Ketahuilah bahwa tujuan kami terhadap kitab ini
adalah menyebutkan doa-doa penting yang dianjurkan pada seluruh waktu
tanpa mengkhususkan waktu atau keadaan tertentu.
Dan ketahuilah bahwa bab ini sangat luas, tidak memungkinkan untuk mengkajinya secara menyeluruh dan tidak mungkin pula mencakup kesemuanya walaupun sepersepuluhnya, akan tetapi saya menunjukkan kepada intinya yang paling penting.
Yang pertama sekali adalah doa-doa yang disebutkan dalam al-Qur`an yang telah Allah kabarkan, dari para nabi ’Alaihimus Shalatu Was Salam dan dari orang-orang yang terpilih. Dan doa-doa ini sangat banyak dan terkenal.
Yang lain adalah doa yang shahih dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bahwa beliau mengamalkannya atau mengajarkannya kepada orang lain, dan bagian ini sangat banyak sekali. Sejumlah doa-doa tersebut telah dikemukakan dalam bab-bab terdahulu, dan saya akan menyebutkannya di sini beberapa doa yang shahih sebagai tambahan doa-doa di dalam al-Qur`an dan doa-doa yang telah dibahas terdahulu. Wabillahi at-Taufiq.
BAB TENTANG KEUTAMAAN DOA
(1220) Kami meriwayatkan dengan isnad yang shahih dalam Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa`i dan Sunan Ibnu Majah dari an-Nu'man bin Basyir radiyallahu 'anhu , dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam beliau bersabda,
اَلدُّعَاءُ هُوَ الْعِبَادَةُ.
"Doa itu adalah ibadah."
Shahih: Diriwayatkan oleh ath-Thayalisi, no. 801; Abdurrazaq dalam at-Tafsir, no.2685; Ibnu Abi Syaibah, no. 29158; Ahmad 4/267, no. 271 dan 276; al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 714; Ibnu Majah, Kitab ad-Du'a`, Bab Fadhlu ad-Du'a`, 2/1258, no. 3828; Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab ad-Du'a`, 1/466, no. 1479; at-Tirmidzi, Kitab at-Tafsir, Bab Surah al-Mukmin, 5/374, no. 3247 dan 3372; an-Nasa`i dalam al-Kubra, no. 11643-Tuhfah; Ibnu Hibban, no. 890; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 1-7; al-Hakim 1/490; Abu Nu'aim dalam al-Hilyah 8/120; al-Qudha`i, no. 29; al-Baihaqi dalam asy-Syu'ab, no. 1105; dan al-Baghawi, no. 1384: dari dua jalur sanad, dari Dzar, dari Yusai' al-Kindi, dari an-Nu'man bin Basyir dengan hadits tersebut.
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan shahih."
(1221) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dengan isnad yang jayyid (baik) dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata,
(1221) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dengan isnad yang jayyid (baik) dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata,
كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم يَسْتَحِبُّ الْجَوَامِعَ مِنَ الدُّعَاءِ وَيَدَعُ مَا سِوَى ذلِكَ.
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menyukai doa-doa yang simpel dan padat makna (al-Jawami) dan beliau meninggalkan doa-doa selainnya."
Shahih: Diriwayatkan oleh ath-Thayalisi, no. 1491; Ahmad 6/148 dan 189; Abu Dawud, Ibid., 1/467, no. 1482; Ibnu Hibban, no. 867; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 50; dan al-Hakim 1/538: dari beberapa jalur, dari al-Aswad bin Syaiban, dari Abu Naufal bin Aqrab, dari Aisyah dengan hadits tersebut.
Shahih: Diriwayatkan oleh ath-Thayalisi, no. 1491; Ahmad 6/148 dan 189; Abu Dawud, Ibid., 1/467, no. 1482; Ibnu Hibban, no. 867; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 50; dan al-Hakim 1/538: dari beberapa jalur, dari al-Aswad bin Syaiban, dari Abu Naufal bin Aqrab, dari Aisyah dengan hadits tersebut.
Sanad ini shahih, para perawinya adalah tsiqah, perawi Muslim dan al-Mundziri, an-Nawawi serta as-Sakhawi telah menghasankannya, sedangkan al-Hakim, adz-Dzahabi dan al-Albani telah menshahihkannya.
(1222) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,
لَيْسَ شَيْءٌ أَكْرَمَ عَلَى اللهِ تعالى مِنَ الدُّعَاءِ.
"Tidak ada sesuatu pun di sisi Allah Ta’ala yang lebih mulia daripada doa."
Shahih: Diriwayatkan oleh ath-Thayalisi, no. 2585; Ahmad 2/362; al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 712; Ibnu Majah, Kitab ad-Du'a’, Bab Fadhlu ad-Du'a`, 2/1258, no. 3829; at-Tirmidzi,Kitab ad-Da'awat, Bab Fadhlu ad-Du'a`, 5/455, no. 3370; al-Uqaili 3/301; Ibnu Hibban, no. 870; ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Ausath, no. 2544 dan 3718, dan dalam ad-Du'a`, no. 28; Ibnu Adi 5/1742; al-Hakim 1/490; al-Qudha`i, no. 1213; al-Baihaqi dalam asy-Syu'ab,
no. 1106; dan al-Baghawi, no. 1388: dari beberapa jalur, dari Imran
al-Qaththan, dari Qatadah, dari Sa'id bin Abu al-Hasan, dari Abu
Hurairah dengan hadits tersebut.
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan gharib." Kami tidak mengetahuinya secara marfu' kecuali dari hadits Imran al-Qaththan." Ath-Thabrani berkata, "Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari Qatadah melainkan Imran al-Qaththan." Dan al-Baghawi berkata, "Hadits ini gharib." Saya berkata, Hadits Imran tidak patut ditadh'ifkan, bahkan ia hasan atau dekat dengannya, sedang rawi-rawi sisanya adalah tsiqah. Dia tidak sendiri dalam meriwayatkannya sebagaimana disebutkan oleh at-Tirmidzi dan ath-Thabrani, akan tetapi dia dimutaba'ah, maka al-Qudha`i, no. 1214 meriwayatkannya dari jalur Basyar al-Khaffaf, Abdurrahman bin Mahdi telah memberitahukan kepada kami, dari Aban al-Athar, dari Qatadah. Dan Basyar dhaif, banyak melakukan kesalahan. Al-Bukhari telah meriwayatkannya secara mu'allaq dalam at-Tarikh 2/355, dari jalur Abu al-Malih al-Farisi, dia mendengar Abu Shalih, dia mendengar Abu Hurairah. Dan Abu Shalih ini adalah al-Khuzi, dia layyin (lemah), akan tetapi berkumpulnya jalur-jalur ini menjadikan hadits ini kuat dan shahih, at-Tirmidzi dan al-Albani menghasankannya, Ibnu Hibban, al-Hakim, al-Mundziri dan adz-Dzahabi men-shahihkannya.
(1223) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan gharib." Kami tidak mengetahuinya secara marfu' kecuali dari hadits Imran al-Qaththan." Ath-Thabrani berkata, "Tidak ada yang meriwayatkan hadits ini dari Qatadah melainkan Imran al-Qaththan." Dan al-Baghawi berkata, "Hadits ini gharib." Saya berkata, Hadits Imran tidak patut ditadh'ifkan, bahkan ia hasan atau dekat dengannya, sedang rawi-rawi sisanya adalah tsiqah. Dia tidak sendiri dalam meriwayatkannya sebagaimana disebutkan oleh at-Tirmidzi dan ath-Thabrani, akan tetapi dia dimutaba'ah, maka al-Qudha`i, no. 1214 meriwayatkannya dari jalur Basyar al-Khaffaf, Abdurrahman bin Mahdi telah memberitahukan kepada kami, dari Aban al-Athar, dari Qatadah. Dan Basyar dhaif, banyak melakukan kesalahan. Al-Bukhari telah meriwayatkannya secara mu'allaq dalam at-Tarikh 2/355, dari jalur Abu al-Malih al-Farisi, dia mendengar Abu Shalih, dia mendengar Abu Hurairah. Dan Abu Shalih ini adalah al-Khuzi, dia layyin (lemah), akan tetapi berkumpulnya jalur-jalur ini menjadikan hadits ini kuat dan shahih, at-Tirmidzi dan al-Albani menghasankannya, Ibnu Hibban, al-Hakim, al-Mundziri dan adz-Dzahabi men-shahihkannya.
(1223) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
مَنْ سَرَّهُ أَنْ يَسْتَجِيْبَ اللهُ لَهُ عِنْدَ الشَّدَائِدِ وَالْكُرَبِ، فَلْيُكْثِرِ الدُّعَاءَ فِي الرَّخَاءِ.
"Siapa saja yang suka agar Allah
mengabulkan doanya pada waktu kesusahan dan kesempitan maka hendaklah
dia memperbanyak doa pada waktu senang."
Hasan: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Kitab ad-Du'a`, Bab Da'wah al-Muslim Mustajabah, 3/462, no. 3382; Abu Ya'la no. 6396 dan 6397; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 45; Ibnu Adi 5/1990; dan al-Ashbahani dalam at-Targhib 1304: dari dua jalur yang salah satunya shahih, dari Syahr, dari Abu Hurairah dengan hadits tersebut.
Dan Syahr padanya terdapat kelemahan, dan tidak jauh apabila dia layak dalam kapasitas Mutaba'ah. Dan dia telah diikuti, maka ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 44, dan al-Hakim 1/544 meriwayatkannya dari beberapa jalur, dari Abdullah bin Shalih, Muawiyah bin Shalih telah menceritakan kepada kami, dari Abu Amir al-Alhani, dari Abu Hurairah. Al-Hakim menshahihkannya dan adz-Dzahabi menyetujuinya, dan dia tidak demikian: Abdullah bin Shalih dalam dirinya terdapat kelemahan sehingga tidak akan menjadi layak dalam syawahid. Sedangkan Abu Amir maka al-Hakim menampakkan bahwa dia adalah al-Hauzani. Dan saya menduga bahwa dia adalah al-Yahshabi al-Muqri' ad-Dimasyqi, keduanya adalah tsiqah, sehingga sanadnya la ba`sa bihi dalam syawahid. Dengan terkumpulnya dua jalurnya, maka hadits tersebut tidak akan turun dari derajat hasan. Al-Hakim telah menshahihkannya. Al-Mundziri dan adz-Dzahabi menyepakatinya, dan al-Albani menghasankannya.
Dan Syahr padanya terdapat kelemahan, dan tidak jauh apabila dia layak dalam kapasitas Mutaba'ah. Dan dia telah diikuti, maka ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 44, dan al-Hakim 1/544 meriwayatkannya dari beberapa jalur, dari Abdullah bin Shalih, Muawiyah bin Shalih telah menceritakan kepada kami, dari Abu Amir al-Alhani, dari Abu Hurairah. Al-Hakim menshahihkannya dan adz-Dzahabi menyetujuinya, dan dia tidak demikian: Abdullah bin Shalih dalam dirinya terdapat kelemahan sehingga tidak akan menjadi layak dalam syawahid. Sedangkan Abu Amir maka al-Hakim menampakkan bahwa dia adalah al-Hauzani. Dan saya menduga bahwa dia adalah al-Yahshabi al-Muqri' ad-Dimasyqi, keduanya adalah tsiqah, sehingga sanadnya la ba`sa bihi dalam syawahid. Dengan terkumpulnya dua jalurnya, maka hadits tersebut tidak akan turun dari derajat hasan. Al-Hakim telah menshahihkannya. Al-Mundziri dan adz-Dzahabi menyepakatinya, dan al-Albani menghasankannya.
BAB DI ANTARA DOA-DOA RASULULLAH YANG SIMPEL DAN PADAT MAKNA
[Bagian 1]
(1224) Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Anas radiyallahu 'anhu, dia berkata,
كَانَ أَكْثَرُ دُعَاءِ النَّبِيِّ صلى الله عليه وسلم :
اللّهُمَّ آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً، وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً، وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
"Doa yang paling banyak diucapkan Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam adalah, 'Ya Allah, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat, dan lindungilah kami dari siksa api neraka'."
Muslim menambahkan dalam riwayatnya, dia berkata,
وَكَانَ أَنَسٌ إِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ بِدَعْوَةٍ، دَعَا بِهَا، فَإِذَا أَرَادَ أَنْ يَدْعُوَ بِدُعَاءٍ، دَعَا بِهَا فِيْهِ.
"Dan Anas apabila berkeinginan untuk
berdoa dengan satu doa maka dia berdoa dengan doa tersebut, dan apabila
dia berkeinginan untuk berdoa dengan banyak doa maka dia berdoa di
dalamnya dengan doa tersebut." Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tafsir, Bab al-Baqarah, (Rabbana Atina fi ad-Dunya Hasanah), 8/187, no. 4522; dan Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab Fadhlu Allahumma Atina fi ad-Dunya Hasanah, 4/2070, no. 2690.
(1225) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab at-Ta'awwudz Min Syarri Ma Amila, 4/2087, no. 2721.
(1225) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab at-Ta'awwudz Min Syarri Ma Amila, 4/2087, no. 2721.
dari Ibnu Mas'ud radiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالتُّقَى وَالْعَفَافَ وَالْغِنَى.
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepadaMu petunjuk, ketakwaan, terjaga (dari perbuatan yang merusak kehormatan) dan kekayaan."
(1226) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab Fadhl at-Tahlil wa at-Tasbih, 4/2073, no. 2697.
(1226) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab Fadhl at-Tahlil wa at-Tasbih, 4/2073, no. 2697.
dari Thariq bin Asyyam al-Asyja'i yang seorang sahabat radiyallahu 'anhu, dia berkata,
كَانَ الرَّجُلُ إِذَا أَسْلَمَ عَلَّمَهُ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم الصَّلاَةَ ثُمَّ أَمَرَهُ أَنْ يَدْعُوَ بِهذِهِ الْكَلِمَاتِ:
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِي، وَارْحَمْنِي، وَاهْدِنِي، وَعَافِنِي، وَارْزُقْنِي.
"Dahulu apabila seseorang masuk Islam, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam
mengajarkannya shalat kemudian memerintahkannya untuk berdoa dengan
kalimat-kalimat ini, 'Ya Allah, ampunilah aku, sayangilah aku, berilah
aku petunjuk, afiatkanlah aku, dan berilah aku rizki'."
Dan dalam riwayat Muslim yang lain, dari Thariq, bahwasanya dia mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, ketika didatangi seorang laki-laki dan bertanya kepada beliau,
Dan dalam riwayat Muslim yang lain, dari Thariq, bahwasanya dia mendengar Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, ketika didatangi seorang laki-laki dan bertanya kepada beliau,
يَا رَسُوْلَ اللهِ، كَيْفَ أَقُوْلُ حِيْنَ أَسْأَلُ رَبِّيْ؟ قَالَ: قُلْ:
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ، وَارْحَمْنِيْ، وَعَافِنِيْ، وَارْزُقْنِيْ،
فَإِنَّ هؤُلاَءِ تَجْمَعُ لَكَ دُنْيَاكَ وَآخِرَتَكَ.
"Wahai Rasulullah, bagaimana aku
mengucapkan doa ketika meminta kepada Rabbku?" Beliau menjawab,
"Ucapkanlah, 'Ya Allah, ampunilah aku, sayangilah aku, afiatkanlah aku
dan berilah aku rizki'; karena semua kalimat ini mencakupkan untukmu
dunia dan akhiratmu."
(1227) Kami meriwayatkan di dalamnya, (Yaitu Shahih Muslim, Kitab al-Qadar, Bab Tashrifullah al-Qulub, 4/2045, no. 2654.) dari Abdullah bin Amr bin al-Ash radiyallahu 'anhu , dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
(1227) Kami meriwayatkan di dalamnya, (Yaitu Shahih Muslim, Kitab al-Qadar, Bab Tashrifullah al-Qulub, 4/2045, no. 2654.) dari Abdullah bin Amr bin al-Ash radiyallahu 'anhu , dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
اللّهُمَّ يَا مُصَرِّفَ الْقُلُوْبِ، صَرِّفْ قُلُوْبَنَا عَلَى طَاعَتِكَ.
'Ya Allah Dzat yang membolak-balikkan hati, palingkanlah hati kami kepada ketaatan kepadaMu'."
(1228) Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda,
تَعَوَّذُوْا بِاللهِ مِنْ جَهْدِ الْبَلاَءِ، وَدَرَكِ الشَّقَاءِ، وَسُوْءِ الْقَضَاءِ، وَشَمَاتَةِ اْلأَعْدَاءِ.
"Berlindunglah kalian kepada Allah dari
kerasnya musibah, turunnya kesengsaraan yang terus menerus, buruknya
qadha`, dan kesenangan musuh (dengan musibah yang menimpa kalian)." Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Qadar, Bab Man Ta'awwadza billah Min Daraki al-Bala`, 11/513, no. 6616; dan Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab at-Ta'awwudz Min Sui al-Qadha`, 4/2080, no. 2707.
Dan dalam riwayat lain dari Sufyan,
bahwasanya dia berkata, "Dalam hadits terdapat tiga perkara, dan saya
menambahkannya satu, namun saya tidak tahu yang mana." Dan dalam riwayat
yang lain, Sufyan berkata, "Saya ragu bahwa saya menambahkan salah satu
di antaranya."
(1229) Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Anas radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
(1229) Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Anas radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
اللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ.
'Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepadaMu dari kelemahan, kemalasan, sifat pengecut, kepikunan, dan
kebakhilan, dan aku berlindung kepadaMu dari azab kubur dan aku
berlindung kepadaMu dari fitnah kehidupan dan kematian'." Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab al-Jihad, Bab Ma Yata'awwadzu Min al-Jubni, 6/36, no. 2823; dan Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab at-Ta'awwudz Min al-Ajzi wa al-Kasali, 4/2079, no. 2706.
Dan dalam riwayat yang lain, (terdapat tambahan),
Dan dalam riwayat yang lain, (terdapat tambahan),
وَضَلْعِ الدَّيْنِ وَغَلَبَةِ الرِّجَالِ.
"...Dan dari belenggu hutang dan (kungkungan) kekuasaan orang lain."
Saya berkata, Kata ضَلْعُ الدِّيْنِ bermakna banyak dan beratnya tanggungan hutang, sedangkan kata 'الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ' bermakna kehidupan dan kematian."
(1230) Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abdullah bin Amr bin al-Ash, dari Abu Bakar ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhuma, bahwa dia berkata kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam,
عَلِّمْنِي دُعَاءً أَدْعُوْ بِهِ فِي صَلاَتِي. قَالَ: قُلْ:
اللّهُمَّ إِنِّيْ ظَلَمْتُ نَفْسِيْ ظُلْمًا كَثِيْرًا، وَلاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ، فَاغْفِرْ لِيْ مَغْفِرَةً مِنْ عِنْدِكَ، وَارْحَمْنِيْ إِنَّكَ أَنْتَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.
"Ajarkanlah aku doa yang dapat aku ucapkan
dalam shalatku." Beliau bersabda, "Ucapkanlah, 'Ya Allah sesungguhnya
aku telah menganiaya diriku dengan kezhaliman yang banyak, dan tidak ada
yang mengampuni dosa selain Engkau, maka ampunilah aku dengan
pengampunan dari sisiMu, dan sayangilah aku, karena sesungguhnya
Engkaulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang'."
