”Jadilah kalian yang dikenali para penghuni langit namun kalian tidak dikenal para penghuni bumi.” (Abdullah bin Mas’ud Radhiyallahu’anhu dari Ibrahim bin Isa, Shifatush-Shafwah, 1/415)
Ali bin al Husain adalah seorang ulama dan imam besar, pemimpinnya
para ulama tabi’in. Namun semasa hidupnya dia terkenal bakhil/pelit oleh
keluarganya dan masyarakatnya. Keluarganya mengira dia hanya menumpuk
dirhamnya saja tanpa pernah menyedekahkannya. Namun tatkala Ali bin al
Husain meninggal dunia, maka terbukalah rahasia-rahasia yang ada pada
dirinya.
Rahasia yang pertama, sejak meninggalnya Ali bin al Husain maka seluruh
penduduk Madinah yang miskin tidak mendapatkan lagi santunan dari
seseorang yang tidak dikenal setiap malamnya yang bisa mencukupi
makannya dalam sehari. Mereka berkata, “Kami tidak pernah kehilangan
shadaqah yang diberikan secara sembunyi-sembunyi hingga Ali meninggal
dunia.”
Rahasia yang kedua adalah, ditemukannya bekas hitam pada pundaknya
ketika mereka memandikan mayatnya. Dari ‘Amr bin Tsabit berkata,
”Tatkala Ali bin Husain meninggal mereka memandikan mayatnya lalu mereka
melihat bekas hitam pada pundaknya, lalu mereka bertanya: ”Apa ini”,
lalu dijawab: ”Beliau selalu memikul berkarung-karung tepung pada malam
hari untuk diberikan kepada faqir miskin yang ada di Madinah.”
Muhammad
bin Ishaq menuturkan, “Penduduk Madinah hidup dengan makanan itu,
sementara mereka tidak tahu siapa yang telah memberikan makanan itu
kepada mereka. Setelah Ali bin al Husain meninggal dunia, maka mereka
tidak lagi mendapatkan makanan pada malam hari.”
Lihatlah bagaimana Ali bin al Husain menyembunyikan amalannya hingga
penduduk Madinah tidak ada yang tahu, mereka baru tahu tatkala beliau
meninggal karena sedekah yang biasanya mereka terima di malam hari
berhenti, dan mereka juga menemukan tanda hitam di pundak beliau. Bahkan
beliau dituduh oleh manusia sebagai orang yang bakhil, namun di mata
Allah dia memiliki banyak rahasia antara dirinya dengan Rabb-nya.
Subhanallah….!
Ali bin al Husain pernah berkata, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu
agar Engkau tidak memperindah penampilanku pada apa yang tampak mata,
dan membuat buruk rahasiaku pada apa yang tampak mata.”
Dan beliau juga berkata, ”Sesungguhnya sedekah dengan tersembunyi
memadamkan kemarahan Allah”. Ini merupakan hadits yang marfu’ dari Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam,
yang diriwayatkan dari banyak sahabat, seperti Abdullah bin Ja’far, Abu
Sa’id Al-Khudri, Ibnu 'Abbas, Ibnu Mas’ud, Ummu Salamah, Abu Umamah,
Mu’awiyah bin Haidah, dan Anas bin Malik. Berkata Syaikh Al-Albani:
”Kesimpulannya hadits ini dengan jalannya yang banyak serta syawahidnya
adalah hadits yang shahih, tidak diragukan lagi. Bahkan termasuk hadits
mutawatir menurut sebagian ahli hadits muta’akhirin” (As-Shohihah 4/539,
hadits no. 1908).
Mengenai kisah ini bisa dilihat di kitab Siyar A’lam an Nubala, jilid 4 hal.393.Sifatus Sofwah (2/96), dan Aina Nahnu hal. 9.
