728x90 AdSpace

Pos Terbaru

Kisah dan Peristiwa Bersejarah, Aneh dan Lucu [2]

Kisah dan Peristiwa Bersejarah, Aneh dan Lucu
Oleh: Ustadz Abu Ubaidah Yusuf bin Mukhtar as-Sidawi

21. Menang Setelah Musuh Menghina Nabi

Syaikhul Islam Rahimahullahuta’ala bercerita, “Banyak kawan saya yang tepercaya dari kalangan ahli fiqih bercerita tentang pengalaman mereka beberapa kali ketika mengepung para musuh di benteng pinggiran kota Syam pada zaman ini. Katanya, ‘Kami sering mengepung musuh sebulan atau lebih namun belum juga berhasil mengalahkan mereka sehingga kami hampir saja putus asa, sampai ada di antara mereka yang mencela Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menodai kehormatan beliau maka kemenangan segera datang menghampiri kami sehari atau dua hari setelahnya.’ Kata mereka, ‘Kami menyambut gembira dengan kemenangan jika kami mendengar celaan mereka kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sekalipun hati kami penuh amarah dengan ucapan mereka tersebut.’”[1]

22. Dikejar Ular Karena Menghina Hadits Nabi

Imam Dzahabi menceritakan dari al-Qadhi Abu Thayyib, katanya, “Suatu kali, kami pernah ta’lim (pengajian) di Masjid Jami’ al-Manshur lalu tiba-tiba datang seorang pemuda dari Khurasan menanyakan perihal masalah ‘al-Musharrah’ serta meminta dalilnya sekaligus. Pertanyaan pemuda itu pun dijawab dengan membawakan hadits Abu Hurairah Radhiallahu’anhu tentangnya. Pemuda yang bermadzhab Hanafiyyah itu mengatakan dengan nada mencela, ‘Abu Hurairah tidak diterima haditsnya!’

Belum selesai ucapannya, kemudian ada ular besar yang menjatuhinya dari atap masjid. Melihatnya, manusia pun berlarian ketakutan. Ular tersebut terus mengejar pemuda tadi yang sedang berlari. Dikatakan kepadanya, ‘Taubatlah! Taubatlah!’ Pemuda itu mengatakan, ‘Saya bertaubat.’ Akhirnya, ular itu pun hilang tiada membawa bekas.”

Imam Dzahabi berkomentar, “Sanadnya para tokoh imam. Abu Hurairah Radhiallahu’anhu merupakan sosok sahabat yang sangat kuat hafalannya terhadap hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam secara huruf per huruf dan beliau telah menyampaikan hadits tentang ‘al-Musharrah’ secara lafalnya. Maka wajib bagi kita untuk mengamalkannya. Inilah pokok masalah.” [2]

23. Akibat Mencela Hadits Nabi

Imam Muhammad bin Isma’il menyebutkan dalam kitabnya, Syarh Shahih Muslim, “Saya mendengar dalam sebagian hikayat bahwa ada sebagian ahli bid’ah ketika mendengar sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِذَا قَامَ أَحَدُكُمْ مِنَ اللَّيْلِ فَلَا يَغْمِسْ يَدَهُ فِي الإِنَاءِ حَتَّى يَغْسِلَهَا ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَإِنَّهُ لَا يَدْرِى أَيْنَ بَاتَتْ يَدُهُ

‘Apabila salah seorang di antara kalian bangun dari tidurnya maka janganlah dia memasukkan tangannya ke bejana sehingga dia mencucinya terlebih dahulu, sebab dia tidak tahu di mana tangannya bermalam.’ (HR Muslim: 103)

Ahli bid’ah itu dengan nada mencela berkomentar, ‘Saya tahu kok di mana tanganku bermalam, ya di atas kasur!’ Maka tatkala (terbangun) di pagi hari, ternyata dia memasukkan tangannya ke duburnya hingga sampai siku-sikunya!”

Imam at-Taimi mengomentari kisah di atas, “Maka hendaknya seorang takut dari merendahkan sunnah Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Lihatlah kesudahan mereka yang sangat mengenaskan di atas.”

Imam Nawawi berkata setelah membawakan kisah di atas, “Mirip dengan kasus ini adalah apa yang fakta terjadi pada zaman kita sekarang ini dan beritanya mutawatir serta telah shahih menurut para hakim bahwa ada seorang yang beraqidah jelek dari kota Bushra pada awal tahun 665 H. Dia punya seorang anak yang shalih. Suatu hari, anaknya datang dari gurunya yang shalih membawa siwak. Ayahnya mengatakan dengan nada mengejek, “Gurumu memberimu apa?” Jawab sang anak, “Siwak ini.” Lalu sang ayah mengambil siwak tersebut dan meletakkan di duburnya sebagai penghinaan.

Selang beberapa hari, ayah tersebut mengeluarkan dari duburnya sejenis ikan. Lalu setelah itu atau selang dua hari berikutnya orang itu meninggal dunia. Semoga Allah melindungi kita dari bala-Nya dan memberikan taufik kepada kita untuk mengagungkan sunnah dan syi’arnya.”[3]

24. Tidak Bisa Berjalan Akibat Menghina Hadits

Abu Yahya Zakaria as-Saji Rahimahullahuta’ala berkata, “Pernah kami berjalan di kampung kota Bashrah menuju rumah sebagian ahli hadits. Kami pun tergesa-gesa berjalan cepat menuju rumahnya. Dalam rombongan kami ada seorang yang tertuduh agamanya berkomentar dengan nada mengejek, ‘Angkatlah kaki kalian dari sayap para malaikat, janganlah kalian memecahkannya!’ Ternyata, dia seketika itu juga tidak bisa berjalan, dia tetap di tempatnya sampai kedua kakinya kering dan jatuh.”[4]

Kisah semisal juga diceritakan oleh ad-Dainawari dari Ahmad bin Syu’aib, Abu Dawud as-Sijistani berkata, “Suatu saat ketika kami belajar kepada seorang ahli hadits, ketika guru kami menyampaikan hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam: ‘Para malaikat meletakkan sayapnya untuk para penuntut ilmu.’ Di dalam majelis ada seorang Mu’tazilah yang melecehkan hadits ini seraya mengatakan, ‘Demi Allah, besok saya akan mengenakan sandal yang berpaku lalu akan kuinjakkan ke sayap para malaikat!’ Dia pun melakukannya, dan kedua kakinya langsung keras sehingga dimakan oleh rayap.” [5]

24. Antara Istighfar Atau Memuji Allah

Alangkah indahnya kisah Sirri as-Saqthi[6], di mana beliau selalu istighfar (memohon ampun) kepada Allah selama tiga puluh tahun lamanya karena ucapannya “Alhamdulillah” saat ada kebakaran di kota Baghdad yang melenyapkan rumah-rumah dan toko-toko di sana, namun sampai berita kepadanya bahwa tokonya selamat dari jilatan si jago merah sehingga dia pun memuji Allah. Akan tetapi, dia kembali intropeksi dan meralat sikapnya seraya mengatakan pada dirinya, “Seharusnya aku sedih atas musibah yang menimpa saudara-saudaraku yang beriman lainnya, bukan malah mengucapkan Alhamdulillah.” [7]

Subhanallah, alangkah indahnya akhlak mereka! Dan alangkah sucinya hati mereka. Mereka tidak rela untuk menari di atas penderitaan orang lain. Semoga Allah memberikan secercah cahaya kepada kita untuk bisa meniru akhlak indah mereka.