Saya berkata, Doa ini diriwayatkan (dalam dua versi); كَثِيْرًا (banyak) dan كَبِيْرًا(besar), dan telah kami kemukakan penjelasannya dalam bab tentang dzikir-dzikir shalat, maka dianjurkan bagi seseorang yang berdoa untuk mengucapkannya secara bersamaan كَبِيْرًا .كَثِيْرً
Saya berkata, Doa ini diriwayatkan (dalam dua versi); كَثِيْرًا (banyak) dan كَبِيْرًا(besar), dan telah kami kemukakan penjelasannya dalam bab tentang dzikir-dzikir shalat, maka dianjurkan bagi seseorang yang berdoa untuk mengucapkannya secara bersamaan كَبِيْرًا .كَثِيْرً
Dan doa ini, walaupun disebutkan dalam
shalat, maka dia baik, berharga dan shahih, dan dianjurkan diucapkan
pada setiap tempat. Dan muncul dalam salah satu riwayat: "Dan di dalam rumahku." Yaitu menurut riwayat Muslim no. 2705
(1231) Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Musa al-Asy'ari radiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, bahwasanya beliau pernah berdoa dengan doa ini
(1231) Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Abu Musa al-Asy'ari radiyallahu 'anhu, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, bahwasanya beliau pernah berdoa dengan doa ini
اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ خَطِيْئَتِيْ، وَجَهْلِيْ، وَإِسْرَافِيْ فِي
أَمْرِيْ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ. اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ
جَدِّيْ وَهَزْلِيْ، وَخَطَئِيْ وَعَمْدِيْ، وَكُلُّ ذلِكَ عِنْدِيْ،
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ مَا قَدَّمْتُ، وَمَا أَخَّرْتُ، وَمَا أَسْرَرْتُ،
وَمَا أَعْلَنْتُ، وَمَا أَنْتَ أَعْلَمُ بِهِ مِنِّيْ، أَنْتَ
الْمُقَدِّمُ، وَأَنْتَ الْمُؤَخِّرُ، وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ
قَدِيْرٌ.
"Ya Allah, ampunilah kesalahanku,
kebodohanku, keberlebih-lebihan dalam perkaraku, dan apa yang Engkau
lebih mengetahui daripadaku. Ya Allah, ampunilah diriku dalam
kesungguhanku, kelalaianku, kesalahanku, kesengajaanku, dan semua itu
adalah berasal dari sisiku. Ya Allah, ampunilah aku dari segala dosa
yang telah aku lakukan dan yang belum aku lakukan, segala dosa yang aku
sembunyikan dan yang aku tampakkan, dan dosa yang Engkau lebih
mengetahui daripadaku, Engkaulah Yang Maha Mendahulukan dan Yang
mengakhirkan, dan Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu." Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab ad-Da'awat, Bab Qauluhu Shallallahu 'alaihi wasallam : Allahummaghfirli, 11/196, no. 6398, dan Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab at-Ta'awwudz Min Syarri Ma Amila, 4/2087, no. 2719.
(1232) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, dari Aisyah radhiyallahu 'anha , bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam doanya,
(1232) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, dari Aisyah radhiyallahu 'anha , bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda dalam doanya,
اللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا عَمِلْتُ وَمِنْ شَرِّ مَا لَمْ أَعْمَلْ.
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepadaMu dari kejahatan perbuatan yang telah aku kerjakan, dan (aku
berlindung kepadamu) dari kejahatan perbuatan yang belum aku kerjakan."
(1233) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab Aktsaru Ahl al-Jannah al-Fuqara`, 4/2097, no. 2739. dari Ibnu Umar radiyallahu 'anhu, dia berkata,
كَانَ مِنْ دُعَاءِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم :
اللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ زَوَالِ نِعْمَتِكَ، وَتَحَوُّلِ عَافِيَتِكَ، وَفَجْأَةِ نِقْمَتِكَ، وَجَمِيْعِ سَخَطِكَ.
"Di antara doa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah, 'Ya Allah sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari hilangnya nikmatMu, berubahnya keafiatan (dari)Mu, dan pembalasanMu yang tiba-tiba serta dari segala murkaMu'."
(1234) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab at-Ta'awwudz Min Syarri Ma Amila, 4/2088, no. 2722. dari Zaid bin Arqam radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Saya tidak mengucapkan kepada kalian kecuali sebagaimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah ucapkan, beliau pernah mengucapkan,
اللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَالْهَرَمِ وَعَذَابِ الْقَبْرِ. اللّهُمَّ آتِ نَفْسِيْ تَقْوَاهَا، وَزَكِّهَا أَنْتَ خَيْرُ مَنْ زَكَّاهَا، أَنْتَ وَلِيُّهَا وَمَوْلاَهَا. اللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ عِلْمٍ لاَ يَنْفَعُ، وَمِنْ قَلْبٍ لاَ يَخْشَعُ، وَمِنْ نَفْسٍ لاَ تَشْبَعُ، وَمِنْ دَعْوَةٍ لاَ يُسْتَجَابُ لَهَا.
'Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung
kepadaMu dari kelemahan, kemalasan, sikap pengecut, kebakhilan,
kepikunan, dan azab kubur. Ya Allah, berikanlah diriku ketakwaannya dan
sucikanlah ia, karena Engkaulah sebaik-baik yang menyucikannya,
Engkaulah penolong dan yang memilikinya. Ya Allah, aku berlindung
kepadaMu dari ilmu yang tidak bermanfaat, dari hati yang tidak khusyu',
dari nafsu yang tidak pernah kenyang, dan dari doa yang tidak
dikabulkan'."
(1235) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Ibid., 4/2090, no. 2725 dari Ali radiyallahu 'anhu , dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
قُلْ: اللّهُمَّ اهْدِنِيْ وَسَدِّدْنِيْ.
'Katakanlah, 'Ya Allah berilah aku petunjuk dan luruskan aku (Istiqamah dalam perbuatan dan benar dalam perkataan. Pent)'."
Dan dalam riwayat lain dikatakan,
اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ الْهُدَى وَالسَّدَادَ.
[BAGIAN 2]
(1236) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab Fadhlu at-Tahlil wa at-Tasbih, 4/2072, no. 2696. Dari Sa'ad bin Abi Waqqash radiyallahu 'anhu, dia berkata,
جَاءَ أَعْرَابِيٌّ إِلَى النَّبِيِّ صلى الله عليه و سلم ، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، عَلِّمْنِيْ كَلاَمًا أَقُوْلُهُ. قَالَ: قُلْ:
لاَ إِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، لاَ شَرِيْكَ لَهُ، اَللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا، وَالْحَمْدُ لله كَثِيْرًا، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ الْعَزِيْزِ الْحَكِيْمِ.
قَالَ: فَهؤُلاَءِ لِرَبِّيْ، فَمَا لِيْ؟ قَالَ: قُلْ:
اللّهُمَّ اغْفِرْ لِيْ، وَارْحَمْنِيْ، وَاهْدِنِيْ، وَارْزُقْنِيْ، وَعَافِنِيْ.
"Seorang Arab Badui datang kepada Nabi
Shallallohu 'alaihi wasallam, seraya berkata, 'Wahai Rasulullah,
ajarkanlah aku perkataan yang dapat aku ucapkan.' Beliau bersabda,
'Ucapkanlah, 'Tiada tuhan yang berhak disembah selain Allah semata,
tiada sekutu bagiNya, Allah Mahabesar dan segala puji bagi Allah dengan
pujian yang banyak. Mahasuci Allah Rabb semesta alam, tidak ada daya dan
kekuatan kecuali milik Allah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.' Dia
berkata, 'Semua ucapan ini untuk Rabbku, mana ucapan untukku?' Beliau
bersabda, 'Katakanlah, 'Ya Allah, ampunilah dosaku, sayangilah aku,
berilah petunjuk kepadaku, berilah rizki kepadaku dan berikanlah aku
keafiatan'."
Perawi ragu-ragu pada kata "Wa'afini (dan sehatkanlah aku)."
(1237) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab at-Ta'awwudz Min Syarri Ma Amila, 4/2087, no. 2720. dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengucapkan,
(1237) Kami meriwayatkan dalam Shahih Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab at-Ta'awwudz Min Syarri Ma Amila, 4/2087, no. 2720. dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengucapkan,
اَللّهُمَّ أَصْلِحْ لِيْ دِيْنِيَ الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِيْ،
وَأَصْلِحْ لِيْ دُنْيَايَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَاشِيْ، وَأَصْلِحْ لِيْ
آخِرَتِيَ الَّتِيْ فِيْهَا مَعَادِيْ، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً
لِيْ فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لِيْ مِنْ كُلِّ
شَرٍّ.
'Ya Allah, perbaikilah agamaku untukku
yang mana ia merupakan penjaga perkaraku. Perbaikilah duniaku untukku
yang di dalamnya terdapat kehidupanku. Perbaikilah akhiratku untukku
yang di dalamnya terdapat tempat kembaliku. Jadikanlah hidupku sebagai
tambahan untukku dalam setiap kebaikan, serta jadikanlah matiku sebagai
istirahat untukku dari segala keburukan'."
عِصْمَةُ أَمْرِيْ bermakna tempat saya berpegang teguh dan bersandar
kepadanya dalam mengurus segala perkaraku. Sedangkan kata مَعَادِيْ
bermakna tempat kembaliku.
(1238) Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Ibnu Abbas radiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda
اَللّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ. اللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِعِزَّتِكَ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِيْ، أَنْتَ الْحَيُّ اْلقَيُّوْمُ الَّذِي لاَ يَمُوْتُ، وَالْجِنُّ وَاْلإِنْسُ يَمُوْتُوْنَ.
(1238) Kami meriwayatkan dalam Shahih al-Bukhari dan Shahih Muslim, dari Ibnu Abbas radiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda
اَللّهُمَّ لَكَ أَسْلَمْتُ، وَبِكَ آمَنْتُ، وَعَلَيْكَ تَوَكَّلْتُ، وَإِلَيْكَ أَنَبْتُ، وَبِكَ خَاصَمْتُ. اللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِعِزَّتِكَ لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ أَنْ تُضِلَّنِيْ، أَنْتَ الْحَيُّ اْلقَيُّوْمُ الَّذِي لاَ يَمُوْتُ، وَالْجِنُّ وَاْلإِنْسُ يَمُوْتُوْنَ.
"Ya Allah, aku berserah diri kepadaMu,
aku beriman kepadaMu, aku bertawakal kepadaMu, aku kembali kepadaMu,
dan aku memusuhi karenaMu. Ya Allah, saya berlindung dengan
keperkasaanMu, tidak ada tuhan (yang berhak disembah) selainMu.
Lindungilah aku, karena Engkaulah Dzat Yang hidup dan terus menerus
mengurusi makhluk, Dzat yang tidak akan mati, sedangkan jin dan manusia
semuanya akan mati." Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Kitab at-Tauhid, Bab (Wa Huwa al-Aziz al-Hakim), 13/368, no. 7383; dan Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab at-Ta'awwudz Min Syarri Ma Amila, 4/2086, no. 2717.
(1239) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa`i dan Sunan Ibnu Majah, dari Buraidah radiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam mendengar seorang laki-laki berkata
(1239) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa`i dan Sunan Ibnu Majah, dari Buraidah radiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam mendengar seorang laki-laki berkata
اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ، بِأَنِّي أَشْهَدُ أَنَّكَ أَنْتَ
اللهُ، لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ اْلأَحَدُ الصَّمَدُ، الَّذِيْ لَمْ يَلِدْ
وَلَمْ يُولَدْ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ كُفُوًا أَحَدٌ.
فَقَالَ: لَقَدْ سَأَلْتَ اللهَ صلى الله عليه وسلم بِاْلاِسْمِ الَّذِيْ إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ.
فَقَالَ: لَقَدْ سَأَلْتَ اللهَ صلى الله عليه وسلم بِاْلاِسْمِ الَّذِيْ إِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى وَإِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ.
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon
kepadaMu, bahwasanya aku bersaksi bahwa Engkaulah Allah, tidak ada tuhan
yang berhak disembah selain Engkau yang Maha Esa, Yang bergantung
kepadaMu segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan
tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Dia." Maka beliau bersabda,
"Engkau telah meminta kepada Allah dengan nama yang apabila diminta
dengannya niscaya Dia akan memberi, dan apabila diucapkan doa dengannya
niscaya Dia akan mengabulkan."
Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 35596; Ahmad 5/349, no. 350 dan 360; Ibnu Majah, Kitab al-Adab, Bab Ismullah al-A'zham, 2/1267, no. 3857; Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab ad-Du'a`, 1/469, no. 1493; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab Jami' ad-Da'awat, 5/515, no. 3475; an-Nasa`i dalam al-Kubra, no. 1998-Tuhfah; Ibnu Hibban, no. 891 dan 892; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 114; al-Hakim 1/504; al-Baghawi, no. 1259 dan 1260; dan al-Ashbahani dalam at-Targhib no. 1297: dari beberapa jalur, dari Malik bin Mighwal, dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya dengan hadits tersebut.
Abu al-Hasan al-Maqdisi berkata sebagaimana yang dinukil oleh al-Mundziri, "Ia adalah isnad yang tidak ada celaan di dalamnya". Saya berkata, Tentu ada, mereka telah berselisih tentangnya dalam beberapa pendapat: Muhammad bin Juhadah meriwayatkannya dari seseorang, dari Sulaiman bin Buraidah, dari ayahnya, sebagaimana yang diisyaratkan oleh al-Mizzi dalam at-Tuhfah, no. 1998. Dan diriwayatkan Muhammad bin Juhadah juga dari Sulaiman dari ayahnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu as-Suni, no. 758. Husain al-Mu'allim meriwayatkannya dari Abdullah bin Buraidah dari Mihjan al-Arda' sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasa`i. Ini bukanlah aib, karena mayoritas jalur ini adalah shahih. Dan mengumpulkan antara jalan-jalan tersebut adalah gampang. Hadits tersebut dihasankan oleh at-Tirmidzi. Al-Hakim dan adz-Dzahabi menshahihkannya berdasarkan syarat keduanya (al-Bukhari dan Muslim). Al-Maqdisi menguatkannya, dan disepakati oleh al-Mundziri. Al-Albani menshahihkannya.
Dan dalam suatu riwayat dikatakan,
Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 35596; Ahmad 5/349, no. 350 dan 360; Ibnu Majah, Kitab al-Adab, Bab Ismullah al-A'zham, 2/1267, no. 3857; Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab ad-Du'a`, 1/469, no. 1493; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab Jami' ad-Da'awat, 5/515, no. 3475; an-Nasa`i dalam al-Kubra, no. 1998-Tuhfah; Ibnu Hibban, no. 891 dan 892; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 114; al-Hakim 1/504; al-Baghawi, no. 1259 dan 1260; dan al-Ashbahani dalam at-Targhib no. 1297: dari beberapa jalur, dari Malik bin Mighwal, dari Abdullah bin Buraidah, dari ayahnya dengan hadits tersebut.
Abu al-Hasan al-Maqdisi berkata sebagaimana yang dinukil oleh al-Mundziri, "Ia adalah isnad yang tidak ada celaan di dalamnya". Saya berkata, Tentu ada, mereka telah berselisih tentangnya dalam beberapa pendapat: Muhammad bin Juhadah meriwayatkannya dari seseorang, dari Sulaiman bin Buraidah, dari ayahnya, sebagaimana yang diisyaratkan oleh al-Mizzi dalam at-Tuhfah, no. 1998. Dan diriwayatkan Muhammad bin Juhadah juga dari Sulaiman dari ayahnya, sebagaimana yang diriwayatkan oleh Ibnu as-Suni, no. 758. Husain al-Mu'allim meriwayatkannya dari Abdullah bin Buraidah dari Mihjan al-Arda' sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dan an-Nasa`i. Ini bukanlah aib, karena mayoritas jalur ini adalah shahih. Dan mengumpulkan antara jalan-jalan tersebut adalah gampang. Hadits tersebut dihasankan oleh at-Tirmidzi. Al-Hakim dan adz-Dzahabi menshahihkannya berdasarkan syarat keduanya (al-Bukhari dan Muslim). Al-Maqdisi menguatkannya, dan disepakati oleh al-Mundziri. Al-Albani menshahihkannya.
Dan dalam suatu riwayat dikatakan,
لَقَدْ سَأَلْتَ اللهَ بِاسْمِهِ اْلأَعْظَمِ.
"Kamu telah meminta kepada Allah dengan NamaNya yang Mahaagung."
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan."
(1240) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan an-Nasa`i, dari Anas radiyallahu 'anhu,
(1240) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan an-Nasa`i, dari Anas radiyallahu 'anhu,
إِنَّهُ كَانَ مَعَ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم جَالِسًا، وَرَجُلٌ يُصَلِّي، ثُمَّ دَعَا:
اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ بِأَنَّ لَكَ الْحَمْدَ، لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ الْمَنَّانُ، بَدِيْعُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ، يَاذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ، يَا حَيُّ يَا قَيُّوْمُ ،
فَقَالَ النَّبِيُّ صلى الله عليه وسلم: لَقَدْ دَعَا اللهَ تعالى بِاسْمِهِ الْعَظِيْمِ الَّذِي إِذَا دُعِيَ بِهِ أَجَابَ وَإِذَا سُئِلَ بِهِ أَعْطَى.
"Bahwasanya dia pernah duduk bersama
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, dan terdapat seorang laki-laki
sedang shalat kemudian berdoa, 'Ya Allah, sesungguhnya aku memohon
kepadaMu bahwasanya milikMulah segala pujian, tidak ada tuhan yang
berhak disembah melainkan Engkau, Yang Maha Pemberi Nikmat, Pencipta
langit dan bumi, wahai Dzat yang memiliki keagungan dan kedermawanan.
Wahai Dzat yang hidup dan terus menerus mengatur makhluk.' Maka Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda, 'Dia telah berdoa kepada Allah Ta’ala dengan NamaNya yang
agung yang apabila Dia dimohon dengan nama tersebut niscaya Dia akan
mengabulkan, dan apabila Dia diminta dengannya, niscaya Dia akan
memberikan'."
Shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad 3/158 dan 245; al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 705; Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab, 1/469, no. 1495; an-Nasa`i, Kitab as-Sahw, Bab ad-Du'a` Ba'da adz-Dzikr, 3/52, no. 1299; Ibnu Hibban, no. 893; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 116; al-Hakim 1/503; al-Baghawi, no. 1258; al-Ashbahani dalam at-Targhib, no. 1297: dari beberapa jalur, dari Khalaf bin Khalifah, dari Hafsh anak saudara Anas, dari Anas dengan hadits tersebut.
Al-Hakim dan adz-Dzahabi menshahihkannya berdasarkan syarat Muslim, namun keduanya tidak benar. Karena Muslim meriwayatkan dari Khalaf hanya dalam kapasitas syawahid. Khalaf tidak tertolak dari segi kejujuran, akan tetapi dia mengalami perubahan hafalan (pikun) dan kerancuan sebelum meninggalnya. Maka orang semisalnya tidak layak untuk dihasankan haditsnya, apalagi dishahihkan. Akan tetapi dia layak dalam syawahid.
Shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad 3/158 dan 245; al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 705; Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab, 1/469, no. 1495; an-Nasa`i, Kitab as-Sahw, Bab ad-Du'a` Ba'da adz-Dzikr, 3/52, no. 1299; Ibnu Hibban, no. 893; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 116; al-Hakim 1/503; al-Baghawi, no. 1258; al-Ashbahani dalam at-Targhib, no. 1297: dari beberapa jalur, dari Khalaf bin Khalifah, dari Hafsh anak saudara Anas, dari Anas dengan hadits tersebut.
Al-Hakim dan adz-Dzahabi menshahihkannya berdasarkan syarat Muslim, namun keduanya tidak benar. Karena Muslim meriwayatkan dari Khalaf hanya dalam kapasitas syawahid. Khalaf tidak tertolak dari segi kejujuran, akan tetapi dia mengalami perubahan hafalan (pikun) dan kerancuan sebelum meninggalnya. Maka orang semisalnya tidak layak untuk dihasankan haditsnya, apalagi dishahihkan. Akan tetapi dia layak dalam syawahid.
Akan tetapi hadits tersebut telah diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab Khalaqallah Mi'ata Rahmah, 5/550, no. 3544: dari jalur Sa'id bin Zarbi, dari 'Ashim al-Ahwal dan Tsabit, dari Anas. At-Tirmidzi berkata, "Gharib dari hadits Tsabit dari Anas." Saya berkata, "Tidak berharga karena adanya Sa'id ini, karena dia haditsnya munkar, dan tertuduh palsu." Dan Ahmad meriwayatkannya 3/265, ath-Thabrani dalam al-Mu'jam ash-Shaghir, no. 1041; dan al-Hakim 1/504: telah meriwayatkannya dari dua jalur di mana yang satu menguatkan yang lainnya, dari Ibrahim bin Ubaid bin Rifa'ah, dari Anas. Dan hadits ini hasan dengan berkumpulnya kedua jalurnya. Dan diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 35597; Ahmad 3/120; Ibnu Majah, Kitab al-Adab, Bab Ismullah al-A'zham, 2/1268, no. 3858: telah meriwayatkannya dari jalur Waqi', dari Abu Khuzaimah, dari Anas bin Sirin, dari Anas. Dan Abu Khuzaimah adalah al-Abdi al-Bashri, dia adalah shaduq, haditsnya kuat, sedangkan rawi-rawi sisanya adalah tsiqah, maka sanadnya adalah hasan atau di atas itu. Dan tidaklah diragukan bahwa hadits ini shahih dengan berkumpulnya jalur-jalur ini, al-Haitsami telah menguatkannya, Ibnu Hibban, al-Hakim, adz-Dzahabi dan al-Albani telah menshahihkannya.
(1241) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi, Sunan an-Nasa`i dan Sunan Ibnu Majah dengan isnad yang shahih dari Aisyah radhiyallahu 'anha,
إِنَّ النَّبِيَّ كَانَ يَدْعُو بِهؤُلاَءِ الْكَلِمَاتِ:
اللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ فِتْنَةِ النَّارِ، وَعَذَابِ النَّارِ، وَمِنْ شَرِّ الْغِنَى وَالْفَقْرِ.
"Sesungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam
pernah berdoa dengan kalimat-kalimat ini, 'Ya Allah, Sesungguhnya aku
berlindung kepadaMu dari fitnah neraka, dan dari azab neraka serta dari
kejahatan kekayaan dan kefakiran'." Dan hadits ini terdapat dalam riwayat al-Bukhari juga dalam Kitab ad-Da'awat, Bab at-Ta'awwudz Min al-Ma'tsam wa al-Maghram, 11/176, no. 6368; dan Muslim, Kitab adz-Dzikr, Bab at-Ta'awwudz Min Syarri al-Fitan, 4/2078, no. 589, dengan susunan yang lebih panjang dari ini.
Ini adalah lafazh Abu Dawud. At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan shahih."
(1242) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari Ziyad bin Ilaqah, dari pamannya -yaitu Quthbah bin Malik radiyallahu 'anhu- dia berkata, "Nabi Shallallohu 'alaihi wasallam pernah berdoa,
Ini adalah lafazh Abu Dawud. At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan shahih."
(1242) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari Ziyad bin Ilaqah, dari pamannya -yaitu Quthbah bin Malik radiyallahu 'anhu- dia berkata, "Nabi Shallallohu 'alaihi wasallam pernah berdoa,
اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ مُنْكَرَاتِ اْلأَخْلاَقِ وَاْلأَعْمَالِ وَاْلأَهْوَاءِ.
'Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepadaMu dari kemungkaran akhlak, amal perbuatan, dan hawa nafsu'."
Shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab Du'a Ummi Salamah, 5/575, no. 3591; Ibnu Hibban 3/240, no. 960; ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabir,
19/19, no. 36 dan ad-Du'a`, no. 1384; dan al-Hakim 1/532: dari beberapa
jalur, dari Abu Usamah, Mas'ar bin Kadam telah menceritakan kepada
kami, dari Ziyad bin Ilaqah dengan hadits tersebut.
Dan hadits ini sanad perawinya tsiqah, merupakan perawi asy-Syaikhain, kecuali Quthbah, haditsnya hanya diriwayatkan oleh Muslim saja, maka sanadnya berdasarkan syaratnya sebagaimana dipastikan oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi. Sedangkan penghasanan at-Tirmidzi dan an-Nawawi, maka ia berdasarkan sanad at-Tirmidzi saja. Dan al-Albani telah menshahihkannya.
Dan hadits ini sanad perawinya tsiqah, merupakan perawi asy-Syaikhain, kecuali Quthbah, haditsnya hanya diriwayatkan oleh Muslim saja, maka sanadnya berdasarkan syaratnya sebagaimana dipastikan oleh al-Hakim dan adz-Dzahabi. Sedangkan penghasanan at-Tirmidzi dan an-Nawawi, maka ia berdasarkan sanad at-Tirmidzi saja. Dan al-Albani telah menshahihkannya.
At-Tirmidzi berkata,"Hadits ini hasan."
(1243) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi dan Sunan an-Nasa`i, dari Syakal bin Humaid radiyallahu 'anhu, dia berkata,
(1243) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi dan Sunan an-Nasa`i, dari Syakal bin Humaid radiyallahu 'anhu, dia berkata,
قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، عَلِّمْنِيْ دُعَاءً. قَالَ: قُلْ:
اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ سَمْعِيْ، وَمِنْ شَرِّ بَصَرِيْ، وَمِنْ شَرِّ لِسَانِيْ، وَمِنْ شَرِّ قَلْبِيْ، وَمِنْ شَرِّ مَنِيِّيْ.
"Saya berkata, 'Wahai Rasulullah, ajarilah
saya doa.' Beliau bersabda, 'Katakanlah, 'Ya Allah, aku berlindung
kepadaMu dari kejahatan pendengaranku, dari kejahatan penglihatanku,
dari kejahatan lisanku, dan dari kejahatan hatiku, dan dari kejahatan
air maniku (keinginan melakukan zina. pent)'."
Hasan: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 29136; Ahmad 3/429; al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, no. 663; Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab al-Isti'adzah, 1/482, no. 1551; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab, 5/523, no. 3492; an-Nasa`i, Kitab al-Isti'adzah, Bab al-Isti'adzah Min Syarri as-Sam'i, 8/255, no. 5459, 5470, 5471, dan 5499; ath-Thabrani, 7/310, no. 7225, dan dalam ad-Du'a`,
no. 1380; al-Hakim 1/532; dan al-Baghawi, no. 1369: dari beberapa
jalur, dari Sa'ad bin Aus, Bilal bin Yahya telah menceritakan kepadaku,
Syutair bin Syakal telah memberitahukan kepadanya, dari ayahnya dengan
hadits tersebut.
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini dari hadits Sa'ad bin Aus, dari Bilal bin Yahya." Al-Mundziri dan an-Nawawi menyepakatinya. Al-Hakim berkata, "Isnadnya shahih." Adz-Dzahabi dan al-Albani menyetujuinya, dan yang benar adalah ucapan at-Tirmidzi dan al-Mundziri. Dan Sa'ad serta Bilal keduanya adalah shaduq, haditsnya tidak meningkat kepada derajat shahih.
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan gharib, kami tidak mengetahuinya kecuali dari jalur ini dari hadits Sa'ad bin Aus, dari Bilal bin Yahya." Al-Mundziri dan an-Nawawi menyepakatinya. Al-Hakim berkata, "Isnadnya shahih." Adz-Dzahabi dan al-Albani menyetujuinya, dan yang benar adalah ucapan at-Tirmidzi dan al-Mundziri. Dan Sa'ad serta Bilal keduanya adalah shaduq, haditsnya tidak meningkat kepada derajat shahih.
At-Tirmidzi berkata,"Hadits ini hasan."
[BAGIAN 3]
(1244) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan an-Nasa`i dengan dua isnad yang shahih dari Anas radiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda,
اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْبَرَصِ وَالْجُنُوْنِ وَالْجُذَامِ وَسَيِّئِ اْلأَسْقَامِ.
"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu
dari penyakit kulit belang, penyakit gila, penyakit lepra, dan penyakit
yang (berakibat) buruk."
Shahih: Diriwayatkan oleh ath-Thayalisi, no. 2008; Abdurrazaq, no. 19634; Ibnu Abi Syaibah, no. 29120; Ahmad 3/192; Abu Dawud, Ibid., 1/484/1554; an-Nasa`i, Kitab al-Isti'adzah, Bab al-Isti'adzah Min al-Junun, 8/270, no. 5508; Abu Ya'la, no. 2897; Ibnu Hibban, no. 1017; ath-Thabrani dalam al-Mu'jam ash-Shaghir, no. 317, dan ad-Du'a`, no. 1343, dan al-Hakim 1/530: dari beberapa jalur, dari Qatadah, dari Anas dengan hadits tersebut.
Al-Hakim berkata,"Berdasarkan syarat asy-Syaikhain." Adz-Dzahabi menyetujuinya. Saya berkata, Dan jalur Abdurrazaq juga berdasarkan syarat keduanya, dan Qatadah juga telah diikuti (mutaba'ah). An-Nawawi, al-Haitsami, dan al-Albani telah menshahihkannya
(1245) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan an-Nasa`i, dari Abu al-Yasar yang seorang sahabat radiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa
اللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَدْمِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّيْ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ وَالْحَرَقِ وَالْهَرَمِ، وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِيَ الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ، وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَمُوْتَ فِي سَبِيْلِكَ مُدْبِرًا، وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَمُوْتَ لَدِيْغًا.
Al-Hakim berkata,"Berdasarkan syarat asy-Syaikhain." Adz-Dzahabi menyetujuinya. Saya berkata, Dan jalur Abdurrazaq juga berdasarkan syarat keduanya, dan Qatadah juga telah diikuti (mutaba'ah). An-Nawawi, al-Haitsami, dan al-Albani telah menshahihkannya
(1245) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan an-Nasa`i, dari Abu al-Yasar yang seorang sahabat radiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah berdoa
اللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْهَدْمِ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ التَّرَدِّيْ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْغَرَقِ وَالْحَرَقِ وَالْهَرَمِ، وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ يَتَخَبَّطَنِيَ الشَّيْطَانُ عِنْدَ الْمَوْتِ، وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَمُوْتَ فِي سَبِيْلِكَ مُدْبِرًا، وَأَعُوْذُ بِكَ أَنْ أَمُوْتَ لَدِيْغًا.
"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu
dari kehancuran, aku berlindung kepadaMu dari jatuh, dan aku berlindung
kepadaMu dari tenggelam, terbakar, dan kepikunan. Aku berlindung
kepadaMu dari kerasukan setan ketika meninggal, dan aku berlindung
kepadaMu dari meninggal di jalanMu dalam keadaan melarikan diri (dari
medan jihad). Aku berlindung kepadamu dari meninggal dalam keadaan
tersengat (binatang berbisa)."
Hasan: Diriwayatkan oleh Ahmad 3/427; Abu Dawud, Ibid., 1/484/1552 dan 1553; an-Nasa`i, Kitab al-Isti'adzah, Bab al-Isti'adzah Min at-Taraddi wa al-Hadmi, 8/282, no. 5546-5548; ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir, 19/170, no. 381, dan dalam ad-Du'a`, no. 1362 dan 1363, al-Hakim 1/531, dan al-Ashbahani dalam at-Targhib, no. 314: dari beberapa jalur, dari Abdullah bin Sa'id bin Abu Hind, dari Shaifi bekas budak Abu Ayyub, dari Abu al-Yasar dengan hadits tersebut.
Dan sanad ini telah diperselisihkan, maka mayoritas perawi membawanya kepada jayyid. Sebagian mereka meriwayatkan dari Abdullah bin Sa'id dari kakeknya Abu Hind, dari Shaifi dari Abu al-Yasr.
Hasan: Diriwayatkan oleh Ahmad 3/427; Abu Dawud, Ibid., 1/484/1552 dan 1553; an-Nasa`i, Kitab al-Isti'adzah, Bab al-Isti'adzah Min at-Taraddi wa al-Hadmi, 8/282, no. 5546-5548; ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir, 19/170, no. 381, dan dalam ad-Du'a`, no. 1362 dan 1363, al-Hakim 1/531, dan al-Ashbahani dalam at-Targhib, no. 314: dari beberapa jalur, dari Abdullah bin Sa'id bin Abu Hind, dari Shaifi bekas budak Abu Ayyub, dari Abu al-Yasar dengan hadits tersebut.
Dan sanad ini telah diperselisihkan, maka mayoritas perawi membawanya kepada jayyid. Sebagian mereka meriwayatkan dari Abdullah bin Sa'id dari kakeknya Abu Hind, dari Shaifi dari Abu al-Yasr.
Tidaklah saya menduganya melainkan kesalahan
dari para perawi dengan mengganti اِبْنٌ (bin) menjadi عَنْ (dari)
kemudian mereka menambahkan "جَدِّهِ" (kakeknya) untuk menjadikannya ma'rifah.
Dan yang menjadikan rajih menurutku adalah beberapa perkara:
Dan yang menjadikan rajih menurutku adalah beberapa perkara:
Pertama, Mayoritas perawi tidak menyebutkan Abu Hind ini.
Kedua, bahwa Abdullah tidak diketahui memiliki riwayat dari kakeknya, dan kakeknya juga tidak diketahui.
Ketiga, bahwa Abdullah terkenal dengan riwayat dari Shaifi.
Keempat, bahwa tidak mungkin Abu Hind ini meriwayatkan dari Shaifi karena dia berasal dari periode sahabat atau kibar tabi'in. Oleh karena itu, wallahu a'lam, al-Mizzi dan al-Asqalani tidak mengisyaratkan kepada perselisihan ini. Adz-Dzahabi dalam Talkhish al-Mustadrak
cenderung untuk menguatkan bahwa riwayat ini sangat parah. Al-Hakim dan
al-Albani menshahihkan hadits tersebut, padahal ia tidak demikian,
bahkan ia hanya berderajat hasan saja. Karena Abdullah bin Sa'id ini,
walaupun termasuk perawi al-Bukhari dan Muslim, namun mereka telah
memperbincangkan kredibilitasnya. Al-Hafizh telah meringkas kondisinya
-dan dia membenarkan hakikat kebenarannya- dengan perkataannya, "Dia
seorang yang shaduq, namun mungkin melakukan kekeliruan". Maka orang semisalnya tidak mungkin haditsnya naik kepada derajat shahih.
Ini adalah lafazh Abu Dawud, dan dalam riwayat lain miliknya, (ada tambahan) "Wa al-Ghammi" (dan dari kesedihan).
(1246) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan an-Nasa`i dengan isnad yang shahih dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu , dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda,
(1246) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud dan Sunan an-Nasa`i dengan isnad yang shahih dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu , dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda,
اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْجُوْعِ، فَإِنَّهُ بِئْسَ
الضَّجِيْعُ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْخِيَانَةِ، فَإِنَّهَا بِئْسَتِ
الْبِطَانَةُ.
’Ya Allah aku berlindung kepadaMu dari
rasa lapar, karena rasa lapar itu merupakan seburuk-buruknya teman
tidur, dan aku berlindung kepadaMu dari perbuatan khianat, karena
khianat itu merupakan seburuk-buruk tabiat'."
Shahih: Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Ibid., 1/483, no. 1547; an-Nasa`i, Kitab al-Isti'adzah, Bab al-Isti'adzah Min al-Ju'i 8/263, no. 5483 dan 5484; Ibnu Hibban, no. 1029; dan ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 1360 dan 1361: dari beberapa jalur, dari Sa'id al-Maqburi, dari Abu Hurairah dengan hadits tersebut.
Al-Mundziri berkata, "Dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Ajlan, dan dia diperbincangkan kredibilitasnya". Dan yang terpercaya adalah bahwa haditsnya hasan. Muslim telah meriwayatkannya dalam al-Mutaba'at, kemudian ia tidak sendirian dengannya. Bahkan ia diikuti oleh tiga hadits mutaba'ah.
Dan hadits ini telah muncul dari jalur yang lain, Abdurrazaq meriwayatkannya pada no. 19636; Ibnu Majah, Kitab al-Ath'imah, Bab at-Ta'awwudz min al-Jiya', 2/1113, no. 3354; Abu Ya'la, no. 6412; dan al-Baghawi, no. 1370: dari beberapa jalur, dari Laits bin Abi Salim, dari Ka'ab, (sekali dia mengatakan, dari seseorang ), dari Abu Hurairah. Laits adalah dhaif, tetapi dapat dijadikan syahid. Dan Ka'ab adalah majhul, dan hadits ini walaupun belum berderajat shahih dengan jalurnya yang pertama saja, namun dia shahih dengan menyatukan kedua jalurnya. An-Nawawi dan al-Albani telah menshahihkannya.
(1247) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari Ali radiyallahu 'anhu,
Al-Mundziri berkata, "Dalam sanadnya terdapat Muhammad bin Ajlan, dan dia diperbincangkan kredibilitasnya". Dan yang terpercaya adalah bahwa haditsnya hasan. Muslim telah meriwayatkannya dalam al-Mutaba'at, kemudian ia tidak sendirian dengannya. Bahkan ia diikuti oleh tiga hadits mutaba'ah.
Dan hadits ini telah muncul dari jalur yang lain, Abdurrazaq meriwayatkannya pada no. 19636; Ibnu Majah, Kitab al-Ath'imah, Bab at-Ta'awwudz min al-Jiya', 2/1113, no. 3354; Abu Ya'la, no. 6412; dan al-Baghawi, no. 1370: dari beberapa jalur, dari Laits bin Abi Salim, dari Ka'ab, (sekali dia mengatakan, dari seseorang ), dari Abu Hurairah. Laits adalah dhaif, tetapi dapat dijadikan syahid. Dan Ka'ab adalah majhul, dan hadits ini walaupun belum berderajat shahih dengan jalurnya yang pertama saja, namun dia shahih dengan menyatukan kedua jalurnya. An-Nawawi dan al-Albani telah menshahihkannya.
(1247) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari Ali radiyallahu 'anhu,
إِنَّ مُكَاتَبًا جَاءَ هُ فَقَالَ: إِنِّيْ قَدْ عَجَزْتُ عَنْ كِتَابَتِي، فَأَعِنِّي. قَالَ: أَلاَ أُعَلِّمُكَ كَلِمَاتٍ عَلَّمَنِيْهِنَّ رَسُوْلُ اللهِ لَوْ كَانَ عَلَيْكَ مِثْلُ جَبَلٍ دَيْنًا، أَدَّاهُ عَنْكَ؟ قُلْ:
اَللّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِيْ بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ.
"Sesungguhnya seorang budak mukatab
(yang tengah dalam proses membayar tuannya untuk mendapatkan
kemerdekaan) mendatangi Ali seraya berkata, 'Sesungguhnya aku tidak
mampu menebus diriku, maka tolonglah aku.' Ali berkata, 'Maukah kamu
saya ajarkan beberapa kalimat yang mana Rasulullah mangajarkannya
kepadaku, kalau seandainya kamu memiliki hutang yang banyaknya seperti
gunung, niscaya Allah akan menunaikannya untukmu. Katakanlah, 'Ya Allah,
cukupkanlah aku dengan rizkiMu yang halal dari yang haram, dan
cukupkanlah aku dengan karuniaMu dari (butuh kepada) selainMu’.”
(pent), الْمُكَاتَبُ bermakna, seorang hamba yang mempunyai kesepakatan dengan tuannya untuk memerdekakannya dengan pembayaran sejumlah harta, kemudian dia berusaha dan bekerja untuk mendapatkan sejumlah harta ini agar dia mendapatkan kebebasan.
(pent), الْمُكَاتَبُ bermakna, seorang hamba yang mempunyai kesepakatan dengan tuannya untuk memerdekakannya dengan pembayaran sejumlah harta, kemudian dia berusaha dan bekerja untuk mendapatkan sejumlah harta ini agar dia mendapatkan kebebasan.
Tertulis "seperti gunung", namun dalam sebagian naskah "seperti Uhud".
Hasan: Telah dikemukakan pembahasannya pada no. 397.
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan."
(1248) Kami meriwayatkan di dalamnya dari Imran bin al-Hushain radiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan ayahnya, Hushain dua kalimat yang beliau berdoa dengan keduanya,
(1248) Kami meriwayatkan di dalamnya dari Imran bin al-Hushain radiyallahu 'anhu, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam mengajarkan ayahnya, Hushain dua kalimat yang beliau berdoa dengan keduanya,
اَللّهُمَّ أَلْهِمْنِيْ رُشْدِيْ، وَأَعِذْنِيْ مِنْ شَرِّ نَفْسِيْ.
"Ya Allah, tunjukkanlah aku agar memilih yang baik dan hindarkanlah aku dari kejahatan diriku."
Dhaif dengan susunan seperti ini: Diriwayatkan oleh al-Bukhari dalam at-Tarikh 3/1, at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab, 5/519, no. 3483; ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir 18/103, no. 186 dan 396; dan dalam ad-Du'a`, no. 3193; dan al-Baihaqi dalam al-Asma wa ash-Shifat hal. 534: dari jalur Syabib bin Syaibah, dari al-Hasan, dari Imran, dalam suatu kisah.
At-Tirmidzi berkata, "Hadits gharib". Saya berkata, Syabib di dalamnya terdapat kelemahan dan haditsnya tidak akan melebihi menjadi hadits layak dalam syawahid. Al-Hasan telah melakukan 'an'anah, padahal dia seorang mudallis terlepas dari perbedaan pendapat terhadapnya, apakah dia mendengar dari Imran atau tidak. At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini telah diriwayatkan dari Imran dari selain jalur ini". Saya berkata, Yang meriwayatkannya dari Imran adalah Mutharrif dalam riwayat ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir 18/115, no. 223; Ibnu Sirin dalam riwayat ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabir 18/185, no. 439 dan al-Mu'jam al-Ausath, no. 7871 dan al-Mu'jam ash-Shaghir, no. 683 dengan dua lafazh yang dekat dengan lafazh hadits ini. Sanad keduanya tidak terlepas dari kelemahan. Pada mulanya saya cenderung menguatkan hadits tersebut dengan dua jalur ini. Kemudian tampak olehku bahwa kejadiannya hanya terjadi satu kali ketika masuk Islamnya al-Hushain. Sehingga penguatan berbagai lafazh yang berbeda untuknya, karena persamaannya dalam makna adalah perkara yang ditolak oleh perasaan yang benar. Karena yang diperbolehkan dalam masalah seperti ini adalah mentarjih lafazh yang paling shahih, dan meninggalkan lafazh lainnya yang lemah yang diduga kuat tidak akurat, dan riwayat secara maknawi.
Dan riwayat yang paling shahih di sini adalah riwayat Ahmad 4/444; an-Nasa`i dalam al-Yaum wa al-Lailah, no. 1000-1001; Ibnu Hibban, no. 899; ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir 18/238, 599, ad-Du'a`, no. 1394, al-Hakim 1/510: dari beberapa jalur, dari Manshur dari Rib'i, dari Imran, lalu dia menyebutkannya dengan lafazh:
At-Tirmidzi berkata, "Hadits gharib". Saya berkata, Syabib di dalamnya terdapat kelemahan dan haditsnya tidak akan melebihi menjadi hadits layak dalam syawahid. Al-Hasan telah melakukan 'an'anah, padahal dia seorang mudallis terlepas dari perbedaan pendapat terhadapnya, apakah dia mendengar dari Imran atau tidak. At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini telah diriwayatkan dari Imran dari selain jalur ini". Saya berkata, Yang meriwayatkannya dari Imran adalah Mutharrif dalam riwayat ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir 18/115, no. 223; Ibnu Sirin dalam riwayat ath-Thabrani, al-Mu'jam al-Kabir 18/185, no. 439 dan al-Mu'jam al-Ausath, no. 7871 dan al-Mu'jam ash-Shaghir, no. 683 dengan dua lafazh yang dekat dengan lafazh hadits ini. Sanad keduanya tidak terlepas dari kelemahan. Pada mulanya saya cenderung menguatkan hadits tersebut dengan dua jalur ini. Kemudian tampak olehku bahwa kejadiannya hanya terjadi satu kali ketika masuk Islamnya al-Hushain. Sehingga penguatan berbagai lafazh yang berbeda untuknya, karena persamaannya dalam makna adalah perkara yang ditolak oleh perasaan yang benar. Karena yang diperbolehkan dalam masalah seperti ini adalah mentarjih lafazh yang paling shahih, dan meninggalkan lafazh lainnya yang lemah yang diduga kuat tidak akurat, dan riwayat secara maknawi.
Dan riwayat yang paling shahih di sini adalah riwayat Ahmad 4/444; an-Nasa`i dalam al-Yaum wa al-Lailah, no. 1000-1001; Ibnu Hibban, no. 899; ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Kabir 18/238, 599, ad-Du'a`, no. 1394, al-Hakim 1/510: dari beberapa jalur, dari Manshur dari Rib'i, dari Imran, lalu dia menyebutkannya dengan lafazh:
اللّهُمَّ قِنِيْ شَرَّ نَفْسِيْ وَاعْزِمْ لِيْ عَلَى أَرْشَدِ أَمْرِيْ
"Ya Allah, jagalah diriku dari keburukan diriku sendiri, dan tekadkanlah aku pada perkaraku yang paling berpetunjuk."
Al-Hakim menshahihkannya dengan syarat
al-Bukhari dan Muslim. Adz-Dzahabi menyepakatinya, dan ia sebagaimana
yang diucapkan oleh keduanya.
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan."
(1249) Kami meriwayatkan dalam kitab Abu Dawud dan an-Nasa`i dengan isnad yang dhaif dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengucapkan,
(1249) Kami meriwayatkan dalam kitab Abu Dawud dan an-Nasa`i dengan isnad yang dhaif dari Abu Hurairah radiyallahu 'anhu, bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengucapkan,
اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشِّقَاقِ وَالنِّفَاقِ وَسُوْءِ اْلأَخْلاَقِ.
"Ya Allah, aku berlindung kepadaMu dari perpecahan, kemunafikan dan keburukan akhlak."
Dhaif: Diriwayatkan oleh Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab al-Isti'adzah, 1/482, no. 1546; dan an-Nasa`i, Kitab al-Isti'adzah, Bab al-Isti'adzah Min asy-Syiqaq wa an-Nifaq, 8/264, no. 5486; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 1386; dan al-Ashbahani dalam at-Targhib,
no. 315 dan 1193: dari jalur Amr bin Utsman, Baqiyah telah menceritakan
kepada kami, Dhabarah bin Abdullah telah menceritakan kepada kami, dari
Duwaid bin Nafi', Abu Shalih telah menceritakan kepada kami, Abu
Hurairah telah berkata dengannya.
Al-Mundziri berkata, "Di dalam isnadnya terdapat Baqiyah bin al-Walid dan Duwaid bin Nafi'. Pada diri keduanya terdapat pembicaraan."
Al-Mundziri berkata, "Di dalam isnadnya terdapat Baqiyah bin al-Walid dan Duwaid bin Nafi'. Pada diri keduanya terdapat pembicaraan."
Saya berkata, Sesungguhnya yang ditakutkan dari Baqiyah adalah tadlis.
Sedangkan dia telah menegaskan bahwa dia mendapat hadits dengan
diceritakan (langsung), namun tidak pada semua periode sanad. Sedangkan
Duwaid, maka biografi ringkasnya adalah dia seorang yang hasan.
Al-Mundziri telah disibukkan dengan Walid dan Duwaid tentang illat yang muncul yang mana Dhabarah bin Abdullah inilah illatnya. Dia seorang yang majhul. Dan hadits tersebut dhaif disebabkan olehnya. Al-Mundziri, an-Nawawi, dan al-Albani mendhaifkannya.
