728x90 AdSpace

Pos Terbaru

Keanehan-Keanehan Pelaku Bid'ah

Islam agama yang sempurna, tidak membutuhkan penambahan maupun pengurangan. Orang yang menambah ajaran baru, ritual baru, keyakinan baru dalam Islam, ia terjerumus ke dalam hal yang dinamakan bid’ah. Dan bid’ah ini tercela dan dilarang dalam Islam. Sampai-sampai pelaku bid’ah kehilangan kesempatan untuk mendapatkan syafaat Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam di akhirat kelak. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:

أَنَا فَرَطُكُمْ عَلَى الْحَوْضِ ، لَيُرْفَعَنَّ إِلَىَّ رِجَالٌ مِنْكُمْ حَتَّى إِذَا أَهْوَيْتُ لأُنَاوِلَهُمُ اخْتُلِجُوا دُونِى فَأَقُولُ أَىْ رَبِّ أَصْحَابِى . يَقُولُ لاَ تَدْرِى مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ
“Aku akan mendahului kalian di al haudh (telaga). Dinampakkan di hadapanku beberapa orang di antara kalian. Ketika aku akan mengambilkan (minuman) untuk mereka dari al haudh, mereka dijauhkan dariku. Aku lantas berkata, ‘Wahai Rabbku, ini adalah umatku.’ Lalu Allah berfirman, ‘Engkau sebenarnya tidak mengetahui bid’ah yang mereka buat sesudahmu.’ “ (HR. Bukhari no. 7049)

Sayangnya kebanyakan orang seringkali enggan atau benci membahas bid’ah, tidak jarang pula yang marah. Ini seringkali dikarenakan oleh beberapa penyebab berikut:
  • Tidak paham dengan benar tentang pengertian bid’ah
  • Sudah terbiasa melakukan kebid’ahan sehingga tidak terima dikatakan yang dilakukan selama ini adalah salah
  • Tidak dapat membedakan mana yang bid’ah dan tidak bid’ah
  • Menyangka bahwa ada bid’ah yang dibolehkan yaitu bid’ah hasanah
  • Menyangka bahwa jika dikatakan amalannya bid’ah berarti divonis sesat dan masuk neraka, padahal tidak demikian
  • Menyangka bahwa jika dikatakan amalannya bid’ah berarti divonis ahlul bid’ah, padahal tidak mutlak demikian
  • Menyangka bahwa jika dikatakan amalannya bid’ah berarti divonis kafir, sangkaan ini sangat mengada-ada
  • Menyangka bahwa jika ada orang yang menasehatinya dari amalan bid’ah, berarti orang itu sedang memusuhinya, padahal tidak demikian
  • Menyangka bahwa jika ada orang yang menasehatinya dari amalan bid’ah, berarti orang itu sedang mencoba merusak ajaran mahdzab
  • Dan sebab yang lain

