Allah ta’ala berfirman :
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar
di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami
hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan
kamu ke tempat yang mulia (surga)” [QS. An-Nisaa’ : 31].
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda :
“Shalat
fardlu yang lima, shalat Jum’at hingga shalat Jum’at berikutnya, dan
puasa Ramadlaan hingga puasa Ramadlaan berikutnya adalah penghapus
dosa-dosa yang ada di antaranya, apabila orang tersebut meninggalkan dosa-dosa besar” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 233]
Banyak ulama yang mendefinisikan makna dosa besar (kabaair) menurut terminologi syari’at.
Ibnu Jarir rahimahullah membawakan riwayat sebagai berikut :
Telah
menceritakan kepada kami Ya’quub : Telah menceritakan kepada kami Ibnu
‘Ulayyah : Telah mengkhabarkan kepada kami Ayyuub, dari Muhammad bin
Siiriin, ia berkata : “Aku diberi tahu bahwa Ibnu ‘Abbaas berkata : ‘Setiap hal yang dilarang Allah adalah dosa besar” [Tafsir Ibnu Jariir 8/244 no. 9202 dan Tafsiir Ibni Katsiir 2/283; shahih].
Telah
menceritakan kepada kami Ya’quub bin Ibraahiim, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami Ibnu ‘Ulayyah, ia berkata : Telah
mengkhabarkan kepada kami Hisyaam bin Hassaan, dari Muhammad bin
Waasi’, ia berkata : Telah berkata Sa’iid bin Jubair : “Semua hal yang menyebabkan/mengkonsekuensikan (ancaman neraka) dalam Al-Qur’an adalah dosa besar” [idem, 8/246-247 no. 9213; shahih].
Ar-Raafi’iy rahimahullah berkata dalam Asy-Syarhul-Kabiir :
“Dosa
besar adalah sesuatu yang mengkonsekuensikan adanya hadd. Dikatakan
pula, segala sesuatu yang menetapkan adanya ancaman bagi pelakunya
berdasarkan nash Al-Qur’an dan As-Sunnah” [Fathul-Baariy, 12/183].
Al-Baghawiy rahimahullah berkata :
“Semua
kemaksiatan yang mewajibkan adanya hadd, maka ia dinamakan dosa besar.
Dikatakan pula, segala sesuatu yang menetapkan adanya ancaman bagi
pelakunya berdasarkan nash Al-Qur’an dan As-Sunnah” [idem].
Al-Qurthubiy Al-Mufassir rahimahullah berkata :
“Maka
setiap dosa yang ditetapkan syari’at dengan besar atau kerasnya
ancaman padanya, atau besarnya bahaya/kerusakan perbuatan tersebut
sebagaimana telah kami sebutkan, adalah dosa besar. Adapun selain dari
itu disebut dosa kecil. Inilah yang mengikatmu dalam bab ini beserta
batasannya. Wallaahu a’lam” [Tafsir Al-Qurthubiy, 5/160-161].
Adapun
nash-nash yang menyebutkan tentang dosa besar, jumlahnya, jenisnya,
dan lafadh-lafadhnya dapat disebutkan sebagai berikut :
“Sesungguhnya
orang-orang yang menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan berupa
keterangan-keterangan (yang jelas) dan petunjuk, setelah Kami
menerangkannya kepada manusia dalam Al-Kitab, mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat melaknati,
kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan
menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itu Aku menerima
taubatnya dan Akulah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang”
[QS. Al-Baqarah : 159-160].
Telah menceritakan kepada
kami ‘Abdullah bin Muniir, ia mendengar Wahb bin Jariir dan
‘Abdul-Malik bin Ibraahiim, mereka berdua berkata : Telah menceritakan
kepada kami Syu’bah, dari ‘Ubaidullah bin Abi Bakr bin Anas, dari Anas
radliyallaahu ‘anhu, ia berkata : Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
pernah ditanya tentang dosa besar (al-kabaair). Beliau bersabda : “Syirik kepada Allah, durhaka kepada dua orang tua, membunuh jiwa (tanpa hak), dan persaksian palsu” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 2653].