(1250) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari Syahr bin Hausyab, dia berkata, "Saya berkata kepada Ummu Salamah radiyallahu 'anha,
(1250) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari Syahr bin Hausyab, dia berkata, "Saya berkata kepada Ummu Salamah radiyallahu 'anha,
يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، مَا (كَانَ) أَكْثَرُ دُعَاءِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه وسلم إِذَا كَانَ عِنْدَكِ؟ قَالَتْ: كَانَ أَكْثَرُ دُعَائِهِ:
يَا مُقَلِّبَ الْقُلُوْبِ، ثَبِّتْ قَلْبِيْ عَلَى دِيْنِكَ.
'Wahai Ummu al-Mukminin, doa apakah yang paling banyak yang pernah diucapkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
ketika beliau berada di dekatmu?' Dia menjawab, 'Doa yang paling banyak
yang pernah diucapkannya adalah, 'Wahai Dzat Yang Membolak-balik hati,
teguhkanlah hatiku pada agamaMu'."
Hasan Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 29188 dan 30397; Ahmad 6/294, no. 302, dan 315; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab, 5/538, no. 3522; Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah, no. 100/223; Abu Ya'la, no. 6919; Ibnu Jarir, no. 6647-6649; ath-Thabrani 23/334, no. 772, 785, dan 786; dan al-Ajurri dalam asy-Syari'ah hal. 316: dari beberapa jalur, dari Syahr bin Hausyab dengan hadits tersebut.
Ini merupakan sanad shalih dalam syawahid disebabkan Syahr. Di dalamnya terdapat kelemahan disebabkan lemahnya hafalannya. Akan tetapi ath-Thabrani meriwayatkannya juga 23/366, no. 865; al-Ajurri, hal. 316 dari jalur al-Walid bin Muslim, Salim al-Khayyath menceritakan kepada kami. Hadits tersebut memiliki syawahid dari Anas, Jabir, Ibnu Amru, dan an-Nawwas, Aisyah, dan selain mereka dengan riwayat yang memastikan orang yang berpedoman padanya tentang keshahihan hadits tersebut. At-Tirmidzi dan an-Nawawi telah menghasankannya. Dan al-Albani menshahihkannya.
[BAGIAN 4]
(1251) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari Aisyah radhiyallahu 'anha, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam pernah bersabda,
اَللّهُمَّ عَافِنِيْ فِي جَسَدِيْ، وَعَافِنِيْ فِي بَصَرِيْ، وَاجْعَلْهُ الْوَارِثَ مِنِّيْ. لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ الْحَلِيْمُ الْكَرِيْمُ، سُبْحَانَ اللهِ رَبِّ الْعَرْشِ الْعَظِيْمِ، وَالْحَمْدُ لله رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.
[/r
'Ya Allah, sehatkanlah jasmaniku,
sehatkanlah penglihatanku dan jadikanlah ia pewaris bagiku, tidak ada
tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau Yang Mahalembut lagi
Maha-dermawan, Mahasuci Allah Rabb pemilik Arasy yang agung, dan segala
puji bagi Allah, Rabb semesta alam'."
Dhaif: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dalam Kitab ad-Da'awat, Bab 5/518, no. 3480; Ibnu Adi 2/815; dan al-Hakim 1/530: dari dua jalur, dari Habib bin Abi Tsabit, dari Urwah, dari Aisyah dengan hadits tersebut.
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan gharib, saya mendengar Muhammad berkata, 'Habib bin Abi Tsabit tidak mendengar suatu riwayat dari Urwah bin az-Zubair'." Dan al-Hakim berkata, " Isnadnya shahih apabila pendengaran Habib selamat dari Urwah, namun mereka berdua (al-Bukhari dan Muslim) tidak mengeluarkannya." Saya berkata, Bagaimana mungkin selamat, sedangkan Imam al-Bukhari telah memastikan bahwa dia tidak mendengar sesuatu pun darinya. Ibnu Abi Hatim telah menukilkan dari ayahnya bahwa mereka telah bersepakat atas hal tersebut. Benar, potongan pertama darinya memiliki jalur lain pada ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 1452 yang la ba'sa biha dalam asy-Syawahid. Sedangkan syawahid dari hadits sekumpulan sahabat, maka dia adalah shahih. Adapun hadits secara panjang, maka tidak demikian. Al-Albani telah mendhaifkannya.
(1252) Kami meriwayatkan di dalamnya dari Abu ad-Darda` radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda,
كَانَ مِنْ دُعَاءِ دَاوُدَ عَلَيْهِ السَّلاَمُ:
اللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ حُبَّكَ، وَحُبَّ مَنْ يُحِبُّكَ، وَالْعَمَلَ الَّذِيْ يُبَلِّغُنِيْ حُبَّكَ. اللّهُمَّ اجْعَلْ حُبَّكَ أَحَبَّ إِلَيَّ مِنْ نَفْسِيْ وَأَهْلِيْ وَمِنَ الْمَاءِ الْبَارِدِ.
'Di antara doa yang pernah diucapkan Dawud
alaihissalam, 'Ya Allah, sesungguhnya aku memohon cintaMu, cinta orang
yang mencintaiMu dan perbuatan yang mengantarkanku kepada cintaMu. Ya
Allah, jadikanlah 'cintaMu' lebih aku cintai daripada diriku sendiri,
keluargaku dan dari air yang dingin'."
Dhaif: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab, 5/522, no. 3490; al-Hakim 2/433; Abu Nu'aim 1/226; dan Ibnu Asakir 17/86: Dari jalur Muhammad bin Fudhail, dari Muhammad bin Sa'ad, dari Abdullah bin Rabi'ah bin Yazid ad-Dimasyqi, Abu Idris al-Khaulani telah menceritakan kepada kami, dari Abu ad-Darda` dengan hadits tersebut.
Dhaif: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab, 5/522, no. 3490; al-Hakim 2/433; Abu Nu'aim 1/226; dan Ibnu Asakir 17/86: Dari jalur Muhammad bin Fudhail, dari Muhammad bin Sa'ad, dari Abdullah bin Rabi'ah bin Yazid ad-Dimasyqi, Abu Idris al-Khaulani telah menceritakan kepada kami, dari Abu ad-Darda` dengan hadits tersebut.
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan gharib." Dan an-Nawawi menyetujuinya, dan al-Hakim menshahihkannya, maka adz-Dzahabi mengoreksinya dengan perkataannya,"Abdullah ini kata Ahmad, hadits-haditsnya palsu." Dan al-Albani mengoreksinya dalam ash-Shahihah, no. 707 dengan penjelasan yang memberi faidah bahwa pelaku pemalsu adalah selainnya, dan bahwa Abdullah ini hanya majhul saja. Saya berkata, Di dalamnya dia mudhtharib, maka suatu kali dia menjadikannya berasal dari doa Dawud ‘alaihissalam, dan suatu kali menjadikannya berasal dari doa Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, maka hadits tersebut lemah.
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan."
(1253) Kami meriwayatkan di dalamnya dari Sa'ad bin Abi Waqqash radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
(1253) Kami meriwayatkan di dalamnya dari Sa'ad bin Abi Waqqash radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
دَعْوَةُ ذِي النُّونِ إِذْ دَعَا رَبَّهُ وَهُوَ فِي بَطْنِ الْحُوْتِ:
لاَ إِلهَ إِلاَّ أَنْتَ، سُبْحَانَكَ، إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ،
فَإِنَّهُ لَمْ يَدْعُ بِهَا رَجُلٌ مُسْلِمٌ فِي شَيْءٍ قَطُّ، إِلاَّ اسْتَجَابَ لَهُ.
'Doa Dzunnun (Yunus 'alaihis salam)
ketika berdoa kepada Rabbnya sedang dia berada di dalam perut ikan paus
ialah, 'Tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Engkau. Mahasuci
Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berbuat aniaya;
Sesungguhnya tidaklah seorang Muslim berdoa dengannya dalam keadaan apa
pun melainkan doanya akan dikabulkan untuknya'."
Shahih: Telah dikemukakan takhrijnya secara terperinci pada no. 382.
Al-Hakim Abu Abdillah berkata, "Hadits ini isnadnya shahih."
(1254) Kami meriwayatkan di dalamnya dan dalam kitab Ibnu Majah dari Anas radiyallahu 'anhu, bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam seraya bertanya,
(1254) Kami meriwayatkan di dalamnya dan dalam kitab Ibnu Majah dari Anas radiyallahu 'anhu, bahwa seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam seraya bertanya,
يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ الدُّعَاءِ أَفْضَلُ؟ قَالَ: سَلْ رَبَّكَ الْعَافِيَةَ وَالْمُعَافَاةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ. ثُمَّ أَتَاهُ فِي الْيَوْمِ الثَّانِي، فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، أَيُّ الدُّعَاءِ أَفْضَلُ؟ فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذلِكَ. ثُمَّ أَتَاهُ فِي الْيَوْمِ الثَّالِثِ، فَقَالَ لَهُ مِثْلَ ذلِكَ. قَالَ: فَإِذَا أُعْطِيْتَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَأُعْطِيْتَهَا فِي اْلآخِرَةِ فَقَدْ أَفْلَحْتَ.
"Wahai Rasulullah, doa apakah yang paling
utama?" Beliau menjawab, "Mintalah kepada Rabbmu keafiatan dan
perlindungan di dunia dan akhirat." Kemudian dia mendatangi beliau pada
hari kedua, seraya bertanya, "Doa apakah yang paling utama?" Beliau
menjawabnya seperti demikian, kemudian dia mendatangi beliau pada hari
ketiga, dan beliau menjawabnya seperti demikian juga. Beliau bