Renungan Pertama :
Waktu dalam pandangan Islam
Orang barat mengatakan “Time is Money“,
“Waktu adalah Uang”. Sebuah semboyan yang setidaknya benar-benar
menggambarkan pola pikir mereka yang individualis, materialistis, dan
kapitalis dalam menyikapi arti sebuah waktu. Yang setidaknya hal ini
juga tercermin didalam pola bermuamalah yang mereka terapkan.
Sedangkan orang arab mengatakan di dalam pepatahnya :
الوقت كالسيف إن لم تقطعه قطعك ، ونفسك إن لم تشغلها بالحلال شغلتك بالحرام والوقوع في الآثام
“Waktu diibaratkan pedang, jika engkau tidak memotongnya maka
waktulah yang akan memotongmu, Dan jika engkau tidak menyibukkan dirimu
dengan sesuatu yang halal, maka dia akan menyibukkanmu dengan sesuatu
yang haram serta perbuatan-perbuatan dosa”, tentunya sebuah semboyan
yang sangat indah serta menyentuh jiwa.
Lalu seperti apakah ajaran agama Islam dalam memandang dan menyikapi waktu ??, Berikut ini adalah ulasannya secara singkat,
Pertama :
Islam menjadikan waktu sebagai sesuatu yang sangat penting dalam
kehidupan manusia, sebagaimana telah diisyaratkan oleh Alloh yang telah
bersumpah dengan nama waktu di dalam banyak ayat, diantaranya dalam
firmanNya :
{ وَالْعَصْرِ, إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ }
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian” (QS. Al-`Ashr: 1-2 )
{ وَاللَّيْلِ إِذَا يَغْشَى, وَالنَّهَارِ إِذَا تَجَلَّى }
“Demi malam apabila menutupi (cahaya siang), dan siang apabila terang benderang” ( QS. Al-Lail : 1-2 )
{ وَالضُّحَى, وَاللَّيْلِ إِذَا سَجَى }
“Demi waktu matahari sepenggalahan naik, dan demi malam apabila telah sunyi (gelap)” (QS. Adh-Dhuha : 1-2)
Dan tidaklah Alloh bersumpah di beberapa ayat dengan
nama waktu, melainkan hal tersebut menunjukkan atas kemuliaan serta
keagungan hal tersebut, yaitu dalam hal ini adalah waktu.
Kedua : Islam mendorong seseorang untuk menggunakan waktu dengan baik, agar
orang tersebut bisa mengambil pelajaran dan bersyukur atas nikmat waktu
yang Alloh anugerahkan kepadanya.
Alloh Subhanahu wa ta'ala telah berfirman :
{ وَهُوَ الَّذِي جَعَلَ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ خِلْفَةً لِّمَنْ أَرَادَ أَن يَذَّكَّرَ أَوْ أَرَادَ شُكُورًا }
“Dan Dia (pula) yang menjadikan malam dan siang silih berganti bagi
orang yang ingin mengambil pelajaran atau orang yang ingin bersyukur”
(QS. Al-Furqan : 62 )
Yaitu dengan perputaran waktu, maka manusia dapat mengambil pelajaran
yang sangat penting mengenai tujuan penciptaannya, yaitu beribadah
kepada Allah serta menjalankan Syariat-Nya, mengingat ajal yang pasti
akan menjemputnya, dan mempersiapkan bekal bagi kehidupan di akhiratnya
yang kekal dan abadi.
Ketiga : Islam telah memberikan pujiannya serta mensifati orang-orang yang
mengisi waktunya dengan berfikir dan menjalankan ketaatan dijalan Alloh
dengan sebutan Ulil Albab (Orang yang berakal).
Alloh Ta'ala telah berfirman :
{ إِنَّ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ وَاخْتِلاَفِ اللَّيْلِ وَالنَّهَارِ لآيَاتٍ لِّأُوْلِي الألْبَابِ }
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal ”
(QS. Ali Imran : 190)
Berdasarkan ayat diatas, maka orang-orang yang tidak bisa mensyukuri
serta mengisi waktunya dengan berfikir dan menjalankan ketaatan dijalan
Alloh maka tidaklah pantas untuk sikatakan sebagi manusia yang berakal,
wal `iyadzu billah.
Keempat : Waktu adalah nikmat & karunia Alloh yang terlupakan oleh kebanyakan manusia.
Rasululloh Shallallahu'alaihi wa sallam pernah bersabda :
(( نعمتانِ مغْبونٌ فيهما كثيرُ من الناس : الصِحةُ والفراغُ ))
“Dua nikmat yang kebanyakan manusia rugi di dalamnya : Kesehatan dan Waktu Luang ” (HR. Bukhari)
Akan tetapi, sangat disayangkan sekali, banyak sekali manusia yang lalai akan kedua nikmat ini. Dan merekapun baru menyadari akan besarnya nikmat ini setelah mereka kehilangannya. Kehilangan kesehatan yang telah berganti dengan sakit menahun yang berkepanjangan tidak diketahui ujungnya, dan kehilangan Waktu luang yang telah berganti dengan kegiatan dan kesibukan yang tiada henti dan datang secara bertubi-tubi, wal `iyadzu billah.
Akan tetapi, sangat disayangkan sekali, banyak sekali manusia yang lalai akan kedua nikmat ini. Dan merekapun baru menyadari akan besarnya nikmat ini setelah mereka kehilangannya. Kehilangan kesehatan yang telah berganti dengan sakit menahun yang berkepanjangan tidak diketahui ujungnya, dan kehilangan Waktu luang yang telah berganti dengan kegiatan dan kesibukan yang tiada henti dan datang secara bertubi-tubi, wal `iyadzu billah.
Kelima : Kita akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Alloh akan waktu yang telah kita pergunakan.
Rasululloh Shallallahu'alaihi wa sallam pernah menjelaskan hal ini didalam sabdanya :
لنْ تزُولَ قدما عبد يوم القيامة حتى يُسألُ عن أربع ))
عن عمره فيما أفناه ، وعن شبابه فيما أبلاه ، وعن علمه ماذا عمِل به ،
(( وعن ماله من أين أخذه وفيما أنفقه
“Tidak tergelincir kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga
Allah menanyakan empat hal: Umurnya; dihabiskan untuk apa, Waktu
mudanya; digunakan untuk apa, Ilmunya; apakah diamalkan atau tidak,
Hartanya; darimana dia mendapatkan dan untuk apa saja dihabiskannya”
(Hadist Hasan, Riwayat Tirmidzi )
Dan sebagai bahan perenungan bersama,
Apakah umur, masa muda, serta waktu kita telah dipakai untuk menggapai keRidhoan Alloh ??
Ataukah justru kita biarkan berlalu dan terbuang dengan sia-sia dengan berbagai kemaksiatan ??
Renungkanlah sebelum terlambat…..,
Keenam : Umat manusia benar-benar berada didalam kerugian yang nyata apabila
tidak memanfaatkan waktu yang telah diberikan oleh Allah seoptimal
mungkin untuk berjalan diatas ketaatanNya.
{ وَالْعَصْرِ, إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ, إِلا
الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ
وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ }
“Demi masa, Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat
menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran” (QS. Al-`Ashr: 1-3).
Renungan Kedua :
Memahami Karakteristik Waktu Sebelum Melangkah Lebih Jauh…
Setelah kita memahami arti pentingnya waktu dalam pandangan ajaran
Islam, maka diperlukan adanya sebuah kiat-kiat yang tepat untuk
mengaturnya seoptimal dan seefisien mungkin. Dan tidak lain hal ini
dilakukan dengan tujuan supaya kelak kita bisa mempertanggung
jawabkannya dihadapan Alloh.
Sebelum melangkah, setidaknya ada beberapa karakteristik waktu yang
harus kita pahami dengan baik agar kita bisa mengaturnya dengan baik,
diantaranya adalah :
- Pertama : Waktu akan habis dan berlalu dengan cepat.
- Kedua : Waktu yang telah habis tak akan pernah kembali dan tak mungkin dapat diganti.
- Ketiga : Waktu adalah modal terbaik bagi manusia. Karena waktu adalah wadah bagi setiap amal perbuatan manusia.
- Keempat : Kita akan dimintai pertanggung jawaban dihadapan Alloh atas waktu yang telah kita pergunakan.
Renungan Ketiga :
Sebuah Potensi Yang Sama
Setiap manusia diberikan oleh Alloh
bekal serta potensi yang sama untuk bisa meraih tujuan serta
cita-citanya. Namun, walaupun diberikan bekal serta potensi yang sama,
kenapa pada kenyataannya ada segolongan manusia yang sukses didalam
hidupnya dan ada juga segolongan manusia lain yang justru gagal dan
terpuruk ??
Kuncinya adalah pada bagaimanakah sudut pandang serta sikap seseorang dalam memandang arti pentingnya sebuah waktu dan cara-cara mengoptimalkannya. Karena secara umum, manusia terbagi menjadi dua golongan : Golongan manusia sukses dan Golongan manusia gagal. Kesuksesan dan kegagalan seseorang sangat erat sekali kaitannya dengan kemampuannya di dalam mengoptimalkan waktu yang dimilikinya.
Jika seseorang mampu mengoptimalkan waktu yang Allah anugerahkan kepadanya untuk selalu meningkatkan keimanan, ilmu, amal shaleh, dan berdakwah di jalan Allah, maka tentunya dia akan menjadi orang yang sukses dan beruntung di dunia serta di akhirat.
Namun sebaliknya, jika ia gagal mengoptimalkan waktu yang ia lewati untuk memperkuat keimanan, memperbanyak ilmu, amal shaleh dan berdakwah di jalan Alloh , maka ia dipastikan akan menjadi orang yang merugi di dunia dan terlebih lagi di akhirat kelak.
Kuncinya adalah pada bagaimanakah sudut pandang serta sikap seseorang dalam memandang arti pentingnya sebuah waktu dan cara-cara mengoptimalkannya. Karena secara umum, manusia terbagi menjadi dua golongan : Golongan manusia sukses dan Golongan manusia gagal. Kesuksesan dan kegagalan seseorang sangat erat sekali kaitannya dengan kemampuannya di dalam mengoptimalkan waktu yang dimilikinya.
Jika seseorang mampu mengoptimalkan waktu yang Allah anugerahkan kepadanya untuk selalu meningkatkan keimanan, ilmu, amal shaleh, dan berdakwah di jalan Allah, maka tentunya dia akan menjadi orang yang sukses dan beruntung di dunia serta di akhirat.
Namun sebaliknya, jika ia gagal mengoptimalkan waktu yang ia lewati untuk memperkuat keimanan, memperbanyak ilmu, amal shaleh dan berdakwah di jalan Alloh , maka ia dipastikan akan menjadi orang yang merugi di dunia dan terlebih lagi di akhirat kelak.
Renungan Keempat :
Beberapa Metode Untuk Mengoptimalkan Waktu Yang Kita Miliki
Dan berikut ini adalah beberapa hal yang dapat diterapkan untuk
mengoptimalkan waktu kita yang terbatas ini dengan sebaik mungkin,
Pertama : Jangan biarkan waktu kita kosong dan berlalu begitu saja tanpa adanya aktifitas yang bermanfaat.
Dikatakan dalam pepatah :
الوقت كالسيف إن لم تقطعه قطعك ، ونفسك إن لم تشغلها بالحلال شغلتك بالحرام والوقوع في الآثام
“Waktu diibaratkan pedang, jika engkau tidak
memotongnya maka waktulah yang akan memotongmu, Dan jika engkau tidak
menyibukkan dirimu dengan sesuatu yang halal, maka dia akan
menyibukkanmu dengan sesuatu yang haram serta perbuatan-perbuatan dosa”
Dalam pepatah lain dikatakan :
Dalam pepatah lain dikatakan :
الفراغ للرجال غفلة ، وللنساء غلمة
”Waktu yang kosong bagi laki-laki adalah sebuah
kelalaian, dan bagi wanita akan menjerumuskan kepada hal-hal yang buruk
(syahwat)."
Oleh karena itu, bukanlah hal yang mengherankan jika Nabi Yusuf pernah dirayu untuk berbuat zina oleh istri seorang pejabat di zamannya. Yang semua ini disebabkan karena kekosongan hati dan jiwa yang bersumber dari kosongnya waktu dari berbagai aktifitas yang bersifat positif.
Oleh karena itu, bukanlah hal yang mengherankan jika Nabi Yusuf pernah dirayu untuk berbuat zina oleh istri seorang pejabat di zamannya. Yang semua ini disebabkan karena kekosongan hati dan jiwa yang bersumber dari kosongnya waktu dari berbagai aktifitas yang bersifat positif.
Begitu pula kita bisa melihat dampak dari kekosongan waktu yang
menimpa para pengangguran di negeri ini. Yang ternyata dengan
meningkatnya angka pengangguran ternyata berbanding lurus dengan
peningkatan angka kriminalitas dan tindak pidana.
Kedua : Jangan pernah menunda-nunda sebuah amalan / pekerjaan. Kerjakanlah semua amalan / pekerjaan pada tempat serta waktu yang tepat.
Terkait dengan larangan untuk menunda-nunda sebuah amal pekerjaan, Rosululloh Shallallahu'alaihi wa sallam pernah bersabda :
(( بَادِرُوا
بِالأَعْمَالِ, فِتَنًا كَقِطَعِ اللَّيْلِ الْمُظْلِمِ, يُصْبِحُ
الرَّجُلُ مُؤْمِنًا وَيُمْسِى كَافِرًا, أَوْ يُمْسِى مُؤْمِنًا
وَيُصْبِحُ كَافِرًا
يَبِيعُ دِينَهُ بِعَرَضٍ مِنَ الدُّنْيَا ))
“Bersegeralah dalam beramal (sholih),
sesungguhnya datangnya fitnah sebagaimana malam yang gelap gulita.
Seseorang beriman dipagi hari lalu menjadi kafir pada sore harinya, dan
seseorang beriman pada sore hari lalu menjadi kafir pada pagi harinya,
menukar agamanya dengan kehidupan dunia” (HR. Muslim)
Kemudian setelah itu, hal terpenting yang harus diperhatikan dalam beramal dan beraktifitas adalah bukan sekedar bekerja dan beraktifitas sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan kualitas amalan. Akan tetapi kita juga harus melihatnya dari sisi waktu dan tempatnya. Apakah suatu amalan yang kita kerjakan sudah sesuai dengan tempat serta waktu yang seharusnya, ataukah tidak . Dikatakan didalam sebuah pepatah :
Kemudian setelah itu, hal terpenting yang harus diperhatikan dalam beramal dan beraktifitas adalah bukan sekedar bekerja dan beraktifitas sebanyak-banyaknya tanpa mempedulikan kualitas amalan. Akan tetapi kita juga harus melihatnya dari sisi waktu dan tempatnya. Apakah suatu amalan yang kita kerjakan sudah sesuai dengan tempat serta waktu yang seharusnya, ataukah tidak . Dikatakan didalam sebuah pepatah :
لكل مقام مقال, ولكل مقال مقام
“Di setiap kondisi ada ucapan (yang layak untuk diucapkan), dan setiap ucapan ada waktunya (yang cocok)”
Oleh sebab itu, disebutkan oleh para ulama bahwa amalan yang paling utama adalah amalan yang dikerjakan sesuai dengan waktunya. Sebagai contoh, ketika datang waktu sholat, maka yang paling utama adalah melakukan sholat, ketika datang waktu Ramadlan, maka amalan yang paling utama dikerjakan adalah puasa. Ketika datang waktu haji, maka yang paling utama dikerjakan adalah haji . Dan ketika waktu ujian, maka amalan yang paling utama dikerjakan adalah belajar untuk menghadapi ujian.
Oleh sebab itu, disebutkan oleh para ulama bahwa amalan yang paling utama adalah amalan yang dikerjakan sesuai dengan waktunya. Sebagai contoh, ketika datang waktu sholat, maka yang paling utama adalah melakukan sholat, ketika datang waktu Ramadlan, maka amalan yang paling utama dikerjakan adalah puasa. Ketika datang waktu haji, maka yang paling utama dikerjakan adalah haji . Dan ketika waktu ujian, maka amalan yang paling utama dikerjakan adalah belajar untuk menghadapi ujian.
Dan terkait pembahasan ini, kita bisa merujuk kepada kitab :
لطائف المعارف فيما لمواسم العام من الوظائف
(Pengetahuan tentang amalan-amalan bagi setiap musim ) karya Ibnu Rajab
Al-Hambali (736-795 H) yang menerangkan tentang amalan-amalan
berdasarkan urutan waktunya.
Ketiga : Beramal pada waktu-waktu yang memiliki keutamaan.
Waktu yang diberikan oleh Alloh begitu terbatas, sedangkan kewajiban
yang harus kita tunaikan begitu banyak. Oleh sebab itu, seorang Muslim
harus mensiasati keterbatasan waktu yang dimilikinya dengan cara
memperhatikan beberapa waktu khusus yang telah Alloh siapkan bagi para
hambanya.
Sesungguhnya Alloh dengan rahmatnya telah menyiapkan waktu-waktu
tertentu yang mempunyai keutamaan-keutamaan yang tidak dimiliki oleh
waktu-waktu lainnya. Dan hal ini merupakan keuntungan tersendiri bagi
seorang hamba untuk mengumpulkan sebanyak mungkin pundi-pundi pahala dan
amalan-amalan kebaikan dengan cara yang cukup instan. Diantaranya :
a. Keutamaan bulan Ramadhon, di dalamnya terdapat 10
malam terakhir yang yang apabila kita bersungguh-sungguh beribadah
didalamnya, maka kita akan mendapatkan Lailatul Qadr yang keutamaannya
melebihi 1000 bulan pada malam-malam lainnya.
b. Keutamaan 10 hari pertama dari bulan Dzulhijjah, puncaknya pada tanggal 10 Dzulhijjah,
(( ما من أيام العمل الصالح فيهن أحب إلى الله منه في هذه الأيام العشر))
قالوا : ولا الجهاد في سبيل الله !!
قال : (( ولا الجهاد في سبيل الله إلا رجل خرج بنفسه وماله ولم يرجع من ذلك بشيء ))
“Tidak ada hari, amal shalih padanya yang lebih Allah cintai daripada
sepuluh hari (Dzul Hijjah).” Mereka berkata; wahai Rasulullah, tidak
pula berjihad di jalan Allah? Beliau berkata: “Tidak pula berjihad di
jalan Allah, kecuali seorang laki-laki yang keluar dengan jiwa dan
hartanya kemudian tidak kembali membawa sesuatupun.” (HR. Abu Dawud)
c. Hari Jum’at, merupakan hari terbaik tiap pekan
dan terdapat di banyak keutamaan didalamnya. Di dalamnya suatu waktu
yang jika seorang muslim berdoa, maka Allah akan mengabulkannya.
خيرُ يومٍ طلعت عليه الشمسُ يوم الجمعة ))
(( فيها ساعةٌ لا يوافقها عبد مسلم وهو قائم يصلى يسأل الله شيئا, إلا أعطاه إياه
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyebutkan pada hari Jumat
dengan bersabda: “Di dalamnya terdapat satu waktu, tiada seorang hamba
muslim yang menepatinya dengan berdiri shalat memohon sesuatu pada
Allah, melainkan Allah pasti akan memberi apa yang dia minta.” (HR.
Bukhori)
d. Sepertiga malam terakhir (Waktu Sahur).
(( ينزلُ الله كل ليلة إلى سماء الدنيا حين يبقى ثلث الليل الآخر, فيقول:
من يدعوني فأستجيب له، ومن يسألني فأعطيه، ومن يستغفرني فأغفر له))
“Rabb Tabaaraka wa Ta’ala kita turun di setiap malam ke langit dunia
pada sepertiga malam terakhir dan berfirman: “Siapa yang berdo’a
kepadaKu pasti Aku kabulkan dan siapa yang meminta kepadaKu pasti Aku
penuhi dan siapa yang memohon ampun kepadaKu pasti Aku ampuni”.
(Muttafaqun Alaihi)
Oleh karenanya, para ulama menggambarkan sholat 5 waktu sebagai
timbangan harian, hari Jum’at sebagai timbangan mingguan, bulan Ramadhon
sebagai timbangan tahunan, sedangkan haji sebagai timbangan seumur
hidup.
Oleh karenanya, mereka begitu memperhatikan bagaimana hariannya bisa
terjaga dengan baik, setelah berhasil maka mereka berusaha menjaga
mingguannya, setelah berhasil maka mereka berusaha untuk menjaga
tahunannya, setelah berhasil mereka menjaga umurnya, dan itulah penutup
yang baik.
Keempat : Mensiasati keterbatasan waktu dengan cara menjalankan beberapa aktifitas didalam satu waktu yang sama.
Aktifitas, kebutuhan, tuntutan hidup, kewajiban, serta tujuan yang
hendak diraih oleh manusia sangatlah banyak. Akan tetapi waktu yang
tersedia sangatlah terbatas dan seakan berputar dengan sangat cepat.
Oleh karenanya, agar tidak terus tertinggal dari yang lain dan agar
tidak tergerus oleh waktu, maka ada baiknya kita bercermin dari kisah
para ulama terdahulu yang sampai saat ini nama mereka masih harum
mengenai bagaimana mereka mensiasati keterbatasan waktu yang mereka
miliki.
Mari kita lihat bersama, bagaimana seorang Khatib Al-Baghdadi
senantiasa berjalan dengan sebuah buku yang senantiasa dibawa dan dibaca
olehnya.
Kita lihat juga, bagaimana Abu Al-Wafa’ Ibnu `Uqail Al-Hambali yang
menyingkat waktu makan dengan memilih makanan yang praktis, beliau bisa
memanfaat perbedaan waktu makan roti kering dengan roti yang diberi air,
untuk membaca 50 ayat Al-Qur’an.
Dan bagaimana Abul Barakat Majiduddin (kakek dari Abul Abbas Ibnu
Taimiyah) jika ia masuk kamar mandi/WC, ia menyuruh saudaranya untuk
membacakan sebuah buku dengan suara keras agar dia bisa mendengarnya.
Kelima : Menjadikan waktu kita lebih lebih diberkahi oleh Alloh dengan cara menjadikan aktifitas kita bermanfaat bagi orang banyak.
Misalnya dengan cara mengisi aktifitas kita dengan mencari ilmu yang
bermanfaat, kemudian mendakwahkannya kepada orang lain, serta menjadikan
diri kita lebih bermanfaat bagi orang banyak. Rosululloh Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda di
dalam hadits Jabir :
((خير الناس أنفعهم للناس ))
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang lain” (Mu`jam al-Ausath:6/58)
Oleh karena itu, sebagai seorang muslim hendaknya kita selalu memilih
kegiatan dan amalan yang manfaatnya bisa dirasakan oleh orang banyak.
Karena amalan yang bermanfaat bagi orang banyak jauh lebih utama dan
memiliki nilai manfaat yang lebih besar bila dibanding dengan amalan
yang hanya bermanfaat bagi dirinya sendiri.
Salah satunya adalah At-Tafaqquh fi Dien (belajar agama) jauh lebih
utama dibanding dengan sholat malam atau puasa sunnah, karena manfaat
ilmu yang didapatnya tersebut akan bisa dirasakan oleh orang lain. Sedang
sholat malam dan puasa sunnah manfaatnya hanya terbatas pada diri
sendiri. Disamping itu, ilmu adalah pemimpin bagi amalan karena dengan
ilmu amalan bisa diluruskan, lain halnya orang yang beramal tanpa ilmu,
maka dia akan terus menerus tenggelam dalam ibadat yang salah, dan
otomatis tidak akan diterima oleh Allah.
Dikatakan oleh Abu Darda :
لأنْ أتعلَّمَ مسألةً أحبُّ إليَّ من قيام ليلة
“Sungguh, aku mempelajari satu masalah (dalam pembahasan Ilmu) adalah lebih aku sukai dari pada sholat semalaman”Dan dikatakan juga oleh Al-Hasan Al-Bashri :
لأنْ أتعلَّمَ باباً من العلم فأعلِّمُه مسلما أحبُّ إليَّ من أن تكونَ ليِ الدنيا كلُّها في سبيل الله
“Sungguh, aku mempelajari ilmu satu bab, lalu aku ajarkan kepada seorang Muslim,hal itu lebih aku cintai daripada aku memiliki dunia seluruhnya lalu saya infakkan di jalan Alloh”
Dan pada akhirnya nanti, kebaikan ilmu serta faidah yang telah diberikannya untuk orang lain akan kembali kepada dirinya sendiri, sebagaimana sabda Rosululloh Shallallahu'alaihi wa sallam:
(( إِذَا مَاتَ ابْنُ آدَمَ انْقَطَعَ
عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاثٍ : صَدَقَةٍ جَارِيَةٍ ، أَوْ عِلْمٍ
يُنْتَفَعُ بِهِ, أَوْ وَلَدٍ صَالِحٍ يَدْعُو لَهُ ))
“Apabila anak Adam meninggal, terputuslah amalannya kecuali dari tiga
perkara : Shodaqoh Jariyah, atau Ilmu yang bermanfaat, atau anak Sholih
yang mendoakannya” (HR. Muslim)
Keenam : Setiap orang punya waktu & kesempatan yang sama, akan tetapi tidak
semua orang bisa mem-PRIORITAS-kan waktunya untuk menggapai cita-cita
serta tujuan hidupnya.
Orang yang gagal dalam menggapai tujuan
serta cita-cita dalam hidupnya selalu terjebak dalam sugestinya sendiri :
”Saya tidak mampu”, “Mustahil”, “Tidak Mungkin”, “Susah”,
“Bisa….Tapi..” dan sejenisnya. Dan hal ini disebut Mental Blocking,
yaitu faktor penghambat bagi seseorang dalam mencapai kesuksesannya.
Namun sebaliknya, orang yang sukses
adalah seseorang yang mampu menyediakan waktu dan komitmen di dalamnya
dirinya untuk menggapai tujuannya. Dan mereka adalah orang-orang yang
mempunyai tekad serta semangat yang kuat untuk menggapai impian mereka.
Selain itu, kita juga harus mengetahui
urutan ibadah dan (skala) prioritas sebuah amalan. Karena hal ini
termasuk dari faktor penting yang dapat menunjang seseorang dalam
mengatur waktu agar menghasilkan kerja yang optimal serta terhindar dari
kesemrawutanitas aktifitas.
Ketujuh : Buatlah Target, Rencana, dan Tujuan yang hendak diraih beserta dengan langkah-langkahnya yang nyata.
Percayalah, bahwa kita hanya bisa
mencapai tujuan dan sasaran hidup dengan setapak demi setapak, dan tidak
bisa seketika. Oleh karena itu, ketika kita menghimpun kesuksesan, maka
kitapun menghimpunnya secara setapak demi setapak.
Dan disinilah peran penting dari sebuah
rencana dalam kehidupan kita. Sebuah perencana yang tersusun dengan baik
akan memandu kita untuk melakukan tindakan demi tindakan yang akan
menghasilkan sukses-sukses kecil sebelum pada akhirnya sukses-sukses
kecil itu terakumulasi menjadi sebuah kesuksesan besar.
Jadi, keberadaan sebuah perencanaan
hidup sangatlah vital. Karena hidup dengan perencanaan adalah pilihan
yang memberi peluang sukses daripada hidup tanpa perencanaan sama
sekali. Dan rencana hidup yang kita buat akan membuat kita bertindak
secara lebih terarah, efektif, dan efisien. Artinya bahwa kita hanya
akan melakukan tindakan-tindakan kehidupan yang semakin mendekatkan anda
kepada sasaran/ tujuan hidup kita. Disisi lain, rencana hidup juga akan
meningkatkan tingkat efesiensi serta efektifitas hidup seseorang.
Kedelapan : Tulislah sekarang juga RENCANA HIDUP/KEGIATAN yang kita inginkan…….!!!
Misalnya :
a. Membuat perencanaan 1 tahun kedepan,
(mencakup aspek-aspek yang ingin kita raih dan kita tuju, seperti
contohnya aspek Pendidikan, Keagamaan, Keluarga, Karir/Bisnis, dan
sebagainya)
Lalu, Rencana 3 tahun kedepan…….
Lalu, Rencana 5 tahun kedepan…….
Lalu, Rencana 10 tahun kedepan…..
b. Kita juga dapat membuat sebuah simple autobiografi (Curriculum
Vitae) yang berisikan gambaran perjalanan hidup yang ingin kita raih
dimasa yang akan datang.
Kita dapat membuatnya di setiap lembarnya dengan cara mengisinya
dengan hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang ingin kita wujudkan
nantinya, Yang nantinya dapat kita buka-buka kembali dikala senggang.
Pada akhirnya nanti hal ini diharapkan dapat memotivasi kita untuk lebih
giat dan fokus pada target, tujuan, dan impian yang kita raih.
c. Kita juga bisa membuat Check List atas kegiatan rutin yang harus
kita lakukan, serta menyiapkan sebuah diary untuk mencatat hal-hal yang
terjadi pada aktifitas keseharian.
Dan pada akhirnya, selamat mencoba dan selamat menyambut kesuksesan yang telah Alloh Ta`ala siapkan untuk kita bersama….(Tamat).
الله العليم الحكيم أعلم بالصواب, وصلى الله على نبينا محمد وعلى آله و أصحابه أجمعين
Sumber: http://mutiarahikmah.com/
benar, waktu itu sangat berharga. tapi banyak diantara kita termasuk saya yang selalu menyia nyiakan waktu.
BalasHapusmanusia di ciptakan dengan penuh kelebihannya. betapa berharganya diri ini.
BalasHapusyup mas, saya juga setuju, jangan sia-siakan waktu, biasanya saya selalu pakai jam tangan di tangan saya, biar inget waktu.
BalasHapusnice share sis :)
Waktu itu AKU untuk SAUDARAKU*
BalasHapus~ Semoga setelah membaca artikel ini, saya bisa memanfaatkan waktu saya dengan sebaik-baiknya agar bisa bermanfaat untuk banyak orang ~
Kalo saya berkesimpulan waktu adalah peringatan
BalasHapusMemang waktu itu tidak bisa diremehkan.... harus dimanfaatkan sebaik2nya....
BalasHapus