Pertama: Sebagai Bentuk Ujian dari Allah 'Azza wa jalla
Allah ta’ala berfirman,
كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُونَ
Dan Kami akan menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan
sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kami-lah kalian
akan dikembalikan. (Qs. Al-Anbiya': 35)
Dari Mush’ab bin Sa’ad, dari bapaknya, dia bertutur, aku pernah
bertanya, Wahai Rasulullah, siapakah yang paling berat ujiannya? Beliau
bersabda, Para Nabi, kemudian yang lebih mirip lalu yang lebih mirip.
Seseorang diuji sesuai tingkatan agamanya, apabila dia kuat dalam
agamanya maka ujiannya akan semakin berat, dan jika dia lembek dalam
agamanya dia akan diuji sesuai tingkatan agamanya. Ujian tidak akan
hilang dari hamba hingga dia meninggalkannya berjalan di muka bumi
sedang dia tidak memiliki dosa. (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no.
2398 dan dia berkata, Ini hadits hasan shahih.”)
Dan dari Abu Hurairah radhiyallahu'anhu , dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda,
Ujian akan tetap menemani seorang laki-laki dan perempuan yang
beriman pada diri, anak, dan hartanya hingga ia menjumpai Allah sedang
ia tidak memiliki dosa. (Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, no.2399 dan dia berkata, Ini hadits hasan shahih.)
Serta dalam hadits tentang perempuan hitam yang kesurupan, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda kepadanya, Jika kamu mau, kamu bersabar dan bagimu surga, dan jika kamu berkehendak, aku akan berdoa kepada Allah agar dia menyembuhkanmu. Maka dia berkata, Aku akan bersabar. (HR. Bukhari dan Muslim)
Nash-nash ini menunjukkan bahwa musibah dapat menghapuskan dosa hamba
yang beriman dan mengantarkannya masuk surga jika dia bersabar, insyaa’ Allah.
Kedua: Sebagai Hukuman dari Allah Disebabkan Hamba Melakukan Dosa dan Maksiat
Allah berfirman:
قَالَ أَوَلَوْ جِئْتُكَ بِشَيْءٍ مُبِينٍ
Dan apa saja musibah yang menimpa kalian maka adalah disebabkan
oleh perbuatan tangan kalian sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-kesalahan kalian). (Qs. Asy-Syura: 30)
Allah 'Azza wa jalla juga berfirman,
وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى
Dan barangsiapa berpaling dari peringatanKu, maka sesungguhnya
baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan membangkitkannya pada
Hari Kiamat dalam keadaan buta. (Qs. Thaha: 124)
Dan Dia 'Azza wa jalla juga berfirman,
وَمَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِينٌ .وَإِنَّهُمْ لَيَصُدُّونَهُمْ عَنِ السَّبِيلِ وَيَحْسَبُونَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُونَ .حَتَّى إِذَا جَاءَنَا قَالَ يَا لَيْتَ بَيْنِي وَبَيْنَكَ بُعْدَ الْمَشْرِقَيْنِ فَبِئْسَ الْقَرِينُ .
Barangsiapa yang berpaling dari Pengajaran (Rabb) Yang Maha
Pemurah (al-Qur’an), Kami akan adakan baginya setan (yang menyesatkan),
maka setan itulah yang menjadi teman yang selalu menyertainya. Dan
sesungguhnya setan-setan itu benar-benar akan menghalangi mereka dari
jalan yang benar dan mereka menyangka bahwa mereka mendapat petunjuk.
Sehingga apabila orang-orang yang berpaling itu datang kepada Kami (pada
Hari Kiamat) dia berkata, ‘Aduhai, semoga (jarak) antara aku dan kamu
seperti jarak timur dan barat.’ Maka setan adalah sejahat-jahat teman
(yang menyertai manusia). (Qs. Az-Zukhruf: 36-38).
Ibnul Qayyim berkata,
Penguasaan ruh jahat (setan) kepada manusia paling banyak adalah
disebabkan minimnya agama serta hampanya hati dan lisan mereka dari
hakikat-hakikat dzikir dan ta’awwudz serta
perlindungan-perlindungan nabawi yang mencerminkan keimanan, sehingga
setan itu menemukan orang tersebut tidak memiliki senjata, bahkan
‘telanjang’ (dari penjagaan-Nya) sehingga ini berpengaruh padanya. (Zaadul Ma’ad, 4/6)
Ketiga: Asmara, Hawa Nafsu dan Syahwat
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata, 19/39-40,
Dan jin (setan) dapat merasuki manusia, kadang melalui desakan
syahwat dan hawa nafsu yang membabi buta. Kemudian dia berkata, Merupakan
perbuatan keji yang diharamkan oleh Allah ta'ala, sebagaimana hal itu
diharamkan atas manusia, walaupun dengan kerelaan yang lain, lalu
bagaimana jika dengan kebencian?! Itu merupakan kekejian dan kezhaliman!
Maka mereka pun diberitahu akan hal itu serta diberitahu bahwa ini
adalah perbuatan keji yang diharamkan, atau kekejian dan kezhaliman,
agar hujjah tegak atas mereka pada masalah itu dan mereka mengetahui
bahwa hukum Allah dan Rasul-Nya yang diutus kepada jin dan manusia juga
berlaku pada mereka.
Keempat: Kebencian dan Dendam
Ibnu Taimiyah rahimahullah, berkata, 29/40
Bisa jadi -dan itu yang banyak atau bahkan paling banyak- disebabkan
karena benci dan balas dendam, semisal mereka disakiti oleh sebagian
manusia atau mereka mengira bahwa manusia sengaja menyakiti mereka, baik
dengan mengencingi sebagian mereka atau dengan menuang air panas dan
atau dengan membunuh sebagian mereka, walaupun si manusia tidak
mengetahuinya -sedang pada jin terdapat kejahilan dan kezhaliman- lalu
mereka membalasnya dengan yang lebih dari semestinya.
Beliau juga berkata,
Apabila si manusia tidak tahu, maka mereka diberitahu bahwa orang ini
tidak tahu, dan orang yang tidak sengaja menyakiti tidak berhak
mendapatkan hukuman. Dan jika dia melakukannya di rumah dan miliknya,
mereka diberitahu bahwa rumah ini adalah miliknya, sehingga dia boleh
berbuat padanya apa saja yang diperbolehkan, sedangkan kalian tidak
memiliki hak untuk tinggal pada sesuatu yang menjadi kepunyaan manusia
tanpa seizin mereka, maka tinggallah kalian di tempat-tempat reruntuhan
dan padang sahara.
Kelima: Tindakan Bodoh Jin
Gangguan juga terjadi dari tindakan bodoh dari sebagian mereka,
sebagaimana hal itu juga dapat dilakukan dari orang-orang yang berakhlak
rendahan, sebagaimana yang disebutkan oleh Syaikhul Islam, 19/40.
—
[Ditulis ulang dari buku Pengobatan Cara Nabi Terhadap Kesurupan, Sihir, dan Gangguan Makhluk Halus (judul asli: أوضح البيان في علاج المسّ و السحر و إياذاء الجان ) – Thal’at bin Fu’ad al-Hulwani. Daarul Haq, Jakarta 2013]
Sumber: WanitaSalihah.Com
0 komentar:
Posting Komentar