Duhai Jiwa …
Wahai jiwa, yakinlah …
Sekalipun kematian hari ini melangkahimu menjemput yang lain
Sejatinya ia dalam perjalanan menujumu.
Hidup ini betapapun panjang dan indahnya, pasti berakhir jua.
Tak lebih dari detik ke menit, jam ke hari, minggu ke bulan lalu berganti tahun
Maka engkau akan sendiri tanpa teman, harta dan kekasih.
Ingatlah kematian hari ini untuk hidup kemudian hari
Tangisilah dosa hari ini untuk bahagia disurga nanti.
Bandingkanlah antara kehidupan yang bahagia di jalan Allah dengan kehidupan yang jauh dari Manhaj Allah.
Bandingkanlah antara orang-orang yang sholeh dan istiqomah dengan orang-orang yang bingung lagi tersesat, penuh keraguan, kebimbangan dan keresahan.
Wahai jiwa, yakinlah …
Sekalipun kematian hari ini melangkahimu menjemput yang lain
Sejatinya ia dalam perjalanan menujumu.
Hidup ini betapapun panjang dan indahnya, pasti berakhir jua.
Tak lebih dari detik ke menit, jam ke hari, minggu ke bulan lalu berganti tahun
Maka engkau akan sendiri tanpa teman, harta dan kekasih.
Ingatlah kematian hari ini untuk hidup kemudian hari
Tangisilah dosa hari ini untuk bahagia disurga nanti.
Bandingkanlah antara kehidupan yang bahagia di jalan Allah dengan kehidupan yang jauh dari Manhaj Allah.
Bandingkanlah antara orang-orang yang sholeh dan istiqomah dengan orang-orang yang bingung lagi tersesat, penuh keraguan, kebimbangan dan keresahan.
Sungai Lima Waktu
Setiap kali kemelut hidup menyelimut bagai kabut
Setiap kali dosa kotor melumuri jiwa
Setiap kali hawa membuatku lupa
Setiap kali mata hati buta karena semua
Setiap kali semua membuatku, lengah .. lemah .. goyah dan terpedaya
Seruan-Mu menyadarkan aku
Panggilan-Mu mengingatkan aku
Sayup terdengar, menyeruak dan menghentak kepongahan dunia
Membawa kepada sungai-sungai suci
Hapus dosamu
Kikis dakimu
Basuh lukamu
Buka belenggu nafsu
Tenggelam dalam sungai lima waktu
Bermandikan cahaya menerangi jiwa
Disini, disungai ini dalam telaga ini
Kuraih kesejukan, kedamaian, ketentraman, ketenangan
Dan kemenangan.
Kesaksian …
Dibawah rintik hujan
Ku saksikan Rahmat-Mu
Bersama gemuruh air jatuh dibebatuan
Ku lihat ke Maha Perkasaan-Mu
Disaat burung berkicau dipepohonan menyambut pagi
Daku terbuai dalam kesucian dan keagungan-Mu
Ketika kemilau pelangi menghiasi langit
Ku saksikan ke Maha Indahan dan ke Maha sempurnaan-Mu
Semilir angin menerpa wajah membawa kesejukan
Menyusup kedalam pori-pori, mengalir dalam setiap nadi
Hingga sampai ke hati menghantarkan kedamaian
Kutahu kasih-sayang-Mu meliputi segala sesuatu
Dilembah ini .. dalam kesunyian, kesejukan dan kedamaian
Aku bersaksi, aku bertasbih, aku memuja dan memuji-Mu
Robbi .. Engkau tidak menciptakan semua ini dengan sia-sia
Dakulah yang telah berbuat sia-sia bergelimang dosa
Seluruh makhluk bertasbih mengagungkan-Mu
Dan aku.. ke-akuan membuatku buta tak membaca ayat-ayat-Mu,
Kesombongan membuatku tuli tak mendengar Firman-Mu, keangkuhan membuatku bisu tidak bertasbih memuja dan memuji-Mu.
Namun, Engkau Maha Mengetahui .. hatiku tetap bersaksi
Engkaulah Yang Maha Perkasa dan akulah si lemah, maka kuatkanlah aku
Engkaulah Yang Maha Mulia dan akulah si hina maka muliakanlah aku
Engkaulah Yang Maha Kaya dan akulah si miskin, maka anugerahilah aku
Akulah si pendosa dan Engkaulah Yang Maha Pengampun dosa
Maha Suci Engkau .. maka jagalah daku dari azab neraka
Robbi .. daku terlalu lemah untuk menanggung azab-Mu
Jauhkanlah daku dari orang yang engkau campakkan ke neraka dan Engkau hinakan
Robbi .. aku telah mendengar seruan-Mu
Aku bersaksi Engkaulah Sang Pencipta
Hanya untukmu semata segala bentuk ibadah
Engkaulah pemilik segala nama yang indah dan sifat yang sempurna
Ampunilah dosaku, hapuslah keselahanku, dan wafatkanlah aku bersama orang-orang yang baik
Robbi .. berikanlah yang telah Engkau janjikan melalui Rasul-Mu
Janganlah hinakan daku di yaumil qiyamah
Sesungguhnya Engkau tidak mengingkari janji
Amin.
Puisi Bisu
Karena lidah telah kelu
Pena telah tumpul
Tinta telah kering
Telinga telah tuli
Mata tiada melihat
Akupun terdiam
Bagai si bisu yang berpuisi
Hanya nanar tatapan mata
Kening berkerut purut
Menghiasi dahi
Dan wajah bagai rembulan yang pucat pasi
Kuharap hatimu mengerti.
Kenapa aku begini.
Duka dan Asa
Mendung kelabu bergayut diwajah
Langitpun menangis, sirami hati yang duka
Agar asa kembali tumbuh dihati.
Manusia hidup diantara dua waktu
Karena lidah telah kelu
Pena telah tumpul
Tinta telah kering
Telinga telah tuli
Mata tiada melihat
Akupun terdiam
Bagai si bisu yang berpuisi
Hanya nanar tatapan mata
Kening berkerut purut
Menghiasi dahi
Dan wajah bagai rembulan yang pucat pasi
Kuharap hatimu mengerti.
Kenapa aku begini.
Duka dan Asa
Mendung kelabu bergayut diwajah
Langitpun menangis, sirami hati yang duka
Agar asa kembali tumbuh dihati.
Manusia hidup diantara dua waktu
Masa lalu, yang membuat kita takjub
Masa mendatang hanya Allah yang tahu
Hari ini…. Apapun yang terjadi
Harus dihadapi dengan usaha, tawakkal dan sabar.
Tiada seorangpun ingin kehilangan yang dicinta
Jangan cela daku bila menangis, karena Rasulpun menangis
Tak kuasa menahan duka,
Ketika yang dicinta mendahuluinya.
Biarkan air mata menetes, membasuh luka
Selama kata-kata tetap diridhoi Allah.
Siapakah yang ingin bala menimpanya?
Atau adakah orang yang ingin ditimpa musibah?
Semua akan berkata semoga kita dijauhkan darinya.
Akan tetapi tak selamanya angin bertiup sebagaimana yang diinginkan nakhkoda
Malang tak dapat ditolak, mujur tak dapat raih
Allah telah menakdirkan,
Kehendak-Nya jua yang terlaksana,
Jika baik, kita bersyukur
Jika sebaliknya, kita bersabar
Begitulah semestinya seorang mukmin
kita adalah milik Allah dan akan kembali kepadanya
waktu, tempat dan cara yang berbeda.
Yang telah dahulu kembali kita do’akan
Yang akan menyusul, teguhkan iman semoga Allah gantikan yang lebih baik dari
Musibah itu, amin.
Pekanbaru, Selasa 6 Juli 2004-07-07
Abuz Zubeir Hawaary
Untuk sahabatku yang sedang diuji dalam peristiwa tragis, kecelakaan yang merenggut nyawa anak dan istrinya.
Semoga tetap tegar dan Allah pilihkan yang terbaik untuknya didunia
Dan diakhirat, amin.
Menanti III
Ketika kata tak lagi bermakna
Lisan tak lagi berdaya
Pena jua yang berbicara
Atas namakan jiwa.
Diatas kertas .. membisikkan mantera cinta
Tentang rindu yang membara
Membakar jiwa
Ku kan terus menanti asa
Hingga jiwa kembali kepada-Nya.
Menanti II
Kujalani hari-hari dipasung sepi
Kulalui malam-malam dengan sebelah hati
Aku masih menantimu duhai belahan hati.
________________
0 komentar:
Posting Komentar