TAQDIM
Mengenal faktor-faktor kembang kempisnya iman sangatlah penting bagi
seorang hamba sebab iman adalah kunci kebahagiaannya di dunia dan akhirat. Maka
hendaknya setiap hamba yang ingin meraih kebahagiaan berupaya serius untuk
mengetahui faktor-faktor bertambahnya iman lalu merealisasikannya dalam
kehidupan ini sehingga imannya semakin mengakar dalam hati. Sebaliknya,
hendaknya dia mengetahui faktor-faktor perusak iman agar dia terhindar darinya
dan selamat dari kubang kesengsaraan.
Syaikh Abdurrahman as-Sa'di rahimahullah berkata,
"Seorang hamba yang beriman selalu berusaha menerapkan dua hal:
- Pertama: Menguatkan fondasi-fondasi keimanan dan cabangnya dengan mengilmui dan me-ngamalkannya.
- Kedua: Berusaha semaksimal mungkin untuk menangkis segala hal yang dapat mengotori imannya dan berusaha untuk mengobatinya sebelum terlambat."
[At-Taudhih wal Bayan li Syajaratil Iman hlm. 38]
Berikut beberapa faktor tersebut secara ringkas:
FAKTOR-FAKTOR
BERTAMBAHNYA IMAN
Allah Subhanahu wa ta'ala menjadikan
segala sesuatu pasti ada sebabnya, demikian halnya dengan iman, Allah Subhanahu
wa ta’ala telah menjadikan beberapa faktor bertambahnya iman dalam al-Qur'an
atau melalui lisan rasul-Nya, di antaranya adalah:
1. Menuntut Ilmu Syar’i
2. Membaca al-Qur'an dan Merenunginya
3. Memahami Nama dan Sifat Allah Subhanahu wa ta'ala
4. Mempelajari Sirah Perjalanan
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam
5. Merenungi Keindahan Agama Islam
6. Membaca Kisah-kisah Salaf
Shalih
7. Memikirkan Kekuasaan Allah Subhanahu wa ta'ala dalam Makhluk-Nya
8. Semangat beramal shalih
1. Menuntut Ilmu Syar’i
Ini adalah faktor yang paling
penting, yaitu menuntut ilmu syar'i yang bersumber dari al-Qur'an dan sunnah
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam sesuai dengan pemahaman salaf
shalih. Bertambahnya iman dengan sebab ilmu dari sisi ketika dia keluar
menuntut ilmu, duduk di majelis ilmu, mempelajari masalah ilmu, dan mengamalkan
ilmu.
Sungguh betapa banyak ayat-ayat
al-Qur'an dan hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang menunjukkan
tentang keutamaan ilmu. Hal itu karena ilmu adalah sarana yang mengantarkan
seorang untuk beribadah kepada Allah Shallallahu 'alaihi wa sallam secara
benar.
Namun, perlu diketahui bahwa ilmu
yang bermanfaat dan dianjurkan oleh syari'at adalah ilmu yang membuahkan amal
karena ilmu hanyalah sarana belaka, sedang intinya adalah amal. Camkanlah
baik-baik ucapan Imam Ibnul Qayyim rahimahullah tatkala mengatakan,
"Setiap ilmu dan amal yang tidak menambah kuatnya iman maka ia
tercemar." [Al-Fawaid hlm. 162]
2. Membaca al-Qur'an dan
Merenunginya
Ini juga merupakan faktor yang sangat
penting untuk bertambahnya iman sebab Allah Subhanahu wa ta'ala menurunkan
al-Qur'an kepada para hamba-Nya sebagai petunjuk, cahaya, rahmat, dan
peringatan. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa ta’ala
mengabarkan bahwa orang-orang yang beriman apabila membaca al-Qur'an maka
akan bertambah iman mereka.
إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ إِذَا
ذُكِرَ اللّهُ وَجِلَتْ قُلُوبُهُمْ وَإِذَا تُلِيَتْ عَلَيْهِمْ آيَاتُهُ
زَادَتْهُمْ إِيمَاناً وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama
Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan ayat-ayat-Nya bertambahlah
iman mereka (karenanya), dan hanya kepada Tuhanlah mereka bertawakal. (QS.
al-Anfal [8]: 2)
Syaikh Muhammad Rasyid Ridha rahimahullah
berkata, "Ketahuilah bahwa kuatnya agama dan iman tidak mungkin diraih
kecuali dengan banyak membaca al-Qur'an atau mendengarkannya dengan penuh
renungan dan dengan niat untuk mengamalkan perintah dan menjauhi larangannya."
