kepada orang yang  berada di
 bawahnya.” [HR. Bukhari dan Muslim]
- Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri rendah
Setiap
  manusia pasti pernah bersalah, jangan terlalu berlarut menyesali  
kesalahan, karena ajaran Islam adalah segera bangkit, bertaubat dan  
memperbaiki diri. Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,
كُلُّ بَنِي آدَمَ خَطَّاءٌ وَخَيْرُ الْخَطَّائِيْنَ التَّوَّابُوْنَ.
"Setiap anak Adam pasti berbuat salah dan sebaik-baik orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat". [HR Tirmidzi 2499, Shohih at-Targhib 3139]
- Melewatkan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan
Jika
  plegmatis menunda karena malas, maka melankolis menunda karena belum  
sempurna. Maka hendaknya ia perhatikan kaidah fiqhiyah bahwa kita bisa  
mencapai setengahnya dulu misalnya daripada tidak bisa sama sekali,
ما لا يدرك كله لايترك كله
“Sesuatu yang tidak bisa dicapai seluruhnya jangan ditinggal seluruhnya”
- Tukang kritik, tetapi sensitif terhadap kritik yang menentang dirinya
Seharusnya ia ingat perkataan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
يبصر أحدكم القذاة في أعين أخيه، وينسى الجذل- أو الجذع - في عين نفسه
"Salah seorang dari kalian dapat melihat kotoran kecil di mata saudaranya tetapi dia lupa akan kayu besar yang ada di matanya." [HR. Bukhari dalam Adabul Mufrod no. 592. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa riwayat ini shahih]
3. Koleris (Yang Kuat)
3. Koleris (Yang Kuat)
Gambaran
  umumnya adalah mereka suka sekali mengatur orang, suka tunjuk-tunjuk  
atau perintah-perintah orang. Ia tak ingin ada penonton dalam  
aktivitasnya. Bahkan tamu pun bisa saja ia suruh melalukan sesuatu  
untuknya. Akibat sifatnya yang suka jadi bos sehingga orang
  koleris tak punya banyak teman. Orang-orang berusaha menghindar,  
menjauh agar tak jadi “korban” karakternya yang suka mengatur dan tak  
mau kalah itu.
Orang koleris senang
 dengan tantangan, suka  petualangan. Mereka punya rasa, “hanya saya 
yang bisa menyelesaikan  segalanya; tanpa saya berantakan semua”. Karena
 itu mereka sangat “goal oriented”,  tegas, kuat, cepat dan 
tangkas mengerjakan sesuatu. Baginya tak ada  istilah tidak mungkin. 
Seorang wanita koleris, mau dan berani naik  tebing, memanjat pohon, 
bertarung ataupun memimpin peperangan. Kalau ia  sudah kobarkan semangat
 “ya pasti jadi”, maka hampir dapat dipastikan  apa yang akan ia lakukan
 akan tercapai seperti yang ia katakan. Sebab ia  tak mudah menyerah, 
serta tak mudah pula mengalah.
Kelebihan koleris :
- Senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif serta unggul dalam keadaan darurat
Inilah
  yang dibutuhkan oleh Islam, seorang pemimpin yang kuat.  Minimal ia  
menjadi pemimpin bagi diri sendiri atau di rumah tangganya. Dan kaidah  
Islam dalam memilih pemimpin adalah laki-laki yang kuat dan tegas dengan
  agama yang pas-pasan lebih didahulukan daripada laki-laki yang shalih 
 tetapi lemah dan kurang tegas.  Bisa kita lihat contohnya dalam kisah  
Abu Dzar radhiallahu ‘anhu
 Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepada Abu Dzar radhiallahu ‘anhu,
يَا
  أَبَا ذَرٍّ إِنِّي أَرَاكَ ضَعِيفًا وَإِنِّي أُحِبُّ لَكَ مَا أُحِبُّ 
 لِنَفْسِي لَا تَأَمَّرَنَّ عَلَى اثْنَيْنِ وَلَا تَوَلَّيَنَّ مَالَ  
يَتِيمٍ.
