Ahmad Sabiq bin Abdul Lathif Abu Yusuf
Pengantar
Ditengah
gencarnya arus dan gelombang persamaan gender serta emansipasi wanita,
terutama pada bulan ini yang mereka mengenangnya sebagai sebuah sejarah
perjuangan wanita . Tanggal 21 April dikenanglah nama Seorang RA
Kartini dengan kumpulan suratnya : “Door Duisternis Tot Licht” yang terlanjur diterjemahkan oleh seorang sastrawan kafir Armin Pane dengan judul “Habis gelap terbitlah terang”, yang nama ini semua dijadikan sebuah simbol perjuangan wanita untuk memperjuangkan hak–hak mereka yang terdholimi.
Namun yang menjadikan kita harus mengurut
dada, adalah lontaran dan celotehan kotor dari sebagian orang yang
mengatakan bahwa agama slam tidak menghormati wanita, dan beberapa hukum
islam mendlolimi wanita ? Fasubhanalloh, tahukah mereka hakekat yang
mereka ucapkan, ataukah ini hanya membeo pada ucapan orang-orang kafr
barat yang memang sangat gencar menyerang islam dengan berusaha
memburukanya citra dan keagungannya.
Perhatikanlah wahai saudaraku, islam datang untuk membawa rohmat bagi seluruh alam, sebagamana firman Nya :
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ
“Dan tidaklah kami mengutusmu kecuali sebagai rohmat bagi seluruh alam.” (QS. Al Anbiya’ : 107)
Wanita adalah bagian utama dalam kehidupan dialam semesta, tidak akan
baik sebuah kehidupan tanpa pengagungan dan penghormatan kepada mereka,
lalu akankah islam mendloliminya ? Tidak wallohi tidak.
Dari sini marilah kita telusuri bagaimana sebenarnya islam
memperlakukan kaum hawa, baik saat menjadi apapun dia, baik saat masih
sebagai seorang anak, menjadi ibu, menjadi saudara wanita, menjadi bibi
atau lainnya.
Mudah-mudahan Alloh memberikan taufiq Nya dan menghilangkan syubuhat
kotor yang terpolusi oleh hitamnya isu persamaan gender dan emansipasi.
A. Saat Menjadi Anak
Pada zaman Jahiliyyah, menjadi anak wanita benar-benar terhina, orang
tua mereka tidak senang dengan kehadirannya bahkan mereka tega
membunuhnya dengan menguburnya hidup hidup. Perhatikanlah gambaran
qur’ani berikut :
وَإِذَا بُشِّرَ أَحَدُهُمْ بِالْأُنْثَى
ظَلَّ وَجْهُهُ مُسْوَدًّا وَهُوَ كَظِيمٌ (58) يَتَوَارَى مِنَ الْقَوْمِ
مِنْ سُوءِ مَا بُشِّرَ بِهِ أَيُمْسِكُهُ عَلَى هُونٍ أَمْ يَدُسُّهُ فِي
التُّرَابِ أَلَا سَاءَ مَا يَحْكُمُونَ
“Dan apabila seseorang dari mereka
diberi khabar dengan kelahiran anak perempuannya, hitamlah mukanya dan
dia sangat marah. Ia menyembunyikan dirinya dari orang banyak,
disebabkan buruknya berita yang disampaikan kepadanya. Apakah dia akan
memeliharanya dengan menanggung kehinaan ataukah menguburkannya ke dalam
tanah hidup-hidup ? ketahuilah, alangkah buruknya apa yang mereka
tetapkan itu." (QS. An Nahl: 58, 59)
Al Hafidl Ibnu Hajar menyebutkan bahwa orang-orang jahiliyyah saat mengubur hidup-hidup anak wanitanya, mereka menggunakan dua cara :
Al Hafidl Ibnu Hajar menyebutkan bahwa orang-orang jahiliyyah saat mengubur hidup-hidup anak wanitanya, mereka menggunakan dua cara :
- Pertama : Dia memerintahkan istrinya apabila akan melahirkan supaya berada di dekat sebuah kubangan, lalu apabila yang lahir adalah laki-laki maka dia membiarkanya, namun apabila perempuan maka segera dilempar ke kubangan tersebut.
- Kedua : Ada sebagian lain, yang membiarkan anak wanitanya hidup sampai sekitar umur enam tahun, lalu saat itu dia berkata kepada istrinya : “Hiasilah dan berilah wewangian pada anak ini, saya akan ajak dia mengunjungi kerabat kita”. Ternyata anak tersebut di bawa ke tangah padang pasir sehingga sampai ke sebuah sumur, lau dia berkata kepada anak wanita tersebut : Lihatlah kedalam sumur ini.” Dan akhirnya dia mendorong anaknya sehingga jatuh kedalamnya. (Lihat Fathul Bari 10/421)
Namun hal itu sangat berbeda dengan islam yang menganggap bahwa
kelahiran seorang anak wanita adalah sebuah kenikmatan agung, dan islam
memerintahkan untuk memperhatikan serta mendidik mereka, dan islam
memberikan balasan besar bagi yang melakukannya.
Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda :
عن عقبة بن عامر يقول سمعت رسول الله صلى
الله عليه وسلم يقول من كان له ثلاث بنات فصبر عليهن وأطعمهن وسقاهن وكساهن
من جدته كن له حجابا من النار يوم القيامة
Dari Uqbah bin Amir berkata : “Saya mendengar Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang mempunyai tiga orang anak wanita lalu sabar menghadapinya dan memberinya pakaian dari hasil usahanya, maka mereka akan menjadi penghalang baginya dari nereka.” (HR. Ibnu Majah : 3669, Bukhori dalam adab Mufrod : 76 dan Ahmad 4/154 dengan sanad shohih, lihat Ash Shohihah : 294)
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ عَالَ
جَارِيَتَيْنِ حَتَّى تَبْلُغَا جَاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَنَا وَهُوَ
وَضَمَّ أَصَابِعَهُ
Dari Anas bin Malik berkata : “Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: “Barang siapa yang memelihara dua anak wanita
sehingga baligh, maka dia akan datang pada hari kiamat dan saat itu
saya dan dia seperti ini.” Lalu Rosululloh menyatukan antara jari-jari
beliau.” (HR. Muslim : 2631)
Dan pada riwayat lain dari Jabir bin Abdillah, Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
Dan pada riwayat lain dari Jabir bin Abdillah, Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda:
من كن له ثلاث بنات يؤويهن و يرحمهن و
يكفلهن وجبت له الجنة البتة . قيل : يا رسول الله ! فإن كانت اثنتين ؟ قال :
و إن كانت اثنتين . قال : فرأى بعض القوم أن لو قالوا له : واحدة ؟ لقال :
واحدة “
“Barang siapa yang memiliki tiga anak wanita
lalu memelihara, mengasih sayanginya dan menanggung hidupnya maka dia
pasti masuk surga. Lalu ada yang bertanya: Ya Rosululloh , bagaimana
kalau hanya dua ? beliau menjawab: Meskipun hanya dua. Maka ada
sebagian orang yang mengatakan bahwa seandainya mereka bertanya:
Bagamana kalau Cuma satu, niscaya Rosululloh akan menajawabnya:
Meskipun Cuma satu. (HR. Ahmad 3/303, lihat Ash Shohihah : 2679)
B. Saat Menjadi Ibu
Saat seorang wanita menjadi ibu, maka syariat islam benar-benar
menghormati dan mengagungkannya. Hal ini sangat nampak sekali dengan
wajibnya seorang anak berbakti pada ibunya, berbuat baik padanya,
larangan menyakitinya dengan cara apapun, mendoakan kebaikan baginya
serta berbagai hal lain yang membawa kebahagiaan serta kehormatan
dirinya.
Salah satu gambarannya adalah firman Alloh Ta’ala :
وَقَضَى رَبُّكَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا
إِيَّاهُ وَبِالْوَالِدَيْنِ إِحْسَانًا إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ
الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا
تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيمًا (23) وَاخْفِضْ لَهُمَا
جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا
رَبَّيَانِي صَغِيرًا
“Dan Tuhanmu telah memerintahan
supaya kamu jangan menyemba selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik
kepada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang diantara
keduanya atau keduanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka
sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan
“Ah” dan janganlah kamu membentak keduanya dan ucapanlah kepada mereka
perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua
dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: Ya Alloh, kasihilah mereka
berdua, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” (QS. An Nahl : 23, 24)
bahkan islam lebih mendahulukan menghormati ibu daripada bapak. Sebagaimana hadits berikut :
bahkan islam lebih mendahulukan menghormati ibu daripada bapak. Sebagaimana hadits berikut :
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ قَالَ جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ مَنْ أَحَقُّ النَّاسِ بِحُسْنِ
صَحَابَتِي قَالَ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ
ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أُمُّكَ قَالَ ثُمَّ مَنْ قَالَ ثُمَّ أَبُوكَ
Dari Abu Huroiroh berkata: “Datang
seseorang kepada Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam lalu bertanya: Wahai Rosululloh, siapa yang
paling berhak untuk saya berbuat baik padanya ? Rosululloh menjawab: Ibumu, Dia bertanya lagi: Lalu siapa ? Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam menjawab: Ibumu, dia bertanya lagi : Lalu siapa ? Rosululloh kembali menjawab: Ibumu, lalu dia bertanya lagi: Lalu siapa? Rosululloh menjawab: Bapakmu.” (HR. Bukhori : 5971, Muslim : 2548)
Syariat islam juga menjadikan berbuat bakti kepada orang tua termasuk diantara amal perbuatan yang paling mulia. Dan ini sangat jelas tergambar dalam beberapa hadits Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam, diantaranya :
Syariat islam juga menjadikan berbuat bakti kepada orang tua termasuk diantara amal perbuatan yang paling mulia. Dan ini sangat jelas tergambar dalam beberapa hadits Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam, diantaranya :
عن عَبْدِ اللَّهِ قَالَ سَأَلْتُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَيُّ الْعَمَلِ أَحَبُّ
إِلَى اللَّهِ قَالَ الصَّلَاةُ عَلَى وَقْتِهَا قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ
ثُمَّ بِرُّ الْوَالِدَيْنِ قَالَ ثُمَّ أَيٌّ قَالَ الْجِهَادُ فِي
سَبِيلِ اللَّهِ
Dari Abdulloh bin Mas’ud berkata: ”
Saya bertanya kepada Rosululloh: Apakah amal perbuatan yang paling
dicintai oleh Alloh? Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam menjawab: Sholat tepat pada waktunya.
Saya bertanya lagi: Lalu apa ? Beliau menjawab: Berbakti kepada kedua
oang tua.” Lalu apa lagi: Jihad fisabilillah.” (HR. Bukhori : 5970, Muslim : 85)
Islam juga menjadikan durhaka kepada keduanya termasuk dosa besar, sebagaimana sabda Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam:
Islam juga menjadikan durhaka kepada keduanya termasuk dosa besar, sebagaimana sabda Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam:
عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي
بَكْرَةَ عَنْ أَبِيهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَا أُنَبِّئُكُمْ بِأَكْبَرِ
الْكَبَائِرِ ثَلَاثًا قَالُوا بَلَى يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ
الْإِشْرَاكُ بِاللَّهِ وَعُقُوقُ الْوَالِدَيْنِ وَجَلَسَ وَكَانَ
مُتَّكِئًا فَقَالَ أَلَا وَقَوْلُ الزُّورِ قَالَ فَمَا زَالَ
يُكَرِّرُهَا حَتَّى قُلْنَا لَيْتَهُ سَكَتَ
Dari Abdur Rohman bin Abu Bakroh dari
bapaknya berkata: “Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda : “Maukah kalian saya tunjukkan
kepada perbuatan dosa yang paling besar ? Para sahabat mengatakan :
Wahai Rosululloh, Beliau bersabda : “Berbuat syirik kepada Alloh,
durhaka kepada kedua orang tua.” Dan saat itu duduk padahal sebelumnya
bersandar : hati-hatilah kalian dengan sumpah palsu.” Rosululloh selalu
mengulang-ulanginya sehingga kami mengatakan : Duh, seandainya beliau
mau diam. (HR. Bukhori : 5976, Muslim : 87)
C. Saat Menjadi Istri
Saat seorang wanita menjadi istri, maka syariat islam pun sangat
memperhatikan hak-haknya serta sangat menghargai dan menghormatinya.
Diperintahkan seorang suami untuk berbuat baik kepadanya, tidak
menyakitinya, bersabar atas segala kekurangannya, berbuat baik kepada
keluarganya, memberinya nafkah dengan cara yang baik, menjaga
kehormatannya dan lain sebagainya. Cukuplah itu semua masuk dalam perintah Alloh Subhanahu wa ta'ala: “Dan pergaulilah mereka (para istri) dengan cara yang baik.” (QS. An Nisa’ : 19)
Dan perhatikanlah beberapa hadits berikut, niscaya engkau akan mengetahui bagaimana islam sangat menghormati seorang istri.
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ وَاسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ
فَإِنَّ الْمَرْأَةَ خُلِقَتْ مِنْ ضِلَعٍ وَإِنَّ أَعْوَجَ شَيْءٍ فِي
الضِّلَعِ أَعْلَاهُ إِنْ ذَهَبْتَ تُقِيمُهُ كَسَرْتَهُ وَإِنْ تَرَكْتَهُ
لَمْ يَزَلْ أَعْوَجَ اسْتَوْصُوا بِالنِّسَاءِ خَيْرًا
Dari Abu Huroiroh berkata: “Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: “Berbuat baiklah kalian kepada istri, karena dia diciptakan dari tulang rusuk, dan tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling atas, kalau engkau meluruskannya berarti engkau mematahkanya namun jika engkau biarkan maka dia akan selalu bengkok, oleh karena itu berbuat baiklah kalian kepada para istri.” (HR. Bukhori : 3331, Muslim : 1468)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَكْمَلُ الْمُؤْمِنِينَ
إِيمَانًا أَحْسَنُهُمْ خُلُقًا وَخِيَارُكُمْ خِيَارُكُمْ لِنِسَائِهِمْ
خُلُقًا
Dari Abu Huroiroh berkata : “Rosululloh
Shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda : “Orang mu’min yang paling sempurna imannya adalah yang paling
baik akhlaknya, sebaik-baik kalian yang paling baik terhadap istrinya.” (HR. Ahmad 2/250, Abu Dawud : 4682, Tirmidzi : 1162 dengan sanad shohih)
عن جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّه قال : قال
رسول الله : فَاتَّقُوا اللَّهَ فِي النِّسَاءِ فَإِنَّكُمْ
أَخَذْتُمُوهُنَّ بِأَمَانِ اللَّهِ وَاسْتَحْلَلْتُمْ فُرُوجَهُنَّ
بِكَلِمَةِ اللَّهِ وَلَكُمْ عَلَيْهِنَّ أَنْ لَا يُوطِئْنَ فُرُشَكُمْ
أَحَدًا تَكْرَهُونَهُ فَإِنْ فَعَلْنَ ذَلِكَ فَاضْرِبُوهُنَّ ضَرْبًا
غَيْرَ مُبَرِّحٍ وَلَهُنَّ عَلَيْكُمْ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ
بِالْمَعْرُوفِ
Dari Jabir bin Abdillah bahwasannya
Rosululloh bersabda saat khutbah haji wada’: “Takutlah kalian kepada
Alloh tentang urusan istri kalian, karena kalian mengambilnya dengan
amanat dari Alloh, dan kalian halalkan farjinya dengan kalimat Alloh,
maka hak kalian atas mereka adalah agar mereka kaum istri jangan
mengizinkan orang yang kalian benci masuk rumah kalian, kalau sampai
mereka melakukannya maka pukullah mereka dengan pukulan yang tidak
menyakiti, sedangkan hak mereka atas kalian adalah kalian berikan nafkah
serta pakaiannya dengan cara yang baik.” (HR. Muslim : 1218)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا يَفْرَكْ مُؤْمِنٌ
مُؤْمِنَةً إِنْ كَرِهَ مِنْهَا خُلُقًا رَضِيَ مِنْهَا آخَرَ
Dari Abu Huroiroh berkata: ”Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: “Janganlah
seorang mukmin laki-laki membenci seorang wanita mu’minah, karena jika
dia melihat ada akhlaknya yang tidak disenangi, niscaya dia akan
menemukan akhlak lain yang dia senangi.” (HR. Muslim : 1469)
D. Saat Sebagai Kerabat
Saat seorang wanita menjadi kerabat, baik sebagai saudara, bibi ,
keponakan maupun saudara sepupu, maka syariat Alloh dan Rosulnya pun
tetap menghormati dan mengagungkannya.
Kaum muslimin diperintahkan untuk berbuat baik kepada mereka, di
perintah untuk menyambung hubungan kekerabatan, menjaga hak-hak mereka
serta lainnya. Perhatikanlah beberapa nash berikut :
عن المقدام بن معد يكرب أن رسول الله صلى
الله عليه وسلم قال إن الله يوصيكم بأمهاتكم ثلاثا إن الله يوصيكم بآبائكم
إن الله يوصيكم بالأقرب فالأقرب .
Dari Miqdam bin Ma’dikarib bahwasannya Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda : “Sesungguhnya Alloh berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik kepada ibu-ibu kalian (tiga
kali) , Sesungguhnya Alloh berwasiat kepada kalian untuk berbuat baik
kepada bapak-bapak kalian, sesungguhnya Alloh berwasiat untuk berbuat
baik dengan keluar yang terdekat kemudian yang dekatnya lagi. (HR. Bukhori dalam Adab Mufrod : 60, Ibnu Majah : 3661 dengan sanad shohih, lihat Ash Shohihah : 1666)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّ
الرَّحِمَ شَجْنَةٌ مِنْ الرَّحْمَنِ فَقَالَ اللَّهُ مَنْ وَصَلَكِ
وَصَلْتُهُ وَمَنْ قَطَعَكِ قَطَعْتُهُ
Dari Abu Huroiroh dari Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam
bersabda : “Sesungguhnya orang yang masih punya hubungan keluarga adalah
kerabat erat dari Alloh, maka Alloh berfirman : Barang siapa yang
menyambungmu maka Aku akan menyambungnya, dan barang siapa yang
memutusmu maka Aku akan memutusnya.” (HR. Bukhori : 5989, Muslim : 2555)
E. Saat Menjadi Orang Lain
Sampaipun saat seorang wanita hanya menjadi orang lain yang tidak
mempunyai hubungan kekeluargaan dengannya, maka islam masih sangat
menghargai dan menghormatinya.
Sebagai sebuah gambaran mudah. Islam memerintahkan untuk memberikan bantuan saat ada seorang wanita yang membutuhkan, sebagaimana sabda Rosululloh Shollallohu 'alaihi wa sallam:
السَّاعِي عَلَى الْأَرْمَلَةِ وَالْمِسْكِينِ كَالْمُجَاهِدِ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَوْ الْقَائِمِ اللَّيْلَ الصَّائِمِ النَّهَارَ
“Orang yang berusaha membantu para janda dan orang miskin maka dia berada dijalan Alloh atau seperti orang yang sholat malam dan puasa siang hari.” (HR. Bukhori : 6007, Muslim : 2982)
Penutup
Inilah sekelumit dari samudra keagungan wanita dalam naungan syariat
islam, lalu setelah ini semua, masihkah ada orang yang berani untuk
mengatakan bahwa islam mendholimi wanita dan tidak memberikan hak-hak
mereka ? Mudah-mudahan Alloh tidak menjadikan kita sebagai orang yang
buta hati dan akal. Wallohu a’lam
Artikel: www.faisalchoir.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar