Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Siapakah yang lebih sesat daripada orang-orang yang berdoa (beribadah) kepada selain Allah, sesuatu yang tidak bisa memenuhi keinginannya hingga hari kiamat. Sementara mereka itu lalai dari doa yang dipanjatkan kepada mereka. Tatkala umat manusia dikumpulkan -di hari kiamat- maka sesembahan mereka itu justru menjadi musuh mereka. Dan mereka sendiri mengingkari peribadahan yang ditujukan kepada dirinya.” (QS. al-Ahqaf: 5-6)
Ayat ini menunjukkan bahwa tidak ada yang lebih sesat daripada orang-orang yang berdoa/beribadah kepada selain Allah (lihat al-Qaul as-Sadid fi Maqashid at-Tauhid, hal. 52)
Ayat yang agung ini berlaku umum bagi segala bentuk sesembahan selain Allah. Baik yang disembah atau dimintai itu sudah mati atau orang yang tidak bisa dihubungi (ghaib), atau orang itu tidak mungkin mampu memenuhi permintaan yang ditujukan kepadanya. Entah itu berupa thaghut yang hidup, maupun berhala yang dipuja-puja. Selain itu, ayat ini juga mencakup setiap orang yang berdoa/beribadah kepada selain Allah. Hasil yang akan dicapai oleh setiap orang yang beribadah kepada selain Allah -apapun bentuknya- adalah kerugian semata. Sesembahan yang mereka puja-puja di dunia akan berubah menjadi musuh mereka kelak di akherat (lihat Fath al-Majid, hal. 167).
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Dan (ingatlah) suatu hari (ketika) Allah menghimpunkan mereka beserta apa yang mereka sembah selain Allah, lalu Allah berkata (kepada yang disembah), 'Apakah kamu yang menyesatkan hamba-hamba-Ku itu, atau mereka sendirikah yang sesat dari jalan (yang benar)?'. Mereka (yang disembah itu) menjawab, 'Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagi kami mengambil selain Engkau (untuk menjadi) pelindung. Akan tetapi Engkau telah memberi mereka dan bapak-bapak mereka kenikmatan hidup sampai mereka lupa mengingati (Engkau), dan mereka adalah kaum yang binasa.'.” (QS. al-Furqan: 17-18)
Mereka itu, yaitu orang-orang yang tenggelam di dalam kemusyrikan, ternyata terjerumus ke dalamnya akibat tidak pandai mensyukuri nikmat yang Allah berikan kepada mereka. Allah limpahkan kepada mereka berbagai kenikmatan dunia, namun mereka lalai dari mensyukurinya. Mereka terbuai oleh hawa nafsunya dan terlena dengan kesenangan-kesenangan dunia. Mereka berupaya keras memelihara kesenangan dunianya dan justru menyia-nyiakan agamanya. Inilah penyebab mereka bergelimang dengan kemusyrikan, yaitu bersenang-senang dengan kenikmatan dunia -tanpa mengindahkan syari'at, pent- sehingga memalingkan mereka dari hidayah (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 631)
Pada hari kiamat nanti, tidak ada yang diperoleh orang-orang musyrik selain kebalikan dari apa yang mereka harapkan. Sesembahan mereka akan berlepas diri dan tidak mau ikut bertanggung-jawab atas ibadah yang ditujukan kepadanya. Sesembahan mereka akan mengingkari perbuatan itu dengan sekeras-kerasnya (lihat Fath al-Majid, hal. 167).
Allah ta'ala berfirman (yang artinya), “Dan (ingatlah) suatu hari ketika itu Kami mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan), 'Tetaplah kamu dan sekutu-sekutumu di tempat itu.' Lalu Kami pisahkan mereka dan berkatalah sekutu-sekutu mereka, 'Kamu sekali-kali tidak pernah menyembah kami. Dan cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kamu, bahwa kami tidak tahu-menahu tentang penyembahan kamu (kepada kami).” (QS. Yunus: 28-29)
Maka berubahlah kecintaan dan kasih sayang yang dahulu mereka jalin di dunia menjadi kebencian dan permusuhan... Ketika itulah mereka akan menyesal sedalam-dalamnya... (lihat Taisir al-Karim ar-Rahman, hal. 380).
Ayat-ayat di atas memberikan sebuah pelajaran penting kepada kita, bahwa orang yang paling bodoh dan paling sesat adalah yang berdoa/beribadah kepada selain Allah (lihat al-Jadid fi Syarh Kitab at-Tauhid, hal. 108).
Di antara bukti kebodohan mereka adalah mereka bergantung dan memuja-muja sesuatu yang tidak menguasai rezeki sama sekali. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya orang-orang yang kamu sembah selain Allah tidak menguasai rezeki untuk kalian...” (QS. al-Ankabut: 17).
Selain itu, sesembahan yang mereka puja tidak menguasai manfaat maupun madharat. Allah ta’ala berfirman (yang artinya), “Janganlah kamu menyeru kepada selain Allah, sesuatu yang jelas tidak mengendalikan manfaat maupun madharat kepadamu...” (QS. Yunus: 106)
Setipis kulit ari pun tidak mereka kuasai, akan tetapi tetap saja mereka disembah dan dipuja-puja.. Subhanallah! Allah ta’ala berfirman (yang artinya), ”Dan orang-orang yang kamu sembah selain Allah tidak memiliki apa-apa walaupun hanya setipis kulit ari.” (QS. Fathir: 13)
Setipis kulit ari pun tidak mereka kuasai, akan tetapi tetap saja mereka disembah dan dipuja-puja.. Subhanallah! Allah ta’ala berfirman (yang artinya), ”Dan orang-orang yang kamu sembah selain Allah tidak memiliki apa-apa walaupun hanya setipis kulit ari.” (QS. Fathir: 13)
Dari sekelumit pelajaran ini, kita menyadari bahwa kejahatan dan bahaya terbesar yang harus diantisipasi oleh segenap umat ini –pemerintah dan rakyatnya- adalah gerakan para penyebar ajaran kemusyrikan. Merekalah kelompok tersesat yang pertama kali harus diberantas dan dilarang berkegiatan di segala penjuru negeri.
Kalau seandainya kita benar-benar menyayangi negeri ini, bukan hanya korupsi, perjudian, perampokan, dan penipuan yang senantiasa diperangi setiap hari. Akan tetapi, syirik dengan segala macam bentuknya itulah biang kesengsaraan dan penyebab kehancuran berbagai negeri. Inilah kejahatan yang harus dicabut hingga ke akar-akarnya, demi terwujudnya sebuah negeri yang aman tentram dan mendapat curahan barakah dari Allah ta’ala.
Dan hal itu tidak akan pernah tercapai tanpa pengajaran dan pendidikan tauhid dan keimanan sebagaimana ajaran al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahaman para shahabat secara terus-menerus dan menyentuh segenap lapisan masyarakat. Sementara, melakukan ini tidak semudah membalikkan telapak tangan. Apakah cukup dengan dakwah sehari dua hari, sebulan dua bulan, setahun dua tahun, kemudian masyarakat bisa memahami tauhid dengan semestinya lantas dengan serta-merta pasrah total kepada syari’ah-Nya tanpa sedikit pun menyimpan rasa sempit di dalam dada...?!
Lihatlah, Nabi Nuh ‘alaihis salam yang mendakwahkan tauhid kepada umatnya siang dan malam, secara sembunyi dan terang-terangan, selama beratus-ratus tahun... Dan tidak ada yang merespon dakwahnya kecuali beberapa gelintir orang saja. Mereka lah umat yang selamat dari terpaan bah siksaan dan mengharapkan pahala dari Allah di atas bahtera keselamatan..
Inilah tugas kita bersama... Mendakwahkan tauhid kepada umat manusia, setelah sebelumnya berusaha untuk memahami dan mengamalkannya. Sudahkah setiap kita berusaha menunaikannya? Allahu a’lam.
Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi rabbil ‘alamin.
_________________
_________________
0 komentar:
Posting Komentar