Namun, perlu ditandaskan bahwa maksud
membaca al-Qur'an yang merupakan faktor penyubur iman di sini bukan hanya
sekadar membaca, melainkan membacanya dan memahami makna kandungannya serta
mengamalkan isinya. Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa ta'ala mengabarkan
bahwa tujuan inti al-Qur'an ini diturunkan adalah untuk dipelajari dan
direnungi bersama.
كِتَابٌ أَنزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ
لِّيَدَّبَّرُوا آيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُوْلُوا الْأَلْبَابِ
Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah
supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran
orang-orang yang mempunyai pikiran. (QS. Shad [38]: 29)
3. Memahami Nama dan Sifat
Allah Subhanahu wa ta'ala
Memahami nama dan sifat Allah Subhanahu wa ta'ala akan menjadikan hamba makin mengenal Allah Subhanahu wa ta'ala dan takut kepada-Nya sehingga memotivasi dirinya
untuk berbuat amal ketaatan. Allah سبحانه و
تعالى berfirman:
إِنَّمَا
يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاء
Sesungguhnya yang takut kepada Allah
di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. (QS. Fathir [35]: 28)
Seorang ulama salaf mengatakan,
"Barangsiapa semakin mengenal Allah Subhanahu wa ta'ala maka akan semakin
takut kepada Allah."[ Ar-Risalah al-Qusyairiyah hlm. 141]
Contohnya, jika seorang hamba
mengetahui bahwa Allah Maha Mendengar dan Melihat maka hal itu akan menjadikan
dirinya untuk menjaga anggota tubuhnya dan mengarahkan anggota tubuhnya dalam
kecintaan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
4. Mempelajari Sirah Perjalanan
Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam
Mempelajari sirah perjalanan hidup
Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam merupakan
faktor penguat iman karena pada diri beliau tersimpan akhlak yang mulia dan
contoh yang sangat indah. Siapa pun yang mau mempelajari sirah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam yang terdapat dalam al-Qur'an dan
hadits Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam maka akan
menjadikannya terpacu untuk semakin cinta kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam yang membuahkan semangat tinggi untuk
mencontoh beliau dalam ucapan dan perbuatannya. "Dan ilmu yang paling
pokok dan paling bermanfaat adalah mempelajari sirah Nabi dan sahabatnya".
[Shaidhul Khathir hlm. 66 karya Ibnul Jauzi]
5. Merenungi Keindahan Agama Islam
Sesungguhnya Islam adalah agama yang indah dalam semua bidang. Aqidahnya
paling benar, akhlaknya paling indah, serta hukumnya paling adil dan bijaksana.
Bila hal ini telah tertanam dalam hati maka seseorang akan merasakan kelezatan
iman dalam hati. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ
الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا
وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ
يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
"Ada tiga hal, apabila ada pada diri seorang maka dia akan merasakan
lezat/manisnya iman: apabila Allah dan rasul-Nya lebih dia cintai daripada
selain keduanya; apabila mencintai seorang dia mencintainya tidak lain karena
Allah; dan orang yang takut untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana dia
tidak ingin dicampakkan ke dalam Neraka." (HR. Bukhari 1/22 dan Muslim
1/66)
Maka golongan yang ketiga tersebut tidak mau kembali kepada kekufuran.
Mengapa?! Karena dia masuk Islam berdasarkan ilmu dan kemantapan hati. Dia
betul-betul yakin akan keindahan agama Islam dibandingkan dengan agama-agama
lainnya. Jika memang dia telah nyaman dengan keindahan Islam, lantas untuk apa
dia berpindah agama?!
6. Membaca Kisah-kisah Salaf Shalih
Kisah-kisah para salaf shalih, khususnya para sahabat Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam bertabur dengan pelajaran
berharga dan iman. Siapa pun yang mau mencermati sirah perjalanan mereka,
akhlak mereka, kesungguhan mereka dalam mengikuti Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, konsentrasi mereka
dalam menjaga iman, rasa takut mereka dari dosa, riya', nifaq (kemunafikan),
dan semangat mereka dalam ibadah dan amal shalih yang tercatat dalam dalam
kitab-kitab tarikh (sejarah), sirah, zuhud, dan lainnya maka akan tergerak
hatinya untuk meniru keindahan hidup mereka. Sungguh benar ucapan Syaikhul
Islam rahimahullah tatkala mengatakan,
"Siapa saja yang lebih menyerupai mereka, maka keadaannya akan semakin
sempurna." [Al-'Ubudiyyah hlm. 94]
7. Memikirkan Kekuasaan Allah dalam Makhluk-Nya
Allah telah menganjurkan kepada umat manusia untuk merenungi dan memikirkan
keajaiban makhluk-makhluk ciptaan-Nya.
إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ
وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ وَالْفُلْكِ الَّتِي تَجْرِي فِي الْبَحْرِ
بِمَا يَنفَعُ النَّاسَ وَمَا أَنزَلَ اللّهُ مِنَ السَّمَاءِ مِن مَّاء فَأَحْيَا
بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا وَبَثَّ فِيهَا مِن كُلِّ دَآبَّةٍ وَتَصْرِيفِ
الرِّيَاحِ وَالسَّحَابِ الْمُسَخِّرِ بَيْنَ السَّمَاء وَالأَرْضِ لآيَاتٍ
لِّقَوْمٍ يَعْقِلُونَ
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan
siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan
apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia
hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala
jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi;
sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang
memikirkan. (QS. al-Baqarah [2]: 164)
Perhatikanlah secara saksama
keajaiban-keajaiban makhluk Allah di sekitar anda; langit, bumi, matahari,
bulan, rembulan, bintang, malam, siang, gunung, pohon, lautan, sungai, hewan,
bahkan keajaiban ciptaan Allah Subhanahu wa ta'ala
yang ada pada diri kita sendiri terdapat pelajaran berharga yang bila kita
merenunginya maka akan menambah iman kita kepada Allah Subhanahu wa ta'ala.
8. Semangat Beramal Shalih
Di antara faktor penguat iman yang sangat penting adalah semangat untuk
mengerjakan amal shalih ikhlas karena Allah dan selalu kontinu menjaganya.
Sesungguhnya setiap amal shalih yang dilakukan oleh seorang muslim akan semakin
menambah kuatnya iman sebab iman itu bertambah dengan ketaatan.
Dan ibadah yang disyari'atkan itu bermacam-macam modelnya, adakalanya
dengan hati, lisan, dan anggota badan. Contoh amalan hati ialah ikhlas, cinta,
tawakal, takut, berharap, ridha, sabar, dan sebagainya. Contoh amalan lisan
ialah membaca al-Qur'an, istighfar, takbir, tasbih, tahlil, shalawat, dan
sebagainya. Adapun contoh ibadah amalan badan ialah wudhu, shalat, shadaqah,
haji, dan sebagainya.
Oleh karena itu, para ulama salaf selalu mengatakan, "Marilah duduk
sebentar bersama kami untuk menambah iman."
FAKTOR-FAKTOR KEMPESNYA IMAN
Bila seorang muslim dituntut mengetahui faktor-faktor penguatnya iman agar
dia menerapkannya, maka demikian juga dia dituntut untuk mengetahui
faktor-faktor yang dapat mengurangi iman agar dia waspada dan menjauhinya. Dan
perlu disampaikan terlebih dahulu bahwa menyepelekan masalah faktor-faktor
kembang kempesnya iman termasuk faktor utama lemahnya iman.
Faktor-faktor lemahnya iman banyak sekali, namun dapat diklasifikasikan
menjadi dua: faktor internal (dalam) dan faktor eksternal (luar).
Adapun faktor internal adalah sebagai berikut, di antaranya:
- Kejahilan/Kebodohan Tentang Ilmu Agama
- Kelalaian
- Berbuat Dosa
- Jiwa yang Mengajak kepada Kejelekan
Sementara itu, faktor-faktor eksternal (luar) juga banyak sekali, di
antaranya:
- Setan
- Fitnah Gemerlapnya Dunia
- Teman yang Jelek
1. Kejahilan/Kebodohan
Tentang Ilmu Agama
Sebagaimana ilmu adalah faktor
bertambahnya iman, maka demikian juga sebaliknya, kejahilan adalah faktor utama
lemahnya iman. Jika ilmu adalah sumber
segala kebaikan maka demikian juga kejahilan adalah sumber segala kejelekan.
Orang yang berbuat syirik, dosa, kezaliman, dan kemaksiatan, sebab utamanya
adalah kejahilan. Allah Subhanahu wa ta'ala
berfirman:
قَالُواْ يَا مُوسَى اجْعَل لَّنَا إِلَـهاً
كَمَا لَهُمْ آلِهَةٌ قَالَ إِنَّكُمْ قَوْمٌ تَجْهَلُونَ
Bani Israil berkata: "Hai Musa, buatlah untuk kami sebuah tuhan
(berhala) sebagaimana mereka mempunyai beberapa tuhan (berhala)." Musa
menjawab: "Sesungguhnya kamu ini adalah kaum yang tidak mengetahui
(sifat-sifat Tuhan)." (QS. al-A'raf[7]: 138)
Oleh karena itu, para ulama salaf
seperti Abu Aliyah, Qatadah, Mujahid, dan sebagainya menyebutkan bahwa setiap
orang berbuat dosa maka dia adalah jahil.[1] Mengapa demikian? Syaikhul Islam
menjelaskan karena ilmu yang sejati adalah ilmu yang mencegah seorang dari
menyelisihi apa yang dia ketahui berupa ucapan atau perbuatan.[2]
Maka kejahilan adalah penyakit ganas yang menjerumuskan pemiliknya kepada
jurang kebinasaan. Oleh karenanya hendaknya seorang untuk bersegera
mengobatinya dengan ilmu yang bermanfaat agar dia tidak terus bergelimang dalam
kejahilan.
2. Kelalaian
Kelalaian dan sikap acuh adalah sifat orang-orang kafir dan munafik. Allah Ta’ala sering mencelanya dalam al-Qur'an. Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:
وَإِنَّ كَثِيراً مِّنَ النَّاسِ عَنْ
آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ
Dan sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan
Kami. (QS. Yunus [10]: 92)
يَعْلَمُونَ ظَاهِراً مِّنَ الْحَيَاةِ
الدُّنْيَا وَهُمْ عَنِ الْآخِرَةِ هُمْ غَافِلُونَ
Mereka hanya mengetahui yang lahir (saja) dari kehidupan dunia; sedang
mereka tentang (kehidupan) akhirat adalah lalai. (QS. ar-Rum [30]: 7)
Maka tanyakanlah pada dirimu:
"Sampai kapankah kelalaian ini?" Sudah saatnya Anda bangun dan sadar
dari kelalaian Anda selama ini untuk menuju ketaatan kepada Allah Subhanahu wa
ta'ala.
3. Berbuat Dosa
Dosa sangat mempengaruhi lemahnya iman. pengaruhnya bertingkat-tingkat
sesuai dengan jenisnya apakah dosa kecil atau besar, waktunya, ukurannya,
pelakunya dan lain sebagainya.
Dan sebagai penopang seorang hamba
agar tidak terjerumus dalam kubang dosa adalah hendaknya dia selalu ingat bahwa
dosa akan menimbulkan bahaya dan dampak negatif yang sangat berbahaya bagi
dirinya dan orang lain.
4. Jiwa yang Mengajak kepada Kejelekan
Hampir tidak ada manusia yang lepas dari jiwa yang mengajak kepada
keburukan ini kecuali orang-orang yang diberi taufik oleh Allah Subhanahu wa
ta'ala.
وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ
لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat
oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS.
Yusuf [12]: 53)
Jiwa yang mengajak kepada keburukan ini sangat berbahaya bagi iman seorang
hamba jika dilepas kendalinya begitu saja. Sebab itu, hendaknya seorang hamba
selalu berintrospeksi dan berusaha mengekang nafsunya dari kejelekan sehingga
dia selamat dari mara bahaya.
Sementara faktor-faktor eksternal (luar) di antaranya:
1. Setan
Setan memiliki misi dan ambisi untuk merusak iman seorang hamba. Jika
seorang hamba pasrah dan menyerah pada bisikan dan godaan setan, maka dia akan
menjadi budak setan dan akan semakin lemah imannya. Karena itu, Allah Subhanahu wa
ta'ala mengingatkan kita semua agar berhati-hati dari tipu
daya setan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا
تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَن يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ
فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah
setan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah setan, maka sesungguhnya
setan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. (QS.
an-Nur [24]: 21)
Maka bagi setiap hamba yang ingin menyuburkan imannya untuk melawan
nafsunya agar tidak tertipu dengan godaan dunia yang sangat banyak sekali. Dan
hal itu terwujudkan dengan dua hal:
·
Pertama: Memahami bahwa dunia ini finishnya adalah fana dan kehancuran.
·
Kedua: Menyongsong kehidupan akhirat yang penuh nikmat dan abadi.
Ibnul Jauzi rahimahullah berkata,
"Sewajibnya bagi setiap hamba yang berakal untuk waspada dari tipu daya
setan yang telah memproklamasikan permusuhannya sejak masa Nabi Adam ‘Alaihissalam.
Dia telah menghabiskan seluruh umurnya untuk merusak anak Adam."[3]
Setan adalah musuh bebuyutan yang sangat berambisi untuk merusak iman dan
aqidah. Barangsiapa yang tidak membentengi dirinya dengan dzikir kepada Allah Ta’ala dan tidak berlindung kepada-Nya maka dia
akan menjadi prajurit setan yang terombang-ambing dalam dosa.
2. Fitnah Gemerlapnya Dunia
Termasuk perusak iman adalah sibuk dengan gemerlapnya dunia dan mengikuti
arus godaan dunia. Ibnul Qayyim rahimahullah berkata, "Semakin manusia cinta terhadap dunia maka semakin malas dari
ketaatan dan amal untuk akhirat sesuai dengan kadarnya."[4]
Oleh sebab itu, Allah Subhanahu wa ta'ala
banyak menjelaskan dalam al-Qur'an tentang
hinanya dunia dan celaan terhadanya, di antaranya firman Allah Subhanahu wa
ta'ala:
اعْلَمُوا أَنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَزِينَةٌ وَتَفَاخُرٌ بَيْنَكُمْ وَتَكَاثُرٌ فِي الْأَمْوَالِ
وَالْأَوْلَادِ كَمَثَلِ غَيْثٍ أَعْجَبَ الْكُفَّارَ نَبَاتُهُ ثُمَّ يَهِيجُ
فَتَرَاهُ مُصْفَرّاً ثُمَّ يَكُونُ حُطَاماً وَفِي الْآخِرَةِ عَذَابٌ شَدِيدٌ
وَمَغْفِرَةٌ مِّنَ اللَّهِ وَرِضْوَانٌ وَمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا إِلَّا
مَتَاعُ الْغُرُورِ
Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan
suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta
berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang
tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering
dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti)
ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. Dan kehidupan dunia
ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu. (QS. al-Hadid [57]: 20)
3. Teman yang Jelek
Mereka adalah perusak iman dan akhlak yang sangat dominan. Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam pernah bersabda:
الرَّجُلُ عَلَى دِينِ خَلِيلِهِ
فَلْيَنْظُرْ أَحَدُكُمْ مَنْ يُخَالِلُ
"Seorang itu berdasarkan agama temannya, maka hendaknya seseorang
melihat dengan siapakah dia berteman."[5]
Islam melarang kita berteman dengan teman-teman yang rusak karena tabiat
manusia itu meniru temannya. Bila dia berteman dengan para penuntut ilmu maka
akan bangkit semangat menuntut ilmu. Bila berteman dengan orang yang cinta
dunia maka akan bangkit cinta dunia, dan demikian seterusnya.
Maka hendaknya seorang memilih
teman-teman yang baik sehingga membuahkan kebaikan dan manfaat baginya serta
pengaruh yang positif baginya dan sebaliknya hendaknya mewaspadai dari
teman-teman yang rusak karena pengaruh mereka sangatlah besar. Betapa banyak orang baik menjadi rusak karena teman.
Termasuk dalam hal ini pada zaman
kita sekarang adalah duduk menyaksikan parabola dan situs-situs rusak yang
beredar di dunia maya yang diselundupkan oleh musuh-musuh Islam ke rumah-rumah
kaum muslimin sehingga menyebarlah racun-racun yang ganas.
Maka hendaknya bagi kaum muslimin untuk menjaga dirinya dan rumahnya dari
perusak-perusak iman.
Hanya kepada Allah Subhanahu wa ta'ala
kita memohon agar Allah memantapkan iman kita
dan menghindarkan kita semua dari perusak-perusaknya., Amin…
[1] Lihat Tafsir ath-Thabari 3/299, Tafsir al-Baghawi 1/407, Tafsir
Ibnu Katsir 1/463, Majmu' Fatawa 7/22.
[2] Iqtidha'
Shiratlul Mustaqim hlm. 78
[3] Tablis Iblis hlm. 23
[4] Al-Fawaid hlm. 180
[5] HR. Abu Dawud 13/179 - Aunul Ma'bud, Tirmidzi
4/589, Ahmad 2/203, al-Hakim 4/171; hadits ini hasan. Lihat Silsilah Ahadits
ash-Shahihah 2/634 oleh al-Albani.
________
Disadur
secara bebas oleh Ustadz Abu Ubaidah Yusuf as-Sidawi hafizhahullah dari
kitab
Asbabu Ziyadatil Iman wa Nuqshanihi karya Syaikh Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah. Terbitan Dar Minhaj, KSA, cet. Pertama, 1428H
[Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 124 Ed.10 Th. ke-11_1433 H_2012 M]
Asbabu Ziyadatil Iman wa Nuqshanihi karya Syaikh Abdurrozzaq bin Abdul Muhsin al-Abbad hafizhahullah. Terbitan Dar Minhaj, KSA, cet. Pertama, 1428H
[Sumber: Majalah Al-Furqon, No. 124 Ed.10 Th. ke-11_1433 H_2012 M]
eBook
dari : http://ibnumajjah.wordpress.com
0 komentar:
Posting Komentar