"Ya Abu Dzar, aku
 lihat engkau seorang yang  lemah dan aku suka engkau mendapatkan 
sesuatu yang aku sendiri  menyukainya. Janganlah engkau memimpin dua 
orang dan janganlah engkau  mengurus harta anak yatim".[HR Muslim no.1826]
Dijelaskan oleh para ulama, bahwasanya Abu Dzar radhiallahu ‘anhu  sangat
  dermawan dan perasa. Jika ada yang meminta akan ia berikan 
bagaimanapun  juga. Sehingga jika mengurus harta maka kurang baik.
- Berkemauan keras dan pasti untuk mencapai sasaran dan target
Inilah ajaran Islam selalu bersemangat mencapai apa-apa yang bermanfaat bagi kita dunia dan akhirat. Nabi fiqhiyah bersabda
احرص
  على ما ينفعك، واستعن بالله ولا تعجزن، وإن أصابك شيء فلا تقل لو أني 
فعلت  لكان كذا وكذا؛ ولكن قل: قدر الله وما شاء فعل، فإن لو تفتح عمل 
الشيطان
“Bersemangatlah  
kamu terhadap apa-apa yang bermanfaat bagi kamu, dan mohonlah  
pertolongan pada Allah dan jangan merasa lemah. Dan jika meminpamu  
sesuatu maka jangan katakan andaikata dulu saya melakukan begini pasti  
akan begini dan begini, tetapi katakanlah semua adalah takdir dari Allah
  dan apa yang dikehendakiNya pasti terjadi.” [HR Muslim]
- Bebas dan mandiri
Kita
  tidak boleh bergantung terhadap makhluk, harus bisa mandiri jika kita 
 bisa mengerjakannya atau mengusahakannya. Kita hanya bergantung kepada 
 Allah dengan tawakkal dan berdoa. Berusaha mengambil sebab-sebabnya dan
  menyerahkan hasilnya kepada Allah kemudian ridha dengan hasil yang  
ditentukan Allah. Inilah hakikat tawakkal, Allah Ta’ala berfirman,
وَعَلَى اللّهِ فَتَوَكَّلُواْ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
“Dan kepada Allah saja hendaknya kalian bertawakal, jika kalian benar-benar beriman.” [QS. Al-Ma’idah: 23]. 
- Berani menghadapi tantangan dan masalah
- Berani menghadapi tantangan dan masalah
Sifat berani harus ada dalam jiwa seorang muslim. Dan dicontohkan langsung oleh Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ditegaskan oleh Anas bin Malik radhiallahu’anhu, ia adalah orang yang berkhidmad kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sehingga selalu menyertai beliau kemanapun dan kapanpun, Anas bin Malik radhiallahu’anhu berkata,
كان النبي صلى الله عليه وسلم أشجع الناس وأجود الناس
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah orang yang paling berani dan paling dermawan.” [HR. Bukhari no.1033, Muslim no. 2307]
- Berprinsip, ”Hari
  ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari 
hari  ini” dan biasanya punya visi ke depan
Ini jelas prisnsip Islam dalam Al-Quran,
يَا
  أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنظُرْ نَفْسٌ مَّا  
قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا  
تَعْمَلُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok ; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” [Al-Hasyr: 18]
Kelemahan Koleris :
- Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak taktis)
Sering-sering ingat hadits,
عَنْ
  أَبِيْ هُرَيْرَةَ أَنَّ رَجُلًا قَالَ لِلنَّبِيِّ : أَوْصِنِيْ ، قَالَ
 :  لَا تَغْضَبْ . فَرَدَّدَ مِرَارًا ؛ قَالَ :  لَا تَغْضَبْ .