Telah
menceritakan kepada kami Ahmad bin Yuunus : Telah menceritakan kepada
kami Ibraahiim bin Sa’d, dari ayahnya, dari Humaid bin ‘Abdirrahmaan,
dari ‘Abdullah bin ‘Amru radliyallaahu ‘anhumaa, ia berkata : Telah
bersabda Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam : “Sesungguhnya
termasuk di antara dosa besar yang paling besar adalah seseorang yang melaknat kedua orang tuanya”. Dikatakan kepada beliau : “Wahai Rasulullah, bagaimana bisa seseorang melaknat kedua orang tuanya ?”. Beliau menjawab : “Orang itu memaki ayah orang lain, sehingga orang lain itu balas memaki ayah dan ibunya (orang pertama)” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 5973].
Telah
menceritakan kepadaku Haaruun bin Sa’iid Al-Ailiy : Telah menceritakan
kepada kami Ibnu Wahb, ia berkata : Telah menceritakan kepadaku
Sulaimaan bin Bilaal, dari Tsaur bin Zaid, dari Abul-Ghaits, dari Abu
Hurairah : Bahwasannya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wa sallam pernah
bersabda : “Jauhilah oleh kalian tujuh perkara yang membinasakan”. Dikatakan : “Wahai Rasulullah, apakah itu ?”. Beliau menjawab : “Syirik
kepada Allah, sihir, membunuh jiwa yang diharamkan Allah kecuali
dengan hak, memakan harta anak yatim, memakan riba, melarikan diri dari
peperangan, dan menuduh wanita mukminah baik-baik lagi suci telah
berbuat zina” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 89].
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwasannya beliau bersabda : “Ada tiga orang yang jangan engkau tanyakan tentang keadaan mereka : (1)
seorang laki-laki yang memisahkan diri dari jama’ah dan durhaka kepada
imamnya dan ia pun akirnya mati dalam keadaan durhaka, (2) budak
wanita atau laki-laki yang melarikan diri, dan kemudian mati (dalam
keadaan tersebut), serta (3) wanita yang ditinggal pergi suaminya
dimana suaminya itu telah mencukupinya dengan nafkah dunia, lalu ia
bertabarruj setelahnya (untuk selain suaminya). Jangan engkau tanya keadaan mereka !. Ada tiga orang lagi yang jangan engkau tanyakan tentang keadaan mereka : (1)
seorang laki-laki yang menyaingi selendang Allah ‘azza wa jallaa,
sedangkan selendang-Nya itu adalah kesombongan dan sarungnya adalah
kemuliaan, (2) seorang laki-laki yang ragu akan kekuasaan Allah, serta
(3) putus asa dari rahmat Allah” [Diriwayatkan oleh Ahmad 6/19; shahih].
Telah
menceritakan kepada kami ‘Utsmaan bin Abi Syaibah dan Ishaaq bin
Ibraahiim. Ishaaq berkata : Telah mengkhabarkan kepada kami Jariir.
‘Utsmaan berkata : Telah menceritakan kepada kami Jariir; dari
Manshuur, dari Abu Waail, dari ‘Amru bin Syarahbiil, dari ‘Abdullah
(bin Mas’uud), ia berkata : “Aku pernah bertanya kepada Rasulullah
shallallaahu ‘alaihi wa sallam : ‘Dosa apakah yang paling besar di sisi Allah ?”. Beliau menjawab : “Engkau membuat tandingan bagi Allah, padahal Dia yang menciptakanmu”. Aku berkata : “Sesungguhnya hal itu memang dosa yang sangat besar. Kemudian apa ?”. Beliau menjawab : “Kemudian,
engkau membunuh anakmu karena khawatir ia akan makan bersamamu”. Aku
berkata : “Kemudian apa ?”. Beliau menjawab : “Kemudian, engkau berzina
dengan istri tetanggamu” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 86].
Telah
menceritakan kepada kami Ibnu Salaam : Telah mengkhabarkan kepada kami
‘Ubaidah bin Humaid Abu ‘Abdirrahmaan, dari Manshuur, dari Mujaahid,
dari Ibnu ‘Abbaas, ia berkata : Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam
pernah keluar dari sebagian pekuburan di Madinah. Lalu beliau mendengar
suara dua orang manusia yang sedang diadzab di kuburnya. Beliau
bersabda : ‘Keduanya sedang diadzab. Tidaklah keduanya diadzab karena
dosa besar (menurut prasangka keduanya), padahal itu merupakan dosa besar. Salah satu di antara keduanya diadzab karena tidak membersihkan diri/bersuci dari kencing, dan yang lain karena selalu melakukan namiimah (adu domba)”.
Kemudian beliau meminta pelepah daun kurma yang masih basah dan
membelahnya menjadi dua bagian. Satu bagian potongan ditancapkan di
salah satu kubur tersebut, dan satu bagian lagi di kubur yang lain.
Lalu beliau bersabda : “Semoga hal ini dapat meringankan siksa keduanya
selama pelepah itu belum kering” [Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no.
6055].
Al-Bukhaariy meletakkan hadits di atas pada bab : Termasuk
dosa besar tidak berlindung diri dari air kencingnya (من الكبائر أن
لا يستتر من بوله) dan bab : Namiimah termasuk dosa besar (النميمة من
الكبائر).
Telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin Abi
Syaibah, Muhammad bin Al-Mutsannaa, dan Ibnu Basyaar, mereka berkata :
Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja’far, dari Syu’bah, dari
‘Aliy bin Mudrik, dari Abu Zur’ah, dari Kharsyah bin Al-Hurr, dari Abu
Dzarr, dari Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda : “Ada
tiga golongan yang tidak akan diajak bicara oleh Allah di hari kiamat,
tidak dilihat, dan tidak pula disucikan serta baginya adzab yang sanga
pedih”. Abu Dzar berkata : “Rasulullah shallallaahu ‘alaihi
wasallam mengucapkannya tiga kali”. Kemudian Abu Dzarr bertanya :
“Sungguh sangat jelek dan meruginya, Siapakah mereka itu wahai
Rasulullah ?”. Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam bersabda : “(Mereka
adalah) Musbil (orang yang melakukan isbal), orang yang gemar
mengungkit-ungkit kebaikan yang telah diberikan, dan orang yang menjual
barang dagangannya dengan sumpah palsu” [Diriwayatkan oleh Muslim no. 106].
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Basyaar, ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami ‘Abdurrahmaan, ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami Sufyaan, dari Al-A’masy, dari Abudl-Dluhaa, dari Masruuq,
dari ‘Abdullah bin Mas’uud, ia berkata : “Dosa-dosa besar (al-kabaair) adalah yang tercantum di awal surat An-Nisaa’ sampai ayat tigapuluh”
[Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam At-Tafsiir, 8/233 no. 9168;
sanadnya dla’if karena ‘an’anah Al-A’masy, dan ia seorang mudallis.
Akan tetapi ia shahih dengan banyaknya jalan periwayatan].
Telah
menceritakan kepada kami Ibnul-Mutsannaa, ia berkata : Telah
menceritakan kepadaku Wahb bin Jariir, ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami Syu’bah, dari ‘Abdul-Malik, dari Abuth-Thufail, dari
‘Abdullah (bin Mas’uud), ia berkata : “Dosa-dosa besar (al-kabaair) itu ada empat, yaitu syirik kepada Allah, merasa aman dari makar Allah, putus asa dari kemudahan/karunia Allah, dan putus asa dari rahmat Allah” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy dalam At-Tafsiir, 8/243 no. 9196; shahih].
Telah
menceritakan kepada kami Ya’quub bin Ibraahiim, ia berkata : Telah
berkata kepada kami Ibnu ‘Ulayyah, ia berkata : Telah mengkhabarkan
kepada kami Ziyaad bin Mikhraaq, dari Thaisalah bin Mayyaas, ia berkata
: Aku pernah bersama / bergabung dengan kelompok Najdaat (yaitu :
kelompoknya Najdah bin ‘Aamir Al-Khaarijiy), lalu kemudian aku tertimpa
satu dosa yang aku melihatnya termasuk dosa-dosa besar. Lalu aku
menemui Ibnu ‘Umar, lalu kukatakan kepadanya : “Aku tertimpa dosa yang
aku melihatnya termasuk dosa-dosa besar”. Ia bertanya : “Apakah itu ?”.
Aku berkata : “Aku mengalami demikian dan demikian”. Ia menjawab :
“Itu bukan dosa besar. Dosa besar itu ada sembilan macam. Akan aku sebutkan kepadamu : (1)
Syirik kepada Allah, (2) membunuh jiwa tanpa kehalalannya, (3)
melarikan diri dari pertempuran/jihad, (4) menuduh wanita baik-baik
lagi suci telah berzina, (5) memakan riba, (6) memakan harta anak yatim
secara dhalim, (7) melakukan pembangkangan di Al-Majidil-Haraam, (8)
melakukan sihir, dan (9) tangisan kedua orang tua karena kedurhakaan
(anaknya)”. Ziyaad berkata : Thaisalah berkata : Ketika Ibnu
‘Umar melihat ketakutanku (atas dosa yang aku perbuat), ia berkata :
“Apakah engkau khawatir masuk neraka ?”. Aku menjawab : “Benar”. Ia
berkata : “Dan engkau ingin masuk ke dalam surga ?”. Aku menjawab :
“Benar”. Ia berkata : “Apakah kedua orang tuamu masih hidup ?”. Aku
berkata : “Aku masih punya seorang ibu”. Ia berkata : “Maka demi Allah,
apabila engkau melembutkan perkataanmu terhadapnya dan memberi makan
kepadanya, niscaya engkau akan masuk surga, selama engkau meninggalkan
mujiibaat / dosa-dosa besar” [Diriwayatkan oleh Ath-Thabariy 8/239-240
no. 9187; shahih].
Inilah kira-kira penjelasan
singkat tentang apa itu dosa besar. Semoga Allah ta’ala selalu
melindungi dan menjauhkan kita darinya.
اَللَّÙ‡ُÙ…َّ
بَاعِدْ بَÙŠْÙ†ِÙŠْ ÙˆَبَÙŠْÙ†َ Ø®َØ·َايَايَ ÙƒَÙ…َا بَاعَدْتَ بَÙŠْÙ†َ
الْÙ…َØ´ْرِÙ‚ِ ÙˆَالْÙ…َغْرِبِ اَللَّÙ‡ُÙ…َ Ù†َÙ‚ِّÙ†ِÙŠْ Ù…ِÙ†ْ Ø®َØ·َايَايَ ÙƒَÙ…َا
ÙŠُÙ†َÙ‚َّÙ‰ الثَّÙˆْبُ اْلأَبْÙŠَضُ Ù…ِÙ†َ الدَّÙ†َسِ اَللَّÙ‡ُÙ…َّ اغْسِÙ„ْÙ†ِÙŠْ
Ù…ِÙ†ْ Ø®َØ·َايَايَ بِالثَّÙ„ْجِ ÙˆَالْÙ…َاءِ Ùˆَالْبَرَدِ
“Ya
Allah, jauhkanlah diriku dari dosa-dosaku sebagaimana Engkau telah
menjauhkan jarak antara timur dan barat. Ya Allah, bersihkanlah aku
dari segala dosa-dosaku seperti baju putih yang dibersihkan dari noda.
Ya Allah, cucilah diriku dari segala dosa-dosaku dengan salju, air, dan
embun”
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 744 dan Muslim no. 598].
[Diriwayatkan oleh Al-Bukhaariy no. 744 dan Muslim no. 598].
_____________________
Disalin dari offline www.abul-jauzaa.blogspot.com
0 komentar:
Posting Komentar