Oleh Syaikh Su’aiyyid bin Hulaiyyil Al-Umar
Segala puji bagi Allah yang telah mengutus rasul-Nya dengan membawa
petunjuk dan agama yang benar, untuk memenangkannya diatas segenap
agama, dan cukuplah Allah sebagai saksi.
Semoga shalawat serta salam atas Nabi kita Muhammad, pengemban ajaran
yang bersih dan murni, demikian juga atas keluarga, para sahabat dan
pengikutnya, serta siapa saja yang meneladani dan berpedoman pada ajaran
beliau sampai hari kiamat nanti. Amma ba’du.
Di dalam Al-Qur’an, Allah memerintahkan kita agar menetapi jalan petunjuk yang lurus dengan firman-Nya.
“Artinya : Dan bahwa (yang kami perintahkan ini) adalaj jalan-Ku yang
lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang
lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalannya,
yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa” [Al-An’am :
153]
Allah melarang kita menyelisihi ajaran Nabi-Nya dengan firmanNya.
“Artinya : Hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan
ditimpa cobaan atau ditimpa azab yang pedih” [An-Nur : 63]
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam memperingatkan kita melalui sabdanya.
“Artinya : Sungguh, siapa saja diantara kalian yang hidup setelahku,
pasti akan menjumpai perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian
untuk berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Al-Khulafa ar-Rasyidin
yang telah diberi petunjuk sepeninggalku” [HR Tirmidzi dan Abu Dawud,
shahih]
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam memberitakan di dalam sebuah
hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari jalur Aisyah bahwa
siapa saja yang mencari-cari perkataan (dalil) yang samar, pasti dia
akan tergelincir, yaitu ketika beliau bersabda.
“Artinya : Jika kalian, melihat orang-orang yang mencari-cari
dalil-dalil yang samar, maka merekalah orang-orang telah disebut oleh
Allah, sehingga hendaklah kalian berhati-hati dari mereka”
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga memperingatkan dengan
keras dari ulama yang mengajak kepada kesesatan dalam sabdanya.
“Artinya : Sesungguhnya Allah tidak mencabut ilmu (agama) dari manusia
sekaligus, akan tetapi Allah mencabut ilmu (agama) dengan cara
mewafatkan para ulama, sampai tidak tersisa seorang ulama-pun, sehingga
manusia akan mengangkat para pemimpin yang bodoh (dalam ilmu agama).
Ketika para pemimpin yang bodoh tersebut ditanya, maka mereka akan
berfatwa tanpa dasar ilmu, sehingga mereka sesat dan menyesatkan”.
Pada lafadz Bukhari :
“ Maka mereka berfatwa sesuai dengan akal pikiran mereka”
Betapa banyak orang-orang seperti ini di zaman kita, suatu zaman yang
segala urusan di dalamnya bercampur aduk serta samar-samar bagi orang
yang ilmunya sedikit, sehingga mereka mengikuti hawa nafsu mayoritas
manusia, baik dalam kebenaran maupun kebatilan, kemudian takut
mengungkapkan kebenaran, karena menyelisihi pendapat masyarakat umum dan
mereka lebih memilih mayoritas manusia, terlebih lagi di zaman yang
kacau dan serba global ini, komunikasi begitu mudah dan cepat, maka
muncullah slogan-slogan heboh : demokrasi, liberal, hak-hak wanita, hak
azasi manusia (HAM), persamaan gender dan yang semisalnya.
Ini semua diterima oleh orang-orang yang hatinya menyimpang atau yang
telah dididik oleh barat, kemudian di tulis di koran-koran dan
disebarkan melalui media masa, gaungnya begitu kuat, sehingga disangka
oleh masyarakat, bahwa itu semua merupakan suatu kebenaran, padahal ini
merupakan kebatilan yang paling buruk.
Di antara slogan bodoh muncul adalah demonstrasi, pencetusnya adalah
orang-orang kafir, mereka orang-orang yang tidak menghiraukan dalil dan
tidak menggunakan akal. Kemudian penyakit ini berpindah ke negeri-negeri
kaum muslimin melalui didikan barat.
Kita mengetahui bahwa api fitnah, bid’ah dan slogan menyialaukan muncul
di saat jumlah para ulama sedikit, dan akan padam kobarannya ketika para
ulama masih banyak.
Sungguh Allah telah menjaga negeri Al-Haramain (Mekkah dan Madinah) dari
berbagai fitnah dan kejahatan yang besar serta bid’ah, berkat anugrah
Allah, kemudian karena adanya kumpulan para ulama rabbaniyyin yang tidak
takut celaan manusia ketika membela agama Allah, setiap kali tanduk
bid’ah muncul, maka mereka segera menumpasnya, begitupula setiap kali
leher ahlul bid’ah terangkat, maka mereka segera menundukkannya dengan
ilmu syari’at, penjelasan ilahi, sunnah Nabi dan atsar para Salaf.
Sama sekali, saya tidak menyangka akan muncul generasi Al-Haramain yang
mengajak kepada slogan jahiliyyah ini, sampai akhirnya benar-benar
muncul. Dan kita yakin, bahwa mereka terpengaruh oleh orang-orang luar,
atau mereka berfatwa tanpa dasar ilmu. Maka ada yang bertanya : Apa
hukum demonstrasi-demonstrasi ini ?
Jawab.
Demonstrasi adalah bid’ah ditinjau dari berbagai sudut pandang.
Pertama
Demonstrasi ini digunakan untuk menolong agama Allah, dan meninggikan derajat kaum muslimin, lebih-lebih di negeri-negeri Islam.
Dengan demikian, menurut pelakunya, demonstrasi merupakan ibadah, bagian
dari jihad. Sedangkan kita telah memahami, bahwa hukum asal ibadah
adalah terlarang, kecuali jika ada dalil yang memerintahkannya.
Dari sudut pandang ini, demonstrasi merupakan bid’ah dan perkara yang
diada-adakan di dalam agama. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda :
“Artinya : Siapa saja yang membuat ajaran baru dalam agama ini dan bukan
termasuk bagian darinya maka akan tertolak” [HR Muttafaqun Alaih]
Diriwayatkan oleh Muslim dan Bukhari secara mu’allaq.
“Artinya : Siapa saja yang melakukan suatu amalan yang tidak kami perintahkan, maka amalan tersebut tertolak”.
Kedua
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam terkena fitnah dan ujian para sahabat
sepeninggal beliau juga demikian, seperti peperangan dengan orang-orang
murtad, tidak ketinggalan pula umat beliau selama berabad-abad juga
diuji. Akan tetapi mereka semua tidak demonstrasi. Jika demonstrasi itu
baik, tentunya mereka akan mendahului kita untuk melakukannya.
Ketiga
Sebagian orang menisbatkan demonstrasi kepada Umar bin Al-Khaththab
Radhiyallahu ‘anhu, dan ini sama sekali tidak benar, karena keshahihan
riwayatnya tidak diakui oleh para ulama. Maka penisbatan demonstrasi
kepada Umar merupakan kedustaan atas nama beliau sang pembeda (Al-Faruq)
Radhiyallahu ‘anhu yang masuk Islam terang-terangan dan berhijrah di
siang bolong.
Keempat
Di dalam demonstrasi ada tasyabbuh (penyerupaan) dengan orang-orang
kafir, padahal Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda.
“Artinya : Siapa saja yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk golongan mereka” [HR Abu Dawud dengan sanad yang hasan]
Hal ini dikarenakan demonstrasi tidak dikenal dalam sejarah kaum
muslimin kecuali setelah mereka bercampur baur dengan orang-orang kafir.
Kelima
Demonstrasi secara umum tidak akan bisa digunakan untuk membela
kebenaran dan tidak akan bisa digunakan untuk mengugurkan kebatilan.
Terbukti, seluruh dunia demonstrasi untuk menghentikan kebengisan Yahudi
di Palestina, apakah kebiadaban Yahudi berhenti? Atau apakah kejahatan
mereka semakim menjadi-jadi karena melihat permohonan tolong orang-orang
lemah ?!!
Jika ada orang yang mengatakan : Demonstrasi merupakan perwujudan amar
ma’ruf dan nahi mungkar. Maka kita katakan : Kemungkaran tidak boleh
diingkari dengan kemungkaran yang semisalnya. Karena kemungkaran tidak
akan diingkari kecuali oleh orang yang bisa membedakan antara kebenaran
dan kebatilan, sehingga dia akan mengingkari kemungkaran tersebut atas
dasar ilmu dan pengetahuan. Tidak mungkin kemungkaran bisa diingkari
dengan cara seperti ini.
Keenam
Termasuk misi rahasia sekaligus segi negative demonstrasi adalah, bahwa
demonstrasi merupakan alat dan penyebab habisnya semangat rakyat, karena
ketika mereka keluar, berteriak-teriak dan berkeliling di jalanan, maka
mereka kembali ke rumah-rumah mereka dengan semangat yang telah sirna
serta kecapaian yang luar biasa.
Padahal, yang wajib bagi mereka adalah menggunakan semangat tersebut
untuk taat kepada Allah, mempelajari ilmu yang bermanfaat, berdo’a dan
mempersiapkan diri untuk menghadapi musuh, sebagai bentuk pengamalan
firman Allah.
“Artinya : Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang
dengan persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan
orang selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya ; sedang Allah
mengetahuinya. Apa saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya
akan dibalasi dengan cukup kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya
(dirugikan)” [Al-Anfaal : 60]
Ketujuh
Di dalam demonstrasi tersimpan kemungkaran yang begitu banyak, seperti
keluarnya wanita (ikut serta demonstrasi, padahal seharusnya dilindungi
di dalam rumah, bukan dijadikan umpan,-pent), demikian juga anak-anak
kecil, serta adanya ikhtilath, bersentuhannya kulit dengan kulit,
berdua-duan antara laki-laki dan perempuan, ditambah lagi hiasan berupa
celaan, umpatan keji, omongan yang tidak beradab ? Ini semua menunjukkan
keharaman demonstrasi.
Kedelapan
Islam memberikan prinsip, bahwa segala sesuatu yang kerusakannya lebih banyak dari kebaikannya, maka dihukumi haram.
Mungkin saja demonstrasi berdampak pada turunnya harga barang-barang
dagangan, akan tetapi kerusakannya lebih banyak dari kemaslahatannya,
lebih-lebih jika berkedok agama dan membela tempat-tempat suci.
Kesembilan
Demonstrasi, terkandung di dalamnya kemurkaan Allah dan juga merupakan
protes terhadap takdir, karena Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda.
“Artinya : Jika Allah mencintai suatu kaum, maka Allah akan menguji
mereka. Jika mereka ridho, maka mereka akan diridhoi oleh Allah. Jika
mereka marah, maka Allah juga marah kepada mereka”.
Sebelum perang Badr Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beristighatsah (memohon pertolongan di waktu genting,-pent) kepada Allah.
“Artinya : (Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu,
lalu diperkenankan-Nya bagimu :Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala
bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut”
[Al-Anfaal : 9]
Beliau juga merendahkan diri kepadaNya sampai selendang beliau terjatuh,
Beliau memerintahkan para sahabat untuk bersabar menghadapi siksaan
kaum musyrikin. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan para sahabatnya
sama sekali tidak pernah mengajak demonstrasi padahal keamanan mereka
digoncang, mereka disiksa dan didzalimi. Maka, demonstrasi bertentangan
dengan ajaran kesabaran yang diperintahkan oleh Allah ketika menghadapi
kedzaliman para penguasa, dan ketika terjadi tragedi dan musibah.
Kesepuluh
Demonstrasi merupakan kunci yang akan menyeret pelakunya untuk memberontak terhadap para penguasa, padahal kita dilarang melakukan
pemberontakan dengan cara tidak membangkang kepada mereka.
Betapa banyak demonstrasi yang mengantarkan suatu negara dalam
kehancuran, sehingga timbullah pertumpahan darah, perampasan kehormatan
dan harta benda serta tersebarlah kerusakan yang begitu luas.
Kesebelas
Demonstasi menjadikan orang-orang dungu, wanita dan orang-orang yang
tidak berkompeten bisa berpendapat, sehingga mungkin tuntutan mereka
dipenuhi meskipun merugikan mayoritas masyarakat, sehingga dalam perkara
yang besar dan berdampak luas orang-orang yang bukan ahlinya ikut
berbicara.
Bahkan orang-orang dungu, jahat dan kaum wanita merekalah yang banyak
mengobarkan demonstrasi, dan mereka yang mengontak dan memprovokasi
massa (!)
Kedua belas
Para pengobar demonstrasi senang terhadap siapa saja yang berdemo dengan
mereka, walaupun dia seorang pencela sahabat Nabi, tukang ngalap berkah
dari kuburan-kuburan bahkan sampaipun orang-orang musyrik, sehingga
akan anda dapati seorang yang berdemo dengan mengangkat Al-Qur’an,
disampingnya mengangkat salib (Nasrani), yang lain membawa bintang Dawud
(Yahudi), dengan demikian maka demonstrasi merupakan lahan bagi setiap
orang yang menyimpang, kafir dan ahli bid’ah.
Ketiga belas
Hakikat para demonstran adalah orang-orang yang hidup di dunia
menebarkan kerusakan, mereka membunuh, merampas, membakar, mendzalimi
jiwa dan harta benda. Sampai-sampai ada seorang pencuri menyatakan :
Sesungguhnya kami gembira jika banyak demonstrasi, karena hasil curian
dan rampasan menjadi banyak bersamaan dengan berjalannya para demonstran
(!).
Kempat belas
Para pendemo hakekatnya, mengantarkan jiwa mereka menuju pembunuhan dan siksaan, berdasarkan firmanNya.
“Artinya : Dan janganlah kamu membunuh dirimu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu” [An-Nisaa : 29]
Karena pasti akan terjadi bentrokan antara para demosntran dan petugas
keamanan, sehingga mereka akan disakiti dan dihina, Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam telah bersabda.
“Artinya : Seorang mukmin tidak boleh menghinakan dirinya. Beliau
Shallallahu ‘alaihi wa sallam ditanya : Bagaimana seorang mukmin
menghinakan dirinya ? Beliau menjelaskan : (yakni) dia menanggung
bencana diluar batas kemampuannya” [HR Turmudzi, hasan]
Sebagai penutup, saya memohon kepada Allah agar menampakkan kepada kita,
yang benar itu benar, dan memudahkan kita untuk mengikutinya. Demikian
juga, semoga Allah melindungi kita dari fitnah yang nampak maupun yang
tersembunyi, serta mengampuni dosa-dosa kita, kedua orang tua dan para
ulama kita. Tidak lupa pula semoga Allah memberikan taufiqNya kepada
para penguasa muslim agar mereka memberikan yang terbaik bagi negeri dan
rakyat mereka, dan lebih dari itu semoga Allah menolong para penguasa
muslim tersebut untuk berhukum dengan Al-Qur’an dan Sunnah Nabi-Nya.
Amin. Semoga Allah memberikan shalawat dan salamNya kepada Nabi kita
Muhammad, beserta keluarganya.
[Majalah Al-Asholah edisi-38 halaman 76-80. Diterjemahkan Imam Wahyudi Lc]
[Disalin dari majalah Adz-Dzkhiirah Al-Islamiyyah Vol 5 No. 5 Edisi
29-Rabiuts Tsani 1428H, Penerbit Ma’had Ali Al-Irsyad As-Salafy
Surabaya. Jl.Sidotopo Kidul No. 51 Surabaya]
Sumber: http://almanhaj.or.id/content/2141/slash/0/demonstrasi-solusi-atau-polusi/
Demonstrasi, Solusi Atau Polusi ?
Faisal Choir Blog :
Blog ini merupakan kumpulan Artikel dan Ebook Islami dari berbagai sumber. Silahkan jika ingin menyalin atau menyebarkan isi dari Blog ini dengan mencantumkan sumbernya, semoga bermanfaat. “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (HR. Muslim). Twitter | Facebook | Google Plus
0 komentar:
Posting Komentar