Al Auza’i meriwayatkan, bahwa Umar ibn Khaththab radhiyallahu ‘anhu
keluar pada malam buta, yang kemudian Thalhah melihatnya dan
membuntutinya. Umar terus berjalan dan memasuki sebuah rumah, lalu masuk
lagi ke rumah yang lain. Ketika pagi tiba, Thalhah datang ke rumah yang
dimasuki Umar. Ternyata rumah itu adalah rumah wanita tua yang buta dan
tidak dapat berdiri. Thalhah bertanya kepada wanita itu, “Apa yang
dilakukan orang yang mendatangimu semalam?”
Wanita tua itu menjawab, “Dia sudah menyantuni aku semenjak sekian lama.
Dia datang kesini untuk memberikan apapun yang kubutuhkan, sehingga aku
tidak lagi menderita.”
Thalhah berkata kepada dirinya sendiri, “Celaka engkau wahai Thalhah, mengapa engkau punya pikiran untuk membuntuti Umar?”
(Hilyat al Awliya, jil 1, hal. 48)
Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda: ”Tatkala Allah menciptakan bumi, bumi tersebut
bergoyang-goyang, maka Allah pun menciptakan gunung-gunung, kalau Allah
lemparkan gunung-gunung tersebut di atas bumi maka tenanglah bumi. Maka
para malaikatpun terkagum-kagum dengan penciptaan gunung, mereka
berkata, ”Wahai Tuhan kami, apakah ada dari makhluk-Mu yang lebih kuat
dari gunung?” Allah berkata, “Ada yaitu besi”. Lalu mereka bertanya
(lagi), ”Wahai Tuhan kami, apakah ada dari makhluk-Mu yang lebih kuat
dari besi?”, Allah menjawab, ”Ada yaitu api.”, mereka bertanya (lagi),
”Wahai Tuhan kami, apakah ada makhluk-Mu yang lebih kuat dari pada
api?”, Allah menjawab, ”Ada yaitu air”, mereka bertanya (lagi), ”Wahai
Tuhan kami, apakah ada makhluk-Mu yang lebih kuat dari pada air?”, Allah
menjawab, ”Ada yaitu air” mereka bertanya (lagi), ”Wahai Tuhan kami,
apakah ada makhluk-Mu yang lebih kuat dari pada air?”, Allah menjawab,
”Ada yaitu angin” mereka bertanya (lagi), ”Wahai Tuhan kami, apakah ada
makhluk-Mu yang lebih kuat dari pada angin?”, Allah menjawab, ”Ada yaitu seorang anak Adam yang bersedekah dengan tangan kanannya lalu dia sembunyikan agar tidak diketahui tangan kirinya”.
(Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya 3/124 dari Anas bin
Malik. Berkata Ibnu Hajar, ”Dari hadits Anas dengan sanad yang hasan
marfu’” (Al-Fath 2/191).
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam Shahihnya: Zuhair bin
Harb menuturkan kepadaku demikian juga Muhammad bin al-Mutsanna. Mereka
semua menuturkan dari Yahya al-Qaththan. Zuhair mengatakan, Yahya bin
Sa’id menuturkan kepada kami dari Ubaidillah. Dia berkata, Khubaib bin
Abdurrahman mengabarkan kepadaku dari Hafsh bin ‘Ashim dari Abu Hurairah
radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau
bersabda,
“Ada tujuh golongan yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari di
saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya. (salah satunya adalah)…Seorang
yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi sampai-sampai tangan kirinya
tidak mengerti apa yang diinfakkan oleh tangan kanannya…”
Berkata Abu Hazim Salamah bin Dinar “Sembunyikanlah kebaikan-kebaikanmu sebagaimana engkau menyembunyikan kejelekan-kejelekanmu.”
(Berkata Syaikh Abdul Malik Romadhoni , “Diriwayatkan oleh Al-Fasawi
dalam Al-Ma’rifah wa At-Tarikh (1/679), dan Abu Nu’aim dalam Al-Hilyah
(3/240), dan Ibnu ‘Asakir dalam tarikh Dimasyq (22/68), dan sanadnya s
hohih”. Lihat Sittu Duror hal. 45)
==============================================
Tahukah engkau siapa Julaibib?