Ketika memikirkan sebab-sebab ini saya menemukan beberapa keanehan para pelaku bid’ah. Dari beberapa keanehan ini dapat disimpulkan bahwa secara nalar pun, bid’ah itu tidak dibenarkan dalam Islam, dan tidak ada alasan yang dapat membenarkannya. Diantaranya keanehan itu adalah:
  1. Sebagian orang mengadakan ritual Maulid Nabi, ritual Isra Mi’raj, ritual Nisfu Sya’ban, atau semacamnya, mereka mengatakan: “Ini bukan bid’ah karena bukan ibadah, melainkan hanya sarana dakwah”. Alasan ini aneh. Alasan ‘sarana dakwah’ mungkin masih masuk akal bagi orang yang menjadi pembicara atau panitia acara dari ritual-ritual tersebut, namun bagaimana dengan peserta dari ritual-ritual tersebut? Apakah niatan bapak-bapak, ibu-ibu, mbah-mbah yang datang ke acara Muludan (Maulid Nabi) itu untuk berdakwah? Atau untuk beribadah? Padahal peserta tentu lebih banyak jumlahnya dari pantia.
  2. Sebagian pelaku bid’ah mengatakan bahwa bid’ah itu hanya dalam kegiatan ibadah mahdhah (murni ibadah) seperti shalat, puasa, haji, dll. Sedangkan dalam ibadah ghayru mahdhoh (tidak murni ibadah) maka tidak ada bid’ah. Demikian alasan mereka. Namun anehnya, orang-orang yang beralasan demikian ternyata mereka juga berbuat bid’ah dalam ibadah mahdhah juga. Mereka melakukan shalat Raghaib, puasa Rajab, puasa mutih, dzikir berjama’ah, melafalkan niat, dll yang merupakan ibadah mahdhah.
  3. Sebagian pelaku bid’ah mengatakan bahwa bid’ah itu ada bid’ah dhalalah (sesat) dan ada yang hasanah (baik). Dan menurut mereka bid’ah hasanah itu boleh. Namun anehnya, dengan pembagian tersebut, mereka tidak bisa menyebutkan contoh bid’ah dhalalah, karena ternyata semua bid’ah mereka golongkan ke dalam bid’ah hasanah. Maulid Nabi itu hasanah, Isra Mi’raj itu hasanah, Yasinan itu hasanah, Tahlilan itu hasanah, Shalawatan itu hasanah, dzikir berjamaah itu hasanah, dan seterusnya. Lalu bid’ah dhalalah yang dilarang Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menurut mereka seperti apa?
  4. Para pelaku bid’ah di tanah air kita banyak yang mengaku bermahzab Syafi’i. Namun anehnya, ternyata Imam Asy Syafi’i tidak pernah mengajarkan amalan-amalan bid’ah yang mereka lakukan.
  5. Di masjid dekat saya tinggal, cukup ramai yang datang shalat berjama’ah maghrib dan Isya. Namun anehnya, ketika ada acara Tahlilan masjid mendadak sepi. Ternyata mereka tidak datang ke masjid karena sedang bersiap diri untuk acara Tahlilan nanti. Pesertanya pun lebih mem-bludak daripada peserta shalat berjamaah di masjid.
  6. Sebagian pelaku bid’ah mengaku bahwa mereka mengadakan ritual Maulid Nabi dan Isra Mi’raj karena kecintaan mereka yang besar kepada Nabi Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam. Namun anehnya, ketika disebut nama beliau mereka pelit sekali dalam bershalawat dan hanya menuliskan “SAW”. Padahal Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda:اَلْبَخِيْلُ مَنْ ذُكِرْتُ عِنْدَهُ فَلَمْ يُصَلِّ عَلَيَّ
    Orang pelit itu adalah orang yang ketika mendengar namaku ia enggan bershalawat” (HR. At Tirmidzi no.3546, ia berkata: “Hasan Shahih Gharib”)
    Dan singkatan shalawat, bukanlah shalawat.
  7. Sebagian pelaku bid’ah mengaku sangat mencintai Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam sampai membuat-buat banyak pujian yang berlebihan kepada beliau. Namun anehnya, tatkala ia dinasehati dengan perkataan : “Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam tidak mengajarkan hal ini” atau “Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam melarang hal ini”, ia malah berdalih “Tapi ustadz saya melakukannya”. Lha, ternyata ia lebih cinta ustadz-nya.
  8. Sebagian orang yang membela bolehnya merayakan Maulid Nabi sangat keterlaluan dalam pembelaannya hingga mereka berkata: “Tak mengapa saya menjadi ahli neraka asal bisa membasahi mulut saya dengan shalawat dan mengagungkan Maulid Nabi”. Aneh sekali. Padahal Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam saja tidak ingin masuk neraka, dan senantiasa berharap ummatnya terhindar dari neraka. Dalam setiap shalatnya, di akhir tasyahud beliau Shallallahu’alaihi Wasallam berdoa:اللهم ! إني أعوذ بك من عذاب جهنم . ومن عذاب القبر . ومن فتنة المحيا والممات . ومن شر فتنة المسيح الدجال
    Ya Allah, aku berlindung darimu dari azab neraka Jahannam, serta dari azab kubur, serta dari bencana yang disebabkan makhlukmu yang masih hidup dan yang sudah mati”, serta dari bencana yang disebabkan oleh Dajjal” (HR. Muslim, no.588)
  9. Tahukah anda, bahwa buku tahlilan atau yasinan yang banyak tersebar di masyarakat itu, biasanya dicetak dengan cover berwarna hijau, yang berisi surat yasin, kumpulan shalawat, dan dzikir-dzikir yang tersusun sedemikian rupa berserta aturan jumlah bacaan dzikirnya, ternyata para Kyai, ustadz, dan orang-orang yang mengamalkan isi buku tersebut tidak ada yang tahu siapa yang menyusunnya. Aneh sekali bukan?
Oleh karena itu marilah kita cukupkan diri dengan apa yang sudah diajarkan oleh Nabi kita tercinta Shallallahu’alaihi Wasallam, karena apa yang beliau ajarkan saja sudah sangat banyak dan menyibukkan jika kita amalkan semua. Jadi, untuk apa membuat yang baru lagi?
_____________
Sumber: http://kangaswad.wordpress.com/2009/08/13/keanehan-keanehan-pelaku-bidah/

Faisal Choir Blog :

Blog ini merupakan kumpulan Artikel dan Ebook Islami dari berbagai sumber. Silahkan jika ingin menyalin atau menyebarkan isi dari Blog ini dengan mencantumkan sumbernya, semoga bermanfaat. “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (HR. Muslim). Twitter | Facebook | Google Plus

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

1 komentar:

Item Reviewed: Keanehan-Keanehan Pelaku Bid'ah Description: Rating: 5 Reviewed By: samudera ilmu
Scroll to Top