25. Menceraikan 5 Wanita Sekaligus

Al-Ashma’i pernah bercerita tentang seorang suami yang memiliki empat istri dan dia sosok suami yang bertipe kasar. Suatu saat dia pernah mendapati empat istrinya sedang berkelahi dan ribut, maka dia mengatakan, “Sampai kapan kalian ribut seperti ini? Saya yakin ini adalah karena ulahmu! (Sambil menunjuk seorang istrinya). Pergilah dariku karena aku telah menceraikanmu!”

Mendengar kata talak, istri kedua mengatakan, “Engkau terburu-buru menceraikannya, andai saja engkau menghukumnya dengan selain talak, niscaya akan lebih bagus.” Suaminya malah menjawab, “Kamu juga saya ceraikan!!”

Mendengarnya, istri ketiga mengatakan, “Semoga Allah menjelekkanmu, kedua istrimu itu sangat baik denganmu, mereka berdua selalu memuliakanmu, kenapa kamu begitu tega menceraikan keduanya?!” Suaminya menjawab, “Kamu juga sok membela keduanya, saya ceraikan kamu juga.”

Istri keempat yang dikenal dengan kelembutan mengatakan, “Nanti engkau akan menyesal karena telah menceraikan istri-istrimu.” Suaminya menjawab, “Kamu juga saya ceraikan sekarang.”

Ternyata kejadian tadi didengarkan oleh istri tetangga rumah yang muncul tiba-tiba seraya mengatakan, “Demi Allah, bangsa Arab tidak menilai kalian lemah kecuali karena melihat perbuatan kalian, masak kamu menceraikan empat istrimu dalam satu waktu sekaligus!!” Dia menjawab, “Kamu juga wahai wanita yang ikut-ikutan membela, diceraikan, jika suamimu menyetujuinya.” Ternyata suami tetangga tersebut menjawab dari rumah, “Saya telah setuju, saya telah setuju!!!” [8]

Di antara faedah fiqih kisah ini bahwa talak model seperti ini adalah sah, hanya saja yang menjadi masalah adalah apakah suami menjatuhkannya dalam keadaan emosi dan marah? Jika benar demikian maka hal ini kembali kepada perselisihan ulama tentangnya. Imam Ibnul Qayyim menulis risalah khusus tentang hukum talak suami yang menjatuhkannya dalam keadaan emosi berjudul Ighatsatul Lahfan fi Hukmi Thalaq al-Ghadhban.

26. Lelaki Bercadar

Dalam biografi Abul Hasan al-Wa’idz yang dikenal dengan “al-Mishri” disebutkan bahwa beliau memiliki majelis ta’lim untuk memberikan nasihat. Hadir dalam majelisnya tersebut kaum pria dan wanita, sehingga dia pun mengenakan cadar untuk menutupi wajahnya karena khawatir wanita terfitnah oleh keelokan wajahnya. [9]

Namun, perbuatan beliau ini tidak disyari’atkan, sebab Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah seorang yang sangat tampan, tetapi tidak dinukil bahwa beliau mengenakan cadar. [10]

27. Tak Selamat dari Hukuman

Dahulu, ada seorang prajurit raja yang divonis hukuman qishash (mati). Ketika dia sudah diseret ke lapangan guna dihukum mati, sang raja menyelamatkannya dan membayarkan diyat kepada keluarga korban. Sang prajurit akhirnya diberi tugas oleh raja untuk mengurusi kebun miliknya. Suatu saat, mesin pengairan air mati, maka prajurit tersebut turun ke sumur guna memperbaiki sumbatannya. Tiba-tiba saja, sepotong besi jatuh tepat mengenai kepalanya sehingga putus dan lepas dari jasadnya, sama persis seperti dipenggal dengan pedang. [11]

Allah Mahaadil dan Mahabijaksana. Di saat manusia berbuat dosa yang semestinya mendapatkan hukuman, maka ingatlah sekalipun dia bisa selamat dari hukuman manusia, tetapi dia tak akan meleset dari hukuman Allah.

28. Batas Minimal dan Maksimal Kehamilan

Biasanya, wanita melahirkan ketika usia kandungan bayinya sembilan bulan. Namun, ternyata ada beberapa orang yang di luar kebiasaan tersebut. Berikut ini contoh ulama yang lahir dalam usia kandungan lebih dari sembilan bulan:
  • Muhammad bin Ajlan al-Madani, beliau dalam kandungan ibunya selama tiga atau empat tahun.
  • Imam Malik bin Anas, beliau dalam kandungan ibunya selama dua atau tiga tahun.
  • Dhahak bin Muzahim, tabi’in yang mulia, lahir dalam usia dua tahun dan sudah memiliki gigi sehingga dinamai dhahak (tertawa).
  • Atha‘ bin Abi Muslim, tiga tahun.
  • Muhammad bin Nashr al-Marwazi, tiga puluh bulan lamanya.
  • Abdullah bin Ahmad ar-Ribathi al-Marwazi, lima tahun.[12]
Para ulama sepakat bahwa batas minimal kehamilan adalah enam bulan. Contohnya, Abdul Malik bin Marwan, dia dilahirkan dalam usia kandungan hanya enam bulan sebagaimana diceritakan oleh Ibnu Qutaibah dalam al-Ma’ārif. Adapun batas maksimalnya, tidak ada batasan tertentu dalam al-Qur‘an dan Sunnah. [13]

29. Meralat Kesalahan Dalam Fatwa

Suatu saat, Hasan bin Ziyad al-Lu‘lu‘i pernah ditanya tentang suatu masalah, ternyata beliau salah memberikan fatwa. Beliau ingin meralatnya tetapi tidak mengenal si penanya. Maka beliau menyewa seseorang untuk mengumumkan kepada manusia: “Hasan bin Ziyad pernah ditanya hari ini tentang masalah ini dan dia keliru dalam fatwanya. Barangsiapa yang bertanya demikian maka hendaknya dia kembali kepada beliau.” Dalam masa-masa menunggu itu, beliau tidak berfatwa sehingga bertemu dengan si penanya. Akhirnya, ketemu juga si penanya tersebut dan Hasan bin Ziyad menyampaikan bahwa dia telah salah, dan jawaban yang benar seharusnya demikian.

Ibnul Jauzi Rahimahullahuta’ala berkata, “Persis dengan ini adalah kisah sebagian guru kami bahwa dia pernah memberikan fatwa kepada seseorang yang tinggal di sebuah desa yang jarak antara keduanya empat farsakh. Tatkala orang tersebut pergi, dia berpikir ulang, ternyata dia menyadari bahwa jawabannya keliru. Dia pun berjalan kepada si penanya dan menyampaikan bahwa dia keliru. Akhirnya, setelah kejadian tersebut, setiap kali dia ditanya suatu masalah, maka dia akan berpikir lama seraya mengatakan, ‘Saya tidak kuat lagi untuk berjalan empat farsakh!”. [14]

Demikianlah adab ulama salaf, mereka tidak sombong untuk meralat kesalahan fatwanya sekalipun harus menanggung risiko yang cukup berat. Maka bandingkanlah dengan sikap kebanyakan kita pada zaman ini yang begitu mudah berfatwa dan sangat sulit kembali kepada kebenaran!!

30. Kuatnya Hafalan Orang Badui

Suatu saat, Isma’il bin Umayyah meriwayatkan sebuah hadits dari seorang Badui, lalu dia pun kembali mengecek ulang kekuatan hafalan orang badui tersebut, maka si badui mengatakan, “Wahai anak saudaraku, apakah engkau meragukan hafalan saya?! Saya telah berhaji sebanyak enam puluh atau tujuh puluh kali. Setiap haji yang saya tunaikan, saya pasti ingat unta mana yang saya kendarai saat itu?!” [15]

Di antara faedah kisah ini adalah sering menunaikan haji adalah suatu hal yang bagus dan dianjurkan. Banyak sekali para ulama salaf yang sering melakukan ibadah haji, seperti Atha‘ beliau berhaji tujuh puluh kali, Ali bin Muwaffaq enam puluh kali, Thawus empat puluh kali, dan sebagainya. [16]

____________
[1] (ash-Sharimul Maslul ’ala Syatimir Rasul hlm. 171 oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah)
[2] (Siyar A’lam an-Nubala’ 1/618–619. Lihat pula al-Bidayah wan Nihayah 16/199 oleh Ibnu Katsir)
[3] (Bustanul ’Arifin hlm. 113–114 oleh Imam Nawawi, cet. Dar Ibnu Hazm. Lihat pula kisah lebih detail dalam al-Bidayah wan Nihayah 13/249 oleh Ibnu Katsir.)
[4] (Dzammul Kalam wa Ahlihi 4/369 oleh al-Harawi). Al-Hafizh Abdul Hafizh Rahimahullahuta’ala berkata, “Sanad kisah ini sangat nyata (keshahihannya) karena semua perawinya adalah para imam dan ulama besar.” (Bustanul ’Arifin hlm. 112)
[5] (al-Mujalasah no. 2151. Lihat pula Miftah Dar Sa’adah 1/256 oleh Ibnul Qayyim.)
[6] Dia adalah salah seorang ahli ibadah yang zuhud. Lihat Tārīkh Baghdād 9/188 dan Hilyatul Auliyā‘ 10/117–127.
[7] (al-I’lām bi Fawāid ’Umdatil Ahkām 1/85 oleh Ibnul Mulaqqin)
[8] (Daulah Nisā‘ hlm. 646 oleh al-Burquqi)
[9] (Tārīkh Baghdād 12/75-76 oleh al-Khathib al-Baghdadi)
[10] (ar-Radd al-Mufhim hlm. 12 oleh al-Albani)
[11] (al-Amtsāl al-Yamaniyyah 1/79)
[12] (Lihat kisah-kisahnya dalam biografi mereka dalam Siyar A’lāmin Nubalā‘ oleh adz-Dzahabi dan Shifātush Shafwah oleh Ibnul Jauzi.)
[13] (Adhwāul Bayān 3/100 oleh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi)
[14] (Ta’zhīmul Futya hlm. 91–92 oleh Ibnul Jauzi, tahqiq Masyhur bin Hasan Salman)
[15] (al-Musnad oleh al-Humaidi no. 995, Sunan Abū Dāwūd no. 887, Musnad Ahmad 2/437, ’Amalul Yaumi wal Lailah Ibnu Sunni no. 436)
[16] (Lihat Hākadzā Hajja ash-Shālihūn wash Shālihāt hlm. 23–27 oleh Dr. Ali bin Abdillah ash-Shayyah).


31. Muadzin yang Malang Karena Wanita

Hati manusia mudah berbolak-balik, apalagi pada zaman kita sekarang yang penuh dengan fitnah. Dikisahkan, ada seorang muadzin yang sangat rajin adzan dan shalat. Dia sangat taat beribadah dan sering di masjid. Suatu hari, dia melihat ke rumah seorang Nasrani yang berada di bawah menara masjid, ternyata dia melihat putri penghuni rumah dan langsung jatuh cinta padanya. Dia pun meninggalkan adzannya dan turun menuju rumahnya. Wanita tersebut mengatakan, “Apa yang Anda inginkan?” Muadzin menjawab, “Saya menginginkan dirimu.” Wanita itu bertanya, “Kenapa begitu?” Dia menjawab, “Aku telah jatuh cinta padamu.” Wanita itu berkata, “Saya tidak mau berbuat dosa.” Muadzin berkata, “Aku akan menikahimu.” Wanita itu menjawab, “Kamu seorang muslim dan saya seorang Nasrani, ayahku jelas tidak akan merestui.” Muadzin berkata, “Saya akan beragama Nasrani.” Akhirnya, dia pun menjadi pemeluk agama Nasrani agar bisa menikahi wanita itu dan tinggal bersamanya, tetapi sebelum menikah dia menaiki loteng rumahnya dan terpeleset lalu meninggal dunia. Aduhai, sungguh merugi orang tersebut, dia sudah murtad ditambah lagi tidak jadi menikah. Hanya kepada Allah kita memohon husnul khatimah (akhir kematian yang baik). (at-Tadzkirah fi Umuril Akhirah oleh al-Qurthubi hlm. 43)

Di antara faedah kisah ini adalah hendaknya kita selalu waspada dari berbagai fitnah yang menjadikan hati ini menyimpang, termasuk fitnah wanita yang seringkali meruntuhkan iman. Oleh karenanya, hendaknya kita selalu berdo’a kepada Allah dan mengambil kiat-kiat jitu untuk bisa selalu istiqamah di atas agama-Nya. Ya Allah, teguhkanlah hati kami di atas jalan-Mu dan berikanlah kepada kami husnul khatimah.

32. Menangis Karena Salah Paham Hadits

Suatu saat, pernah ada seorang mendengar hadits dari seorang khatib di atas mimbar membawakan hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallm:

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ قَتَّاتٌ

“Tidak akan masuk surga qattaat (pengadu domba).” (HR Bukhari: 6056 dan Muslim: 105)

Tiba-tiba lelaki itu menangis seraya mengatakan, “Aku harus kerja apa lagi, aku tidak punya pekerjaan kecuali jualan al-qatt yaitu makanan hewan.”

Lihatlah orang tersebut, dia salah paham hadits, karena maksud Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallm dalam hadits tersebut bukan penjual al-qatt (makanan hewan) melainkan maksudnya adalah orang yang suka namimah (mengadu domba). (Fathul Mughits 3/73 oleh as-Sakhawi)

Di antara faedah kisah ini adalah pentingnya bagi kita memahami hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallm secara benar dengan bimbingan penjelasan para ulama. Janganlah hanya memahami hadits Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallm secara tekstual lafalnya saja dengan pemahaman kita sendiri sehingga kita malah terjatuh dalam kesalahan yang fatal.

33. Gelar yang Ngawur

Sangat lucu apa yang diceritakan oleh Syaikh al-Albani bahwa salah seorang guru beragama Nasrani di sekolah Damaskus pernah menceritakan tentang gerakan dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab dan kegigihannya dalam memberantas kesyirikan, kebid’ahan, dan khurafat yang sekilas guru tadi mendukungnya, maka sebagian muridnya berkata, “Tampaknya, guru kita ini Wahabi!!” (Silsilah Ahadits ash-Shahihah 1/153)

Kisah ini memberikan pelajaran kepada kita bahwa label “Wahabi” banyak disematkan secara ngawur oleh sebagian kalangan. Lihatlah, orang Nasrani tersebut dicap sebagai Wahabi hanya gara-gara dia menceritakan kegigihan dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab.

Persis dengan hal ini, gelar yang diberikan sebagian orang bahwa Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah adalah Wahabi, padahal beliau wafat tahun 728 H, sedangkan Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab wafat tahun 1206 H, lantas apakah Ibnu Taimiyah bisa hidup kembali setelah Muhammad bin Abdul Wahhab?!!

34. Kedengkian Kepada Ulama

Anda pernah mendengar sosok ulama salafi mujahid bernama Ihsan Ilahi Zhahir?! Dialah seorang ulama yang tegar membela Islam dan sunnah serta menjadi senjata tajam terhadap musuh-musuhnya. Betapa banyak sekte-sekte sesat padam karena keberkahan lisan dan tulisannya sehingga beliau seringkali dipenjarakan, namun beliau tetap berjuang membela Islam dan membongkar kedok aliran-aliran sesat.

Kedengkian musuh-musuh Islam dan Sunnah memuncak ketika beliau menyampaikan muhadharah pada 23 Rajab 1407 H di Jam’iyyah Ahli Hadits di Lahore, Pakistan, yang dihadiri oleh dua puluh ribu orang, di mana di sekitar meja pidatonya ternyata telah ditaruh bom yang kemudian diledakkan, sehingga sepuluh ulama dan beberapa tamu undangan meninggal dunia.

Beliau kemudian dilarikan ke Riyadh (Saudi Arabia) untuk berobat, tetapi kematian menjemputnya beberapa hari setelah itu. Beliau dishalati oleh Imam al-Mujaddid Abdul Aziz bin Baz dan dikubur di kuburan Baqi’ bersama para wali-wali Allah setelah para nabi, karena beliau selalu membela kehormatan para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallm dan para istri Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallm. Semoga Allah merahmati beliau dan memasukkannya ke surga-Nya. (Ihsan Ilahi Zhahir, al-Jihad wal Ilmu minal Hayati ilal Mamat hlm. 1360–1407 oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim asy-Syaibani)

Kisah ini menunjukkan betapa dengkinya para ahli bid’ah dalam memusuhi ulama dan kegigihan mereka untuk merenggut nyawa para ulama Sunnah. (Lihat al-Hiqdu Dafiin ’ala Ulama wa Shalihin oleh Ubaid asy-Sya’bi, dinukil dari Basha‘ir fil Fitan hlm. 30–31 oleh Isma’il al-Muqaddam.)

35. Peristiwa Aneh Tapi Dusta

Pernahkah Anda mendengar atau membaca berita sebuah peristiwa aneh tentang seorang gadis yang sedang asyik melihat tayangan lewat parabola, padahal dalam waktu yang sama ibunya sedang mengaji membaca kitab suci al-Qur‘an. Anak gadis tersebut merasa terganggu dengan suara lantunan ibunya sehingga membentaknya, “Suara al-Qur‘an ini telah menggangguku, pergilah ke tempat lainnya.” Namun, sang ibu tetap tidak berpindah tempat. Maka sang anak tersebut berdiri dan mengambil mushaf lalu melemparnya ke tanah, lalu sang ibu pergi untuk mengambilnya lalu meletakkan ke atas dadanya. Selang tak lama dari itu, anak perempuan tersebut jatuh ke tanah dan berubah menjadi hewan. Kini gadis tersebut dirawat di rumah sakit pemerintah di ’Umman.

Demikianlah kurang lebih isi berita yang tersebar di media dan internet saat itu dan sayangnya banyak juga orang yang mempercayainya begitu saja tanpa tatsabbut (pengecekan) terlebih dahulu, padahal berita ini adalah dusta dan tidak benar adanya. Rumah sakit pemerintah di ’Umman ketika dimintai konfirmasi tentang berita ini, mereka langsung mendustakan dan tidak ada pasien di rumah sakit mereka seperti dalam berita tersebut.

Menakuti manusia dari akibat merendahkan al-Qur‘an memang bagus. Akan tetapi, caranya bukan dengan kebohongan dan kedustaan seperti itu. Cukuplah dengan ancaman-ancaman dalam al-Qur‘an dan hadits serta ucapan para ulama semisal ucapan Imam Nawawi dalam al-Majmu’ (2/170), “Para ulama bersepakat tentang wajibnya menghormati al-Qur‘an dan memuliakannya. Dan mereka bersepakat bahwa barangsiapa yang merendahkan al-Qur‘an atau sebagiannya atau mushaf atau melemparnya ke tempat sampah dalam keadaan sadar dan mengerti maka dia kafir.” (Lihat Nasyarat Kadzibah hlm. 159–161 oleh Dr. Muhammad bin Abdillah as-Samhari.)

36. Kenangan Menarik Syaikh as-Sa’di

Syaikh Abdurrahman as-Sa’di dikenal sebagai sosok ulama yang berakhlak mulia. Beliau kadang-kadang bercanda untuk menjadikan manusia senang dan tersenyum. Suatu saat, beliau bertemu dengan Shalih al-Muthlaq, salah seorang petugas pemerintah untuk menjaga semisal kebun yang berisi tanaman yang tumbuh ketika musim semi. Ketika itu as-Sa’di masih kecil. Beliau pergi bersama teman-temannya untuk memetik tanaman di kebun tersebut. Namun sial, beliau (Shalih al-Muthlaq) mengusir mereka semua bahkan memukul as-Sa’di agar supaya tidak mendekat ke kebun tersebut.

Nah, setelah sekian tahun berjalan, setelah as-Sa’di menjadi ulama, beliau memutar memori tersebut dan mengingatkan Shalih al-Muthlaq tentang peristiwa tersebut. Dengan nada bercanda beliau mengatakan, “Semoga Allah mengampunimu, wahai Shalih, engkau memukulku padahal aku tak berbuat salah apa-apa?!” Maka Shalih al-Muthlaq menjawab, “Seandainya aku tahu bahwa kamu akan menjadi seorang ulama seperti sekarang, maka dulu aku tidak akan memukulmu!!” Mendengar jawaban tersebut, Syaikh as-Sa’di pun tertawa. (Mawaqif Ijtima’iyyah min Hayati Syaikh Abdirrahman as-Sa’di hlm. 144–145 oleh Muhammad bin Abdirrahman as-Sa’di dan Musa’id bin Abdillah as-Sa’di)

37. Yang Aneh Tentang Jenggot

Dalam biografi Dhiya‘ bin Sa’ad bin Muhammad bin Utsman al-Qazwini (wafat tahun 780 H) diceritakan bahwa dia memiliki jenggot yang panjang sekali hingga sampai ke kakinya, dia tidak bisa tidur kecuali kalau jenggotnya disimpan di sebuah kantong, dan apabila dia tidak menaiki kendaraan maka jenggotnya membelah menjadi dua!!!” (Durratul Hijal fi Asma‘ir Rijal, al-Miknasi 3/37, sebagaimana dalam al-Muru‘ah hlm. 119 oleh Syaikh Masyhur bin Hasan Alu Salman)
Al-Jahidh berkata, “Saya pernah melihat wanita yang berjenggot.” Para penduduk Baghdad menceritakan bahwa salah seorang putri Muhammad bin Rasyid al-Khannaq memiliki jenggot yang lebat. (al-Hayawan 1/36)
Dikisahkan bahwa orang-orang Anshar mengatakan, “Aduhai, ingin rasanya kami membelikan jenggot dengan harta-harta kami untuk Qais bin Sa’ad!!” (al-Isti’ab Ibnu Abdil Barr 3/1293, al-Ishabah Ibnu Hajar 5/360)[1]

38. Umar dan Pencuri

Suatu saat, ada seorang pencuri pada zaman Khalifah Umar bin Khaththab Radhiallahu’anhu yang hendak dihukum potong tangan, lalu dia beralasan dengan takdir seraya mengatakan, “Saya mencuri begini karena takdir Allah.” Mendengar ucapan pencuri tersebut, Umar Radhiallahu’anhu pun menjawab, “Dan saya juga akan memotong tanganmu dengan qadha‘ dan takdir Allah.” (Syarh Aqidah Thahawiyyah 1/135 oleh Ibnu Abil Izzi al-Hanafi)

Kisah ini memberikan faedah kepada kita bahwa takdir tidak boleh dijadikan sebagai alasan untuk melakukan dosa dan maksiat. Itu hanyalah perilaku para zindiq dan orang jahil semata. Beralasan dengan takdir baru dibenarkan dalam masalah musibah. Dahulu dikatakan:

الْقَدَرُ يُحْتَجُّ بِهِ فِي الْمَصَائِبِ لاَ فِي الْمَعَايِبِ

“Takdir dijadikan alasan dalam musibah bukan untuk maksiat.” (Lihat secara luas dalam al-Iman bil Qadha‘ wal Qadar hlm. 81–87 oleh Syaikh Muhammad bin Ibrahim al-Hamd.)

39. Dunia Penjara Bagi Seorang Mukmin

Suatu saat, ada seorang budak Yahudi bertanya kepada Imam ash-Shu’luki tentang hadits:

الدُّنْيَا سِجْنُ الْمُؤْمِنِ وَجَنَّةُ الْكَافِر

“Dunia adalah penjara bagi seorang mukmin.” (HR Muslim: 7606)

Padahal kenyataannya, si budak dalam keadaan hina-dina, sedangkan ash-Shu’luki berada dalam kedudukan dan kehormatan? Maka, spontan ash-Shu’luki menjawab, “Jika kelak seandainya dirimu berada dalam siksaan Allah maka semua ini merupakan surga bagimu. Dan jika kelak seandainya aku berada di nikmat Allah maka semua ini merupakan penjara bagiku.” (ath-Thabaqat as-Sunniyyah 4/60 oleh at-Tamimi, Bad‘a’iul Fawa‘id 3/1125 oleh Ibnul Qayyim)

Di antara faedah kisah ini adalah bahwa kunci kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup ini adalah dengan iman. Oleh karenanya, seorang mukmin akan merasa bahagia bagaimana pun keadaannya di dunia ini. Dahulu, Ibrahim bin Adham bertutur, “Seandainya para raja dan putra-putra raja mengetahui kebahagiaan hati kami, niscaya mereka akan merampasnya dari kami dengan pedang-pedang mereka.” (Dikeluarkan oleh al-Baihaqi dalam az-Zuhd no. 81 dan Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 7/370.)

40. Jasa Khalifah Utsman untuk Para Khatib Setelahnya

Pada suatu hari, al-Mutawakkil pernah mengatakan kepada orang-orang yang duduk di sekitarnya, “Tahukah kalian apa jasa Utsman Radhiallahu’anhu kepada kaum muslimin setelahnya?” Mereka menjawab, “Tidak tahu.” Lalu dia mengatakan, “Banyak hal, di antaranya adalah tatkala Abu Bakar Radhiallahu’anhu berdiri di bawah tempat berdirinya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallm satu tingkat, kemudian Umar Radhiallahu’anhu naik setingkat di atas tempat berdirinya Abu Bakar Radhiallahu’anhu, kemudian Utsman Radhiallahu’anhu naik di tempat mimbar semula (tingkat dua).

Spontan, Ubadah langsung berkomentar, “Tidak ada seorang yang lebih berjasa padamu daripada Utsman Radhiallahu’anhu, wahai Amirul Mukminin!!”

Al-Mutawakkil mengatakan, “Kok bisa begitu?”

Ubadah menjawab, “Ya, karena dia naik di tingkat semula mimbar. Seandainya setiap khalifah harus turun satu tingkat dari khalifah sebelumnya, berarti engkau akan berkhotbah kepada kami dari Sumur Jalula.”

Mendengarnya, al-Mutawakkil dan orang-orang di sekitarnya tertawa semua. (al-Adzkiya‘ hlm. 191 oleh Ibnul Jauzi)

Di antara faedah kisah ini adalah bahwa sunnahnya dalam mimbar adalah memiliki tiga tingkat. Adapun lebih dari itu maka tidak disyari’atkan. Demikian juga, bukanlah mimbar yang sunnah podium yang banyak dipakai di sebagian masjid sekarang ini.
______________

[1] Lihat masalah fiqih jenggot dan faedah-faedah seputarnya dalam buku kami Bangga Dengan Jenggot, cet. Pustaka an-Nabawi.


41. Menghafal Sambil Menulis dan Mengantuk

Ketika Imam ad-Daruquthni masih remaja, dia pernah hadir di majelis Isma’il ash-Shaffar yang tengah meng-imla‘ (mendiktekan) hadits kepada murid-muridnya, namun ad-Daruquthni malah menyalin kitab hadits lainnya. Maka dia ditegur oleh sebagian hadirin, “Kamu tidak bisa mendengar imla‘ Syaikh secara bagus jika kamu mendengarnya sambil menyalin buku lainnya.” Ad-Daruquthni menjawab, “Pemahamanku berbeda dengan pemahamanmu.” Temannya lanjut bertanya, “Kalau begitu, sudah berapa hadits yang telah didiktekan oleh Syaikh hingga sekarang?” Ad-Daruquthni menjawab, “Sebanyak delapan belas hadits, kemudian dia menyebutkannya secara hafalan di luar kepala lengkap dengan sanad dan matan haditsnya.” Maka seluruh hadirin pun heran dengan kekuatan hafalannya. (Tarikh Baghdad 12/36 oleh al-Khathib al-Baghdadi, al-Bidayah wa Nihayah 11/317 oleh Ibnu Katsir)

Al-Hafizh Ibnu Katsir Rahimahullahu Ta’ala mengatakan, “Dan adalah guru kami Abul Hajjaj al-Mizzi—semoga Allah merahmatinya— menulis ketika di majelis yang semestinya mendengarkan saja, bahkan beliau kadang-kadang mengantuk, namun beliau bisa membetulkan ahli baca secara jelas sekali, sehingga ahli bacanya sendiri bingung terheran-heran, bagaimana dia salah baca padahal dia bangun dan sadar, sedangkan Syaikh yang mengantuk bisa lebih perhatian daripadanya!! Demikianlah anugerah yang Allah berikan kepada sebagian hamba-Nya yang dikehendaki. (Ikhtishar Ulumil Hadits—al-Baitsul Hatsits 1/340–341, tahqiq Syaikh Ali Hasan al-Halabi)

Kisah-kisah ini menunjukkan tentang kehebatan ulama dalam hafalan mereka. Oleh karenanya, as-Subki berkata setelah menceritakan beberapa kisah serupa, maka beliau berkomentar, “Ini termasuk perkara yang menakjubkan dan mengherankan.” (Thabaqot Syafi’iyyah 10/397)

42. Pemuda yang Digunduli Umar Radhiallahu’anhu

Pada suatu malam, Khalifah Umar Radhiallahu’anhu berkeliling mengontrol kota Madinah. Tiba-tiba, Khalifah mendengar seorang wanita melantunkan beberapa bait asmara:

هَلْ مِنْ سَبِيْلٍ إِلَى خَمْرٍ فَأَشْرَبُهَا أَوْ مِنْ سَبِيْلٍ إِلَى نَصْرِ بْنِ حَجَّاجِ

Adakah cara untuk mendapatkan khamar agar aku meminumnya
Atau adakah cara untuk mendapatkan Nashr bin Hajjaj

Di pagi harinya, Khalifah bertanya-tanya tentang nama yang disebut-sebut wanita itu, yaitu Nashr bin Hajjaj. Ternyata dia adalah seorang pemuda yang sangat tampan dan memiliki rambut yang sangat bagus. Umar Radhiallahu’anhu lalu menyuruhnya untuk memotong rambutnya (menggundulinya), namun dia semakin tampan. Khalifah juga menyuruhnya untuk memakai serban, namun dia juga semakin tampan. Akhirnya, Umar Radhiallahu’anhu mengatakan, “Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, kamu tidak bisa bersatu denganku di negeri ini.” Lalu Umar Radhiallahu’anhu mengasingkan Nashr bin Hajjaj ke Bashrah agar tidak menjadi fitnah bagi kaum hawa. (Diriwayatkan Ibnu Sa’ad dalam ath-Thabaqat 3/285 dan dishahihkan al-Hafizh Ibnu Hajar dalam al-Ishabah 3/579.)


Di antara faedah kisah ini adalah cerdiknya pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab Radhiallahu’anhu yang selalu mengontrol rakyatnya. Dan di antara faedah lainnya adalah bolehnya menghukum dengan menggunduli kepala. (Lihat at-Ta’liq ’ala Siyasah Syar’iyyah hlm. 390 oleh Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin.)

43. Dasar, Gak Biasa Puasa!!

Suatu kali, ada seorang lelaki datang kepada Sahabat Abu Hurairah Radhiallahu’anhu seraya berkata, “Saya puasa kemudian saya lupa makan dan minum, bagaimana hukumnya?” Beliau menjawab, “Tidak apa-apa! Allah telah memberimu makan dan minum.”

Lelaki itu berkata lagi, “Setelah itu saya masuk ke rumah orang lain, lalu saya lupa makan dan minum lagi!”
Beliau berkata, “Tidak apa-apa! Allah telah memberimu makan dan minum.”
Lelaki itu berkata lagi, “Setelah itu saya masuk ke rumah orang lain, lalu saya lupa makan dan minum lagi!”

Kali ini, Abu Hurairah Radhiallahu’anhu mengatakan padanya, “Dasar, kamu ini orang yang tidak terbiasa puasa!” (Diriwayatkan Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf: 7378 dan ad-Dinawari dalam al-Mujalasah: 319. Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata dalam Fathul Bari 4/157, “Ini termasuk kisah yang lucu.”)

Di antara faedah fiqih kisah ini adalah bahwa makan dan minum di siang bulan puasa dalam keadaan lupa tidaklah membatalkan puasa; karena itu bukanlah keinginan dirinya, melainkan anugerah dari Allah.

44. Mencoba Terbang Malah Mati

Adalah seorang bernama Abu Nashr Isma’il bin Hammad al-Jauhari terkena waswas, sehingga suatu saat dia pergi ke Masjid Jami’ lama di Naisabur kemudian naik ke lotengnya seraya mengatakan, “Wahai sekalian manusia, sesungguhnya saya telah melakukan di dunia sesuatu yang tak terkalahkan, sekarang saya akan melakukan di akhirat perbuatan yang tiada tandingannya.” Setelah itu, dia mengikat dirinya dengan tali dan menambatkan tali juga di pintu lalu pergi ke tempat tinggi, dia mengira dirinya terbang ternyata dia malah jatuh dan mati. (Nuzhatul Alba‘ fi Thabaqatil Udaba‘ biografi Ibnu Hammad al-Jauhari)

Di antara faedah kisah ini adalah bahaya penyakit waswas sehingga menjadikan pelakunya seperti orang gila yang melakukan perbuatan aneh. Maka bagi siapa yang telah menjadi korban penyakit waswas hendaknya segera mencari terapinya dan bersungguh-sungguh memohon kepada Allah agar lekas sembuh dari penyakitnya. Imam Ibu Qudamah punya risalah tentang masalah ini, Dzammul Muwaswasin.

45. Orang yang Menghitung Jumlah Napas

Abdullah bin Faraj mengatakan, “Saya menghitung nikmat Allah kepadaku sehari semalam saja dari satu sumber, ternyata jumlahnya sebanyak empat belas ribu nikmat.”

Dikatakan kepadanya, “Bagaimana hal itu, wahai Abu Muhammad?”
Dia menjawab, “Saya telah menghitung napasku sehari semalam ternyata empat belas ribu kali napas.” (Majma’ Adab fi Mu’jamil Alqab 2/132)

Di antara faedah kisah ini adalah hendaknya kita selalu mengingat betapa banyak nikmat Allah kepada kita semua dan betapa sedikitnya syukur kita kepada-Nya. Semoga Allah menjadikan kita semua termasuk hamba-hamba-Nya yang pandai bersyukur.

46. Membaca Model Bacaan Orang Buta Modern (Bacaan “Braille”)

Al-Maqrizi mengatakan, “Adalah Ahmad bin Abdul Khaliq al-Maliki (wafat 804 H) apabila dituliskan untuknya sebuah bait syair atau sejenisnya dalam sebuah kertas. Maka dia akan membacanya tanpa melihat, dia cukup dengan menggunakan tangannya pada kertas tersebut saja. Berkali-kali kami mengetesnya tentang hal itu. Dan saya juga menyaksikan hal seperti itu juga pada selainnya.” (Durarul ’Uqud fi Tarajumil A’yan al-Mufidah oleh al-Maqrizi)

Kisah ini menunjukkan keajaiban yang dikaruniakan Allah kepada sebagian hamba-Nya. Allah Maha mampu untuk mengajari hamba-Nya untuk membaca sekalipun dengan lewat tangan bukan dengan matanya.[1]

47. Operasi Zaman Dahulu

Dalam biografi Sahabat yang Mulia Miqdad bin Aswad al-Kindi Radhiallahu’anhu bahwa dia memiliki perut yang besar, maka budaknya dari Romawi mengatakan, “Saya bedah perut Anda.” Kemudian dia membedah dan mengambil beberapa lemaknya sehingga langsing lalu menjahitnya. Namun, setelah itu, Miqdad Radhiallahu’anhu meninggal dunia sehingga budaknya kabur melarikan diri. (al-Ishabah: 8179 Ibnu Hajar)

Mungkin saja ini adalah ide pertama tentang operasi perut yang banyak kita kenal pada zaman sekarang dan diklaim dari orang Barat, padahal sudah ada sejak dahulu dalam sejarah Islam. (Kunnasyah Nawadir hlm. 11 Abdus Salam Harun)

48. Wanita Nabi Palsu yang Ahli Bahasa

Pada zaman al-Mutawakkil ada seorang wanita yang mengaku sebagai nabi. Maka al-Mutawakkil memanggilnya dan bertanya kepadanya, “Apakah Anda seorang nabi?” Jawabnya, “Ya.” Al-Mutawakkil bertanya lagi, “Apakah Anda beriman dengan Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallm?” Jawab wanita itu, “Ya.” Al-Mutawakkil berkata, “Sesungguhnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallm bersabda:

لَا نَبِيَّ بَعْدِي

‘Tidak ada nabi (laki-laki) setelahku.’ (HR Bukhari-Muslim).”

Wanita itu menjawab, “Benar, tetapi Nabi tidak mengatakan:

لَا نَبِيَّةَ بَعْدِي

‘Tidak ada nabi perempuan setelahku.’”[2]

Mendengar jawaban wanita itu, al-Mutawakkil tertawa. (Thara‘if minat Turats hlm. 171 oleh Shalih Abdul Hamid)

Kisah ini menunjukkan bahwa nabi-nabi palsu sudah semarak pada zaman dahulu, padahal mengaku nabi (atau membenarkan orang yang mengakui nabi) setelah Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallm adalah sebuah kedustaan dan kekufuran nyata. Apalagi jika pengakunya adalah wanita, sebab tidak ada nabi berjenis kelamin wanita. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah Rahimahullahu Ta’ala mengatakan, “Tidak ada nabi dari kalangan wanita. Dan telah menukil ijma’ tentangnya tidak sedikit ulama seperti al-Qadhi Abu Bakar bin Thayyib, Abu Ya’la bin Abul Fara’, al-Ustadz Abul Ma’ali al-Juwaini, dan selain mereka. Hal ini dikuatkan oleh firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

وَمَآ أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًۭا نُّوحِىٓ إِلَيْهِم مِّنْ أَهْلِ ٱلْقُرَىٰٓ ۗ أَفَلَمْ يَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَيَنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَـٰقِبَةُ ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِهِمْ ۗ وَلَدَارُ ٱلْءَاخِرَةِ خَيْرٌۭ لِّلَّذِينَ ٱتَّقَوْا۟ ۗ أَفَلَا تَعْقِلُونَ ﴿١٠٩﴾

Kami tidak mengutus sebelum kamu, melainkan orang laki-laki yang Kami berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya? (QS Yusuf [12]: 109) (al-Jawabu ash-Shahih 2/349)

49. Pertama Kali Memalsukan Uang

Beberapa riwayat hampir sepakat menegaskan bahwa orang yang pertama kali memalsukan dirham adalah Abdullah bin Ziyad, gubernur Bashrah. Yaitu ketika dia lari dari Bashrah pada tahun 64 H ketika keadaan ekonomi menuntutnya untuk membuat uang palsu agar bisa dibagikan kepada orang-orang badui jika dia khawatir pemberontakan rakyat kepadanya. (Zaifu Nuqud fil Islam hlm. 24 oleh Dhaifullah az-Zahrani)

Kisah ini menunjukkan bahwa pemalsuan uang sudah ada sejak lama dalam sejarah Islam. Dan tentu saja perbuatan tersebut adalah terlarang dalam agama.

50. Aneh, Mabuk di Muktamar Islam

Seorang jurnalis muslim dan pengkritik Ahmad Abdul Ghafur pernah mengatakan, “Pada tahun 1396 H, saya pernah menghadiri muktamar dunia sirah Nabi yang diselenggarakan di Pakistan. Muktamar dibuka oleh Dzulfiqar Ali Butu sebagai ketua penyelenggara. Anehnya, dia memasuki ruang muktamar dalam keadaan mabuk, dia naik mimbar tanpa salam. Lebih parah lagi, di kamar anggota muktamar ada sebuah kartu yang memuat daftar macam-macam khamar. Saya pun mengingkarinya, tetapi tak ada yang peduli dengan ucapan saya!

Saya hanya heran, kalau minuman kotor itu ada dalam sebuah muktamar sirah Nabi, lantas bagaimana dengan muktamar-muktamar lainnya yang diselenggarakan kaum muslimin di selain Arab Saudi? Jangan salahkan musuh jika mereka menghujat Islam, tetapi salahkan para tokoh Islam dan pemimpin kaum muslimin yang terang-terangan minum khamar dalam muktamar…” (Inhisar Tathbiq Syari’ah fi Aqthar al-‘Urubah wal Islam hlm. 31–32 oleh Ahmad Abdul Ghafur Athar)

______________
[1] Poin no. 53–55 dinukil dari makalah al-Kunnasyah al-Bairutiyyah Abu Mu’awiyah Mazin al-Bairuti di www.kullisalafiyyin.com
[2] Ini adalah pemahaman yang salah dari wanita tersebut, sebab sabda Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallm “tidak ada nabi” sudah mencakup laki-laki dan wanita, karena kaidahnya “khithab untuk laki-laki juga mencakup wanita kecuali apabila ada dalil yang mengkhususkannya”. (Lihat Mudzakkirah Ushul Fiqih hlm. 332–334 oleh Muhammad Amin asy-Syinqithi dan Ma’alim Ushulil Fiqhi ’Inda Ahli Sunnah wal Jama’ah hlm. 418 oleh Muhammad bin Husain al-Jizani.)
51. Kenaikan Harga yang Amat Menyedihkan

Pada tahun 426 H, di Mesir terjadi krisis ekonomi yang membuat harga barang melambung tinggi hingga orang-orang memakan bangkai, mayat, dan anjing. Ada juga seorang laki-laki yang membunuh bayi laki-laki dan para wanita. Ia membunuh kepala dan belulangnya kemudian menjual dagingnya. Maka ketika lelaki tersebut terbunuh, dagingnya juga dimakan. Pada saat itu tidak ada yang berani menguburkan mayat pada siang hari. Mereka hanya berani menguburkan pada malam hari karena takut kuburnya dibongkar dan mayatnya dimakan. (al-Bidayah wa Nihayah 7/121 oleh Ibnu Katsir)

Kisah di atas memberikan faedah bahwa krisis ekonomi dan kenaikan harga BBM yang kita alami sekarang ini masih jauh lebih ringan daripada apa yang terjadi dalam catatan sejarah tersebut. Oleh karenanya, marilah kita hadapi semua ini dengan optimisme yang tinggi serta tawakal yang membaja bahwa Allah tidak akan menelantarkan kita tanpa rezeki asalkan kita mau berusaha.

52. Lebih Berat dari 300 Wanita Saingannya!!!

As-Sam’ani pernah menceritakan dalam biografi Ibnul Muharram bahwasanya beliau pernah menikahi seorang wanita. Tatkala sang istri dibawa kepadanya, dia masih tetap duduk seperti kebiasaannya untuk menulis, sedangkan tinta ada di hadapannya. Akhirnya, ibu mertuanya datang dan merampas tinta tersebut dan serta-merta membantingnya ke tanah sehingga berserakan, seraya mengatakan, “Semua ini lebih berat bagi putriku daripada 300 wanita saingannya sekalipun!” (al-Ansab 12/115)

Kisah ini menunjukkan tentang lezatnya ilmu yang telah menyatu dalam jiwa para ulama sehingga mereka tetap memprioritaskan ilmu lebih dari segalanya. Namun demikian, perlu diingat bahwa sesungguhnya badan kita juga punya hak serta istri kita juga punya hak.

53. Kecelakaan Lalu Lintas yang Lucu

Banyak kejadian aneh dan lucu seputar kecelakaan lalu lintas. Di antaranya adalah kisah seorang yang menyetir mobil di jalan tol dengan kecepatan tinggi. Tiba-tiba dia bersin sehingga hilang keseimbangannya dalam menyetir. Akibatnya, mobilnya mengalami kecelakaan sampai terbalik. Namun, orangnya—Alhamdulillah— selamat dan baik-baik saja, malah dia tertawa mengingat bahwa “bersin”-nya adalah faktor yang menjadikan mobilnya terbalik seperti itu!!

Ada lagi seorang yang menyetir mobil boks dan menaruh unta di bagian belakang mobilnya. Ternyata ada nyamuk yang hinggap di hidungnya. Dia pun melirik ke arah nyamuk untuk membunuhnya. Namun, ia hilang keseimbangan sehingga mobilnya terbalik. Orangnya memang selamat, tetapi untanya tak selamat. Nyamuk itulah faktor terbaliknya mobil dan kematian untanya!! (an-Nadharat wa Dhahakat hlm. 28, dari Nawadir Syawarid hlm. 322 karya Muhammad Khair Ramadhan)

Kisah ini memberikan faedah agar kita beriman kepada takdir dan bahwasannya kecelakaan itu bisa saja terjadi karena hal-hal kecil seperti itu.

54. Keajaiban Anak Kembar

Al-Hafizh as-Silafi Rahimahullahu Ta’ala berkata dalam Mu’jam Safar, “Aku mendengar Abu Muhammad Abdullah bin Tuwait bercerita: Aku pernah melihat di Andalusia seorang wanita melahirkan seorang bayi pada kelahiran pertama, kemudian dua bayi pada kelahiran kedua, tiga bayi pada kelahiran ketiga, empat bayi pada kelahiran keempat, lima bayi kelahiran kelima, enam bayi pada kelahiran keenam, dan tujuh bayi pada kelahiran ketujuh. Semuanya dari satu rahim seorang ibu. Akhirnya, wanita khawatir terhadap nyawanya sehingga dia tidak mau melayani suaminya setelah itu. Berita tersebut tersebar di kalangan manusia Andalusia!”

Dalam kisah tersebut terdapat keajaiban dan kekuasaan Allah dalam menciptakan makhluk-Nya. Bayangkan, wanita tersebut berarti melahirkan 28 bayi dalam tujuh kelahiran saja. Itu adalah yang luar biasa dan menakjubkan!!! (Dinukil dari Shafahat min Shabril Ulama hlm. 11 karya Syaikh Abdul Fattah)

55. Bagaimana Imam al-Auza’i Meninggal Dunia?

Imam al-Auza’i adalah seorang ulama negeri Syam yang terpandang. Namanya Abu Amr Abdurrahman bin Amr al-Auza’i. Beliau memiliki banyak keutamaan: pernah menjawab tujuh puluh ribu masalah, banyak shalat malam dan membaca al-Qur‘an, dan sering menangis. Wafat tahun 157 H.

Imam adz-Dzahabi Rahimahullahu Ta’ala menyebutkan, “Bahwa beliau meninggal di kamar mandi. Istrinya menutup pintunya dan lupa sehingga beliau meninggal dunia di sana!!” (al-’Ibar fi Khabari Man Ghabar 1/175)

Manusia tidak ada yang tahu akhir kematiannya dan bagaimana model kematiannya. Yang penting, marilah kita berlomba-lomba mempersiapkan perbekalan guna kampung akhirat.

56. Keajaiban Sedekah

Suatu saat ada seorang lelaki bertanya kepada Abdullah bin Mubarak tentang borok yang ada di pahanya semenjak tujuh tahun lamanya. Dia telah berobat dengan segala obat yang disarankan dan telah berkonsultasi dengan para ahli kedokteran, namun semua itu hasilnya nihil. Maka Ibnul Mubarak Rahimahullahu Ta’ala mengatakan kepadanya, “Pergilah dan galilah sumur di tempat yang air sangat dibutuhkan manusia setempat, saya berharap agar sumber mata air sumur tersebut mengalir dan menahan darah yang mengalir darimu.” Lelaki itu melaksanakan petuah sang imam, dan Allah menyembuhkannya dari penyakitnya. (Siyar A’lam Nubala 8/407 oleh adz-Dzahabi)

Kisah ini menunjukkan keajaiban sedekah dan bahwasanya sedekah menjadi faktor penyebabnya kesembuhan seorang dari penyakit.

57. Syabaq = Syahwat yang Kuat

Imam ath-Thabarani meriwayatkan dengan sanad yang shahih dari Muhammad bin Sirin, beliau mengatakan, “Kadang-kadang Ibnu Umar Radhiallahu’anhuma buka puasa dengan menjima’i istrinya.”(!!!)

Dan diriwayatkan oleh Ibnu Habib dalam Adab Nisa‘ hlm. 184 dari al-Hakam bin ’Utaibah bahwa ada seorang lelaki tua pernah menikah dengan seorang wanita gadis belia. Tiba-tiba istrinya memeluk suaminya dengan kuat dan melukai dadanya hingga akhirnya meninggal dunia. Masalah itu kemudian diadukan kepada Khalifah Ali bin Abi Thalib Radhiallahu’anhu, kemudian beliau mengatakan, “Wanita itu memiliki syabaq (kekuatan syahwat).”(!!!)

Kisah-kisah ini menunjukkan bahwa “kuat syahwat” bukanlah sesuatu yang tercela, kecuali jika sampai dia tidak sabar yang menyebabkannya tejatuh dalam keharaman. Adapun apabila dia melampiaskan pada yang halal maka itu tidaklah tercela bahkan hal itu malah terpuji. (al-’Ajab ’Ujab fi Asykalil Hijab hlm 18 oleh Syaikh Abdul Malik Ramadhani)

_______

Sumber: AbiUbaidah.Com

Faisal Choir Blog :

Blog ini merupakan kumpulan Artikel dan Ebook Islami dari berbagai sumber. Silahkan jika ingin menyalin atau menyebarkan isi dari Blog ini dengan mencantumkan sumbernya, semoga bermanfaat. “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (HR. Muslim). Twitter | Facebook | Google Plus

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Kisah dan Peristiwa Bersejarah, Aneh dan Lucu [2] Description: Rating: 5 Reviewed By: samudera ilmu
Scroll to Top