Kita harus merasa malu dan juga kecewa jika kita tidak mengenal
sosok-sosok yang suka merahasiakan amal. Padahal, pada waktu yang sama
kita dapat mengenali secara mendetail kisah orang-orang yang punya nama
dari kalangan politikus, artis, pemimpin, tokoh sastra, seni dan
lainnya.
Orang-orang yang terpilih yang memiliki keutamaan dalam beramal lebih
pantas kita kenal. Sebab, dengan mengenal, mengetahui, dan mengingat
kehidupan mereka, hati kita pun menjadi hidup.
Julaibib
adalah salah seorang shahabat Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam yang berwajah buruk, kerdil dan
berkulit hitam serta tidak dikenal oleh banyak orang, bahkan beliau
merasa kesulitan ketika melamar seorang wanita.
Dari Anas bin Malik, katanya: Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam pernah meminang seorang wanita
Anshar untuk Julaibib –salah seorang sahabat yang berparas buruk. Beliau
meminang lewat ayah si wanita, maka katanya: “Tunggulah sebentar, aku
ingin minta pendapat dari ibunya”. “Baiklah kalau begitu”, kata Nabi.
Maka si lelaki tadi mendatangi isterinya dan menyampaikan hal tersebut.
Isterinya pun berkata: “Demi Allah, tidak bisa kalau begitu… apakah
Rasulullah tidak mendapati lelaki lain selain Julaibib? Padahal kita
telah menolak pinangan Si Fulan dan Fulan?” sementara itu, si gadis yang
dimaksud mendengarkan di balik tirai. Sang Ayah pun akhirnya kembali
menemui Rasulullah dan menyampaikan keberatan isterinya. Maka Si Gadis
tadi berkata: “Apakah kalian hendak menolak perintah Rasulullah?
Kalaulah Beliau telah meridhainya untuk kalian, maka nikahkan saja dia”.
Ucapan Si Gadis seakan menyadarkan kedua orang tuanya, lantas mereka
berdua berkata: “Kau benar”, lalu Sang Ayah kembali lagi kepada
Rasulullah seraya berkata: “Bila Anda meridhainya, maka kami pun ridha
terhadapnya”. “Ya, aku telah meridhainya”, kata beliau. Maka lelaki tadi
menikahkannya dengan puterinya.
Tak lama berselang, warga Madinah dikejutkan oleh suatu serangan.
Julaibib pun segera menunggangi kudanya dan terjun ke medan perang… usai
peperangan, mereka mendapatkan Julaibib gugur setelah berhasil membunuh
sejumlah orang musyrik di sekitarnya. Anas lalu mengisahkan: “Sungguh,
aku melihat bahwa Janda Si Julaibib termasuk wanita Madinah yang paling
banyak dipinang orang”. [HR. Ahmad dengan sanad shahih sesuai syarat
Bukhari dan Muslim].
Imam Muslim juga meriwayatkan di dalam Shahihnya, dari Abu Hurairah,
dikisahkan bahwa kemudian Julaibib mengikuti suatu peperangan bersama
Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam. Saat ia syahid, Nabi begitu kehilangan. Kehilangan. Sangat
kehilangan. Tapi beliau akan mengajarkan sesuatu kepada para
shahabatnya. Maka beliau bertanya-tanya di akhir pertempuran, “Apakah
kalian kehilangan seseorang?”
Para shahabat menjawab, “Fulan, fulan dan fulan.”
Para shahabat menyebutkan sejumlah nama. Namun Julaibib tidak
termasuk dalam yang mereka sebutkan. Sepertinya Julaibib memang tak beda
antara ada dan tiadanya di kalangan mereka.
Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bertanya lagi, “Apakah kalian kehilangan seseorang?”
Shahabat kembali menjawab, “Ya. Fulan, fulan dan fulan.”
Lagi-lagi beliau bertanya, “Apakah kalian kehilangan seseorang?”
Dan selalunya shahabat menjawab, “Ya. Fulan, fulan dan fulan.”
Kemudian Nabi Muhammad shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda dengan
menghela nafasnya, “Tetapi aku kehilangan Julaibib. Carilah dia!”
Akhirnya, mereka berhasil menemukannya. Julaibib yang mulia. Terbunuh
dengan luka-luka, semua dari arah muka. Di sekitar jasadnya menggeletak
tujuh jasad musuh yang telah ia bunuh terlebih dahulu. Nabi Muhammad
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Ia telah membunuh tujuh orang
sebelum akhirnya mereka membunuhnya.”
Beliau dengan tangannya sendiri mengkafaninya. Beliau menshalatkannya
secara pribadi. Dan kalimat beliau untuk Julaibib yang akan membuat iri
semua makhluk hingga hari berbangkit adalah,
“Ya Allah, dia adalah bagian dari diriku dan aku adalah bagian dari dirinya.”
Abu Hurairah menuturkan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam lalu
meletakkan jasadnya di atas kedua lengan beliau, sementara lengan
Julaibib tinggal satu. Beliau kemudian menggali kubur, meletakkan
jasadnya di dalam kubur, dan tidak pernah menyinggung untuk
memandikannya.
Di dalam hadits ini terkandung anjuran untuk mengenali orang-orang yang shalih semacam ini, yang suka merahasiakan amalnya.
Alangkah indahnya. Tidak dikenal oleh penduduk bumi, tapi dikenal oleh penduduk langit.
============================================
Tahukah engkau siapa Hudair?
Dari
Nafi’, dari Ibnu Umar, ”Bahwa Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
pernah mengirim satu pasukan yang di antara mereka ada seseorang yang
dipanggil Hudair. Sementara tahun itu merupakan merupakan tahun paceklik
dan kekurangan makanan, Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam
memberikan bekal kepada mereka semua, namun beliau lupa memberikan bekal
kepada Hudair. Maka Hudair tetap berangkat dengan sabar dan
mengharapkan ridha Alloh. Dia berada di barisan paling belakang sambil
tiada henti mengucapkan ’la ilaha illallah wallahu akbar walhamdu lillahi wa subhanallah wa la haula wa la quwwata illa billah.’ Dia berkata, ’Sebaik-baik bekal adalah dzikir ini, wahai Rabbi.’ Dia tiada henti mengucapkannya.”
Ibnu Umar menuturkan, ”Lalu Jibril mendatangi Nabi shalallahu ‘alaihi
wasallam dan berkata kepada beliau, ’Sesungguhnya Rabb-ku mengutusku
kepadamu untuk mengabarkan kepadamu, bahwa engkau telah memberikan bekal
kepada rekan-rekanmu, sementara engkau lupa memberikan bekal kepada
Hudair. Dia berada di barisan paling belakang sambil mengucapkan ’la ilaha illallah wallahu akbar walhamdu lillahi wa subhanallah wa la haula wa la quwwata illa billah.’
Dia juga berkata ’Sebaik-baik bekal adalah dzikir ini, wahai Rabbi.’
Jibril berkata lagi, ’Perkataannya itu merupakan cahaya baginya pada
Hari Kiamat, yang ada di antara langit dan bumi. Maka kirimlah bekal
baginya.’
Nabi
shalallahu ‘alaihi wasallam memanggil seseorang dan menyuruhnya untuk
menyerahkan bekal kepada Hudair dan juga memerintahkan agar dia tetap
menjaga perkataannya itu ketika bekal sudah diterima. Rasulullah
shalallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepada utusan itu agar menyampaikan
pesan kepada Hudair, ’Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ’alayhi wa
sallam menyampaikan salam kepadamu dan beliau lupa memberikan bekal
kepadamu. Pesan beliau, ’ Allah Tabaraka wa Ta’ala mengutus Jibril
kepadaku, mengingatkan dirimu dan memberitahukan keadaan serta
posisimu.’
Hudair menjawab, “Segala puja dan puji bagi Allah serta shalawat atas
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam.” Setelah itu, dia berkata lagi,
“Segala puji bagi Allah, Tuhan penguasa alam semesta, karena Allah
telah mengingat aku dari atas langit yang ketujuh dan dari atas ‘Arsy-Nya,
yang mengasihi rasa lapar dan kelemahan diriku. Ya Rabbi, sebagaimana
Engkau tidak melupakan Hudair, maka buatlah hudair tidak lupa
kepada-Mu.”
(Shifatush-Shafwah, 1/743)
Banyak orang yang dilupakan manusia, namun Allah subhanahu wa Ta’ala
tidak melupakannya. Ini dikarenakan keikhlasan orang-orang seperti itu,
yang banyak menyebut Allah secara sembunyi-sembunyi, jauh dari pandangan
manusia.
===========================
Pada masa Mu’awiyah terjadi kemarau panjang. Mu’awiyah lalu
melaksanakan shalat istisqa’ bersama masyarakat. Setelah mereka melihat
tempat shalat, Mu’awiyah pun berkata kepada Abu Muslim, “Tahukah engkau
apa yang dirasakan manusia? Berdoalah kepada Allah.”
Abu Muslim menukas, “Aku akan berbuat menurut keterbatasan diriku.”
Lalu Abu Muslim berdiri. Ketika itu, dia mengenakan mantel yang
memiliki kerudung kepala. Dia membuka kerudung kepalanya, kemudian
menengadahkan kedua tangannya seraya berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya
kami memohon hujan kepada-Mu. Aku datang dengan dosa-dosaku kepada-Mu,
maka janganlah Engkau kecewakan aku.”
Belum lagi orang-orang kembali, hujan pun turun sangat deras. Abu
Muslim lalu berdoa lagi, “Ya Allah, sesungguhnya Mu’awiyah menempatkan
aku pada posisi sum’ah. Kalau memang engkau mempunyai pilihan yang lebih
baik bagiku, maka cabutlah nyawaku agar kembali kepada-Mu.”
Saat itu hari Kamis. Abu Muslim meninggal hari Kamis berikutnya. Dia
khawatir sekiranya ada anggapan yang menyebar di kalangan manusia bahwa
mereka mendapat hujan karena doa Abu Muslim. Dia lebih suka memilih mati
karena takut ‘ujub (bangga) terhadap diri sendiri karena sum’ah (ingin
di dengar oleh orang).
(Al Bilali, Minhaj at Tabi’in, hal. 111)
Itulah
beberapa kisah tentang orang-orang shalih yang senang menyembunyikan
amalan mereka. Mereka adalah orang-orang yang asing di bumi, namun
nama-nama mereka sangat terkenal oleh para penduduk langit. Mereka
memiliki banyak rahasia yang hanya diketahui oleh Allah dan diri mereka
sendiri.
Abul Abbas al ‘Atha’ berkata, “Tanda-tanda wali itu ada empat
macam: Menjaga rahasia antara dirinya dengan Allah, menjaga amalan
anggota tubuhnya antara dirinya dengan perintah Allah, sabar dalam
menghadapi siksaan antara dirinya dengan makhluk Allah, dan bergaul
bersama manusia dengan keragaman akal mereka.” (Shifat ash Shafwah, jilid 2, hal. 287).
Al Junaid al Baghdadi menuturkan, bahwa dia pernah mendengar as Sirri ibn al Maghlas berkata, “Sesungguhnya di beberapa perkampungan di Baghdad ada wali-wali yang tidak banyak diketahui manusia.” (Shifat ash Shafwah, jilid 2, hal. 326).
Imam al Hasan al Bashri berkata, “Adakalanya seseorang sudah hafal Al
Qur’an, sementara tetangganya tidak mengetahuinya. Adakalanya seseorang
memiliki banyak pengetahuan, namun orang-orang tidak merasakannya.
Adakalanya seseorang mendirikan shalat yang panjang, sementara di
rumahnya ada beberapa orang tamu dan mereka tidak mengetahuinya. Kita
mengenal beberapa orang yang melakukan amal shalih secara
sembunyi-sembunyi selagi di dunia, namun kemudian pengaruh amalnya itu
selalu tampak sepeninggalnya…” (Al Akhfiya’ al Manhaj wa as Suluk, oleh
Walid ibn Sa’id Bahakam).
***
By; Abu Fahd Negara Tauhid
(Lanjutan dari artikel yg berjudul “SALAFUSH SHALIH VS DA’I KONDANG”)
Dalam sebuah hadits dinyatakan “Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril dan berkata: wahai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai fulan, maka cintailah ia. Maka Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit: sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia. Maka penduduk langit pun mencintainya. Kemudian ditanamkanlah kecintaan padanya di bumi. Dan sesungguhnya apabila Allah membenci seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril dan berkata : wahai Jibril, sesungguhnya Aku membenci fulan, maka bencilah ia. Maka Jibril pun membencinya. Kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit: sesungguhnya Allah membenci fulan, maka benciilah ia. Maka penduduk langit pun membencnya. Kemudian ditanamkanlah kebencian padanya di bumi.” (HR. Bukhari Muslim)
Hasan Al Bashri berkata: “Ada seorang laki-laki yang berkata : ‘Demi Allah aku akan beribadah agar aku disebut-sebut karenanya’. Maka tidaklah ia dilihat kecuali ia sedang shalat, dia adalah orang yang paling pertama masuk mesjid dan yang paling terakhir keluar darinya. Ia pun melakukan hal tersebut sampai tujuh bulan lamanya. Namun, tidaklah ia melewati sekelompok orang kecuali mereka berkata: ‘lihatlah orang yang riya ini’. Dia pun menyadari hal ini dan berkata: tidaklah aku disebut-sebut kecuali hanya dengan kejelekan, ‘sungguh aku akan melakukan amalan hanya karena Allah’. Dia pun tidak menambah amalan kecuali amalan yang dulu ia kerjakan. Setelah itu, apabila ia melewati sekelompok orang mereka berkata: ‘semoga Allah merahmatinya sekarang’. Kemudian Hasan al bashri pun membaca ayat: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Dari Muslim.Or.Id
Dalam sebuah hadits dinyatakan “Sesungguhnya apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril dan berkata: wahai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai fulan, maka cintailah ia. Maka Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit: sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah ia. Maka penduduk langit pun mencintainya. Kemudian ditanamkanlah kecintaan padanya di bumi. Dan sesungguhnya apabila Allah membenci seorang hamba, maka Dia menyeru Jibril dan berkata : wahai Jibril, sesungguhnya Aku membenci fulan, maka bencilah ia. Maka Jibril pun membencinya. Kemudian Jibril menyeru kepada penduduk langit: sesungguhnya Allah membenci fulan, maka benciilah ia. Maka penduduk langit pun membencnya. Kemudian ditanamkanlah kebencian padanya di bumi.” (HR. Bukhari Muslim)
Hasan Al Bashri berkata: “Ada seorang laki-laki yang berkata : ‘Demi Allah aku akan beribadah agar aku disebut-sebut karenanya’. Maka tidaklah ia dilihat kecuali ia sedang shalat, dia adalah orang yang paling pertama masuk mesjid dan yang paling terakhir keluar darinya. Ia pun melakukan hal tersebut sampai tujuh bulan lamanya. Namun, tidaklah ia melewati sekelompok orang kecuali mereka berkata: ‘lihatlah orang yang riya ini’. Dia pun menyadari hal ini dan berkata: tidaklah aku disebut-sebut kecuali hanya dengan kejelekan, ‘sungguh aku akan melakukan amalan hanya karena Allah’. Dia pun tidak menambah amalan kecuali amalan yang dulu ia kerjakan. Setelah itu, apabila ia melewati sekelompok orang mereka berkata: ‘semoga Allah merahmatinya sekarang’. Kemudian Hasan al bashri pun membaca ayat: “Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang.” (Tafsir Ibnu Katsir)
Dari Muslim.Or.Id
0 komentar:
Posting Komentar