Dari  Abu 
Hurairah Radhiallahu ‘anhu bahwa ada seorang laki-laki berkata  kepada 
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam : “Berilah aku wasiat”. Beliau  
menjawab, “Engkau jangan marah!” Orang itu mengulangi  permintaannya 
berulang-ulang, kemudian Nabi Shallallahu ‘alaihi wa  sallam bersabda: 
“Engkau jangan marah!” [HR al-Bukhâri no. 6116]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لَيْسَ الشَّدِيْدُ بِالصُّرَعَةِ ، إِنَّمَا الشَّدِيْدُ الَّذِيْ يَمْلِكُ نَفْسَهُ عِنْدَ الْغَضَبِ.
“Orang  yang kuat
 itu bukanlah yang pandai bergulat, tetapi orang yang kuat  ialah orang 
yang dapat mengendalikan dirinya ketika marah”. [ HR al-Bukhâri no. 6114 dan Muslim no. 2609]
beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ
  كَظَمَ غَيْظًا وَهُوَ قَادِرٌ عَلَى أَنْ يُنْفِذَهُ دَعَاهُ اللهُ 
عَزَّ  وَجَلَّ عَلَى رُؤُوْسِ الْخَلاَئِقِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى  
يُخَيِّرَهُ اللهُ مِنَ الْحُوْرِ الْعِيْنِ مَا شَاءَ.
“Barangsiapa menahan amarah padahal ia mampu melakukannya,
  pada hari Kiamat Allah 'Azza wa jalla akan memanggilnya di hadapan seluruh makhluk,
  kemudian Allah menyuruhnya untuk memilih bidadari yang ia sukai” [
  HR Ahmad (III/440), Abu Dawud (no. 4777), at-Tirmidzi (no. 2021), dan 
 Ibnu Majah (no. 4286) Dihasankan oleh Syaikh al-Albâni dalam Shahîh  
al-Jâmi’ish Shaghîr (no. 6522).]
- Senang main perintah saja, memanipulasi dan menuntut orang lain dan cenderung memperalat orang lain
Hendaknya
  koleris berpikir bagaimana jika ia sering diperintah-perintah saja,  
tentu ia tidak akan senang. Perlakukanlah orang lain sebagaimana kita  
ingin diperlakukan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
لاَ يُؤمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ 
“Tidaklah salah seorang di antara kalian beriman sehingga ia mencintai saudaranya seperti mencintai dirinya sendiri.” [HR. Bukhari-Muslim]
- Terlalu kaku dan  keras, tidak terlalu menyukai air mata dan emosi tidak simpatik
Sebaiknya koleris bisa lembut sedikit, dengan kelembutan maka akan mempermudah urusan. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda,
إن الرفق لا يكون في شيء إلا زانه . ولا ينزع من شيء إلا شانه
“Tidaklah  
kelembutan itu ada pada sesuatu, kecuali akan menghiasnya. Tidaklah  
kelembutan itu hilang dari sesuatu, kecuali akan memperburuknya” (HR. Muslim no. 2594)
- Sering membuat keputusan tergesa-gesa, tidak terlalu suka yang sepele dan bertele-tele
Tergesa-gesa jelas membuat hasilnya nanti buruk atau bahkan tidak kita dapatkan sama sekali. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
التَّأَنيِّ مِنَ اللهِ وَ العُجْلَةُ مِنَ الشَّيْطَانِ
“Sifat perlahan-lahan (sabar) berasal dari Allah. Sedangkan sifat ingin tergesa-gesa itu berasal dari setan.” [HR. Baihaqi, dihasankan oleh  Al-Albani dalam Al Jami’ Ash Shoghir no.3011]
Dan kaidah fiqhiyah menyatakan,
من استعجل شيئا قبل أوانه عوقب بحرمانه
“Barangsiapa yang terburu-buru ingin mendapatkan sesuatu, maka diberi hukuman dengan tidak mendapatkannya”  
- Amat sulit mengaku salah dan meminta maaf
- Amat sulit mengaku salah dan meminta maaf
Ini bukanlah sikap seorang yang berjiwa besar. Mengakui kesalahan merupakan ajaran para nabi. Nabi Adam ‘alaihissalam mengakui kesalahannya dan memohon ampun,
قَالاَ رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
Keduanya  
berkata: "Ya Tuhan kami, kami telah menganiaya diri kami sendiri, dan  
jika Engkau tidak mengampuni kami dan memberi rahmat kepada kami,  
niscaya pastilah kami termasuk orang-orang yang merugi. [Al-A’raf: 23]
Nabi Yunus‘alaihissalam mengakui kesalahannya,
وَذَا
  النُّونِ إِذ ذَّهَبَ مُغَاضِباً فَظَنَّ أَن لَّن نَّقْدِرَ عَلَيْهِ  
فَنَادَى فِي الظُّلُمَاتِ أَن لَّا إِلَهَ إِلَّا أَنتَسُبْحَانَكَ إِنِّي
  كُنتُ مِنَ الظَّالِمِينَ
Dan (ingatlah  
kisah) Dzun Nun (Yunus), ketika ia pergi dalam keadaan marah, lalu ia  
menyangka bahwa Kami tidak akan mempersempitnya (menyulitkannya), maka  
ia menyeru dalam keadaan yang sangat gelap : "Bahwa tidak ada Tuhan  
selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah termasuk  
orang-orang yang zalim." [Al-Anbiya’:87]
Nabi Musa ‘alaihissalam mengakui kesalahannya,
قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ
Musa  berdoa "Ya 
Tuhanku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri  karena itu 
ampunilah aku". Maka Allah mengampuninya, sesungguhnya Allah  Dialah 
Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [Al-Qashash: 16]
4.  Plegmatis (Cinta Damai) 
Gambaran
  umum mengenai sifat dasar ini adalah mereka tak suka terjadi konflik, 
 karena itu disuruh apa saja ia mau lakukan, meski ia tidak suka. 
Baginya  kedamaian adalah segalanya. Jika timbul masalah ia akan 
berusaha  mencari solusi yang damai tanpa timbul pertengkaran. Ia mau 
merugi  sedikit atau rela sakit, asalkan masalahnya segera selesai.
Kaum  plegmatis 
kurang bersemangat, kurang teratur dan serba dingin,  cenderung diam, 
kalem, dan kalau memecahkan masalah umumnya sangat  menyenangkan. Dengan
 sabar ia mau jadi pendengar yang baik, tapi kalau  disuruh untuk 
mengambil keputusan ia akan terus menunda-nunda. Kalau  anda lihat 
tiba-tiba ada sekelompok orang berkerumun mengelilingi satu  orang yang 
asyik bicara terus, maka pastilah para pendengar yang  berkerumun itu 
orang-orang plegmatis. Sedang yang bicara tentu saja  sanguinis.
Berurusan dengan 
orang plegmatis bisa serba  salah. Ibarat keledai, “kalau didorong 
ngambek, tapi kalau dibiarin tak  jalan”. Jika kita punya pegawai 
plegmatis, anda harus rajin  memotivasinya sampai ia termotivasi 
sendiri.
Kelebihan plegmatis :
- Damai, tenang, santai dan teguh, mudah diajak rukun dan mudah bergaul,
Suka perdamaian dan menghindari pertikaian, perpecahan dan konflik adalah sesuatu yang sangat dianjurkan dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman,
وَالصُّلْحُ خَيْرٌ
“Dan perdamaian itu lebih baik (bagi mereka) [An- Nisaa:128].
وَاعْتَصِمُواْ بِحَبْلِ اللّهِ جَمِيعاً وَلاَ تَفَرَّقُواْ
“Dan berpeganglah kalian dengan tali Allah seluruhnya, dan jangan bercerai-berai” [ Ali ’Imran : 103]
- Sabar, seimbang, dan pendengar yang baik
Kesabaran adalah anugrah terbesar yang harus disyukuri oleh plegmatis. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda,
وَمَا أُعْطِيَ أَحَدٌ عَطَاءً خَيْرًا وَأَوْسَعَ مِنَ الصَّبْرِ
"Tidaklah seseorang diberi pemberian yang lebih baik dan lebih luas daripada kesabaran.” [HR. Al-Bukhari no. 1469 dan Muslim no. 2421]
 - Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana
Plegmatis
  bisa selamat dari bahaya lidah, karena lidah dan kemaluan yang paling 
 banyak memasukkan seseorang kedalam neraka sesuai dengan hadits,
ثُمَّ
  قَالَ: أَلاَ أُخْبِرُكَ بِمِلاَكِ ذَلِكَ كُلِّهِ؟ قُلْتُ: بَلَى يَا  
رسولَ اللهِ. فَأَخَذَ بِلِسَانِهِ وَقَالَ: كُفَّ عَلَيْكَ هَذَا، قُلْتُ:
  يَا رسولَ اللهِ، وَإِنَّا لَمُؤَاخَذُوْنَ بِمَا نَتَكَلَّمُ بِهِ؟  
قَالَ: ثَكِلَتْكَ أُمُّكَ يَا مُعَاذُ، وَهَلْ يَكُبُّ النَّاسَ فِي  
النَّارِ عَلَى وُجُوْهِهِمْ إِلاَّ حَصَائِدُ أَلْسِنَتِهِمْ؟!
“Kemudian  beliau
 bersabda, “Inginkah kuberitahukan kepadamu penegak dari semua  amalan 
itu?” aku (Muadz) menjawab, “Mau wahai Rasulullah.” Maka beliau memegang lidahnya seraya bersabda, “Tahanlah ini,”
  aku bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah kami betul-betul akan disiksa 
 akibat ucapan kami?” beliau menjawab, “Kasihan kamu wahai Muadz, apakah ada yang menjerambabkan manusia di dalam neraka di atas wajah-wajah mereka kecuali buah dari ucapan lisan-lisan mereka?” [HR. At-Tirmizi no. 2616 dan dia berkata, “Hadits hasan shahih.”]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda,
مَنْ يَضْمَنْ لِي مَا بَيْنَ لِحْيَيْهِ وَمَا بَيْنَ رِجْلَيْهِ أَضْمَنْ لَهُ الْجَنَّةَ
“Barangsiapa  
yang menjamin untukku bisa menjaga apa yang ada di antara dua  
janggutnya (janggut dan kumis) dan apa yang ada di antara kedua kakinya,
  maka aku menjamin surga untuknya.” [HR. Al-Bukhari no. 6474]
- Berbelaskasihan [sifat rahmah] dan peduli, simpatik dan baik hati (sering menyembunyikan emosi)
Sifat rahmah sudah dicontohkan oleh teladan kita Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Allah Ta’ala berfirman,
لَقَدْ جَاءكُمْ رَسُولٌ مِّنْ أَنفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُم بِالْمُؤْمِنِينَ رَؤُوفٌ رَّحِيمٌ
“Sungguh  telah 
datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa  olehnya
 penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan)  bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” [At Taubah: 128]
- Penengah masalah yang baik
Ini adalah pekerjaan yang mulia, menjadi penengah dan berusaha mendamaikan pihak-pihak yang konflik dan bertentangan.  Allah Ta’ala berfirman,
وَإِن طَائِفَتَانِ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ اقْتَتَلُوا فَأَصْلِحُوا بَيْنَهُمَا
“Dan kalau ada dua golongan dari kaum mukminin berperang hendaklah kamu mendamaikan keduanya.” [Al Hujuraat: 9]
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ إِخْوَةٌ فَأَصْلِحُوا بَيْنَ أَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُونَ
“Orang-orang  
beriman itu sesungguhnya bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah 
 hubungan) antara kedua saudaramu itu dan takutlah terhadap Allah,  
supaya kamu mendapat rahmat.” [Al Hujuraat: 10]
- Tidak suka menyinggung perasaan dan menyakiti orang lain serta menyenangkan 
Ia
  bisa lebih selamat dari ancaman sering menyakiti orang lain. Berbeda  
dengan celotehan ringan sanguin yang kadang menusuk dan tidak pada  
tempatnya atau perintah dan tekanan dari koleris yang asal saja. Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ يُؤْذُونَ الْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ بِغَيْرِ مَا اكْتَسَبُوا فَقَدِ احْتَمَلُوا بُهْتَاناً وَإِثْماً مُّبِيناً
“Dan  orang-orang
 yang menyakiti orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan  tanpa 
kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka telah  memikul 
kebohongan dan dosa yang nyata.” [Al-Ahzab:58]
Kelemahan pelegmatis : 
- Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri
Tetap harus semangat sesuai dengan jiwa seorang muslim. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi Wa sallam bersabda,
احْرِصْ عَلَى مَا يَنْفَعُكَ وَاسْتَعِنْ بِاللَّهِ وَلاَ تَعْجِزْ
“Bersemangatlah atas hal-hal yang bermanfaat bagimu. Minta tolonglah pada Allah, jangan engkau lemah.” [HR. Muslim: 47. Kitab Al Qodar] 
- Terkesan malas dan Kurang antusias
- Terkesan malas dan Kurang antusias
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam mengajarkan kia berlindung kepada Allah dari sifat malas,
اللَّهُمَّ
  إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ
  وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ  
الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ
Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, rasa malas,
  rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku juga  
berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan  
kematian).” [HR. Bukhari no. 6367 dan Muslim no. 2706]
- Suka Menunda-nunda  dan menggantungkan masalah.
Ini sikap yang kurang baik, kita diperintahkan untuk bersegera dalam kebaikan dan berlomba-lomba.
عن
  ابن عمر رضي الله عنهما قال: أخذ رسول الله صلى الله عليه وسلم بمنكبي  
فقال: "كن في الدنيا كأنك غريب أو عابر سبيل" وكان ابن عمر رضي الله تعالى 
 عنهما يقول: إذا أمسيت فلا تنتظر الصباح، وإذا أصبحت فلا تنتظر المساء، 
وخذ  من صحتك لمرضك، ومن حياتك لموتك. رواه البخاري
Dari  Ibnu Umar 
radhiallahu ‘anhuma beliau berkata: Rasulullah shallallahu  ‘alaihi wa 
sallam pernah memegang kedua pundakku seraya bersabda,  “Jadilah engkau 
di dunia seperti orang asing atau musafir.” Ibnu Umar  berkata: “Jika
 engkau berada di sore hari jangan menunggu  datangnya pagi dan jika 
engkau berada pada waktu pagi hari jangan  menunggu datangnya sore. Pergunakanlah masa sehatmu sebelum sakit dan masa hidupmu sebelum mati.” [HR. Bukhari, hadist Arbain ke-40]
 Allah Ta’ala berfirman,
فَاسْتَبِقُواْ الْخَيْرَاتِ
“Maka berlomba-lombalah (dalam membuat) kebaikan”. [Al-Baqarah: 148]
وَسَارِعُواْ إِلَى مَغْفِرَةٍ مِّن رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمَاوَاتُ وَالأَرْضُ أُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِينَ
“Dan bersegeralah
  kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas 
 langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa” [Al-Imran:133]
- Menghindari tanggung jawab dan tidak ingin memegang amanah
Padahal setiap kita adalah pemimpin yang akan mempertanggung jawabkan di dunia dan akhirat. Sahabat Ibnu ‘Umar radhiallahu 'anhuma meriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya beliau bersabda,
«
  ألا كلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته ، فالأمير الذي على الناس راع وهو  
مسئول عن رعيته ، والرجل راع على أهل بيته وهو مسئول عنهم ، والمرأة راعية 
 على بيت بعلها وولده وهي مسئولة عنهم ، والعبد راع على مال سيده وهو مسئول
  عنه ، ألا فكلكم راع وكلكم مسئول عن رعيته » . رواه مسلم
"Ketahuilah, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang orang yang dipimpinnya.
  Seorang Amir (pemimpin negara) adalah pemimpin dan ia akan ditanya  
tentang rakyat yang dipimpinnya. Seorang lelaki/suami adalah pemimpin  
bagi keluarga nya dan ia akan ditanya tentang mereka. Wanita/istri  
adalah pemimpin terhadap rumah suaminya dan anak suaminya dan ia akan  
ditanya tentang mereka. Budak seseorang adalah pemimpin terhadap harta  
tuannya dan ia akan ditanya tentang harta tersebut. Ketahuilah setiap  
kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan ditanya tentang orang yang
  dipimpinnya." [HR. Al-Bukhari no. 5200, 7138 dan Muslim no. 4701]
- Terlalu pemalu dan pendiam
Kelemahan
  plegmatis adalah agak susah melakukan amar ma’ruf dan nahi mungkar,  
karena ia terlalu pemalu untuk mengajak seseorang untuk beramal dan  
berdakwah ataupun melarangnya dari hal yang haram. Padahal kita  
diperintahkan untuk hal ini. Allah Ta’ala berfirman,
كنتم خير أمة أخرجت للناس تأمرون بالمعروف وتنهون عن المنكر وتؤمنون بالله 
“Kalian  adalah 
sebaik-baik ummat yang dikeluarkan kepada manusia, kalian  memerintahkan
 kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang mungkar , dan  beriman kepada
 Allah“. [Ali-Imran :110]
Jika terus-menerus akan berbahaya, Abu 'Ali ad-Daqqâq rahimahullah berkata,
الْمُتَكَلِّمُ بِالْبَاطِلِ شَيْطَانٌ نَاطِقٌ وَالسَّاكِتُ عَنِ الْحَقِّ شَيْطَانٌ أَخْرَسُ
"Orang yang berbicara dengan kebatilan adalah setan yang berbicara, sedangkan orang yang diam dari kebenaran adalah setan yang bisu.” [ad-Dâ` wad-Dawâ` hal. 100, Darul ma’rifah, Magrib, cet. Ke-1, 1418 H, Asy-Syamilah]
Penutup
Satu
  yang ingin kami tekankan sekali lagi bahwa semua yang berkaitan dengan
  kemashlahatan dunia dan akhirat sudah diajarkan oleh islam. Mengapa kita masih mencari motivasi, jalan keluar dan prinsip hidup dari orang-orang kafir dan fasik.
  Mengambil dari filsafat yunani atau filsafat cina dan sebagainya.  
Boleh-boleh saja jika bersesuaian dengan Islam, tetapi kenapa kita tidak
  mendahulukan perkataan Allah dan Rasul-Nya, perkataan sahabat,  
perkataan ulama dan orang-orang shalih?
Yang sering  
dilakukan oleh umat islam adalah menukil dan menulis perkataan tokoh  
kafir A, Ilmuan Kafir B, Artis fasik lagi kafir C. Walaupun perkataan  
mereka ada benarnya juga tetapi sebagai bukti kecintaan dan loyalitas  
kita, maka kita dahulukan agama Kita. Padahal apa yang mereka katakan berupa prinsip kebaikan sudah ada dalam ajaran agama kita.
  Inilah bukti bahwa kita sangat jauh dari ajaran agama islam dan jauh  
dari kitab-kitab para ulama. Kita tidak tahu ternyata itu semua sudah  
ada dalam islam.
Alhamdulillahilladzi
 bi ni’matihi  tatimmush sholihaat, wa shallallahu ‘ala nabiyyina 
Muhammad wa ‘ala  alihi wa shohbihi wa sallam. 
Disempurnakan di Lombok, pulau seribu masjid
6 Daulqo'dahl 1432 H, Bertepatan  4 Oktober 2011
Penyusun:  Raehanul Bahraen
Sumber: http://elhijrah.blogspot.com/
 
 

 








Manusia sdh memiliki pedoman dalam segala hal, tapi tabiat manusia selalu mencari sesuatu yg sesuai dengan seleranya, sehingga akan melenceng dari tuntutan Rasulullah SAW, thanks atas tausiahnya.
BalasHapusIjin share ya. Jazakallah khoyr
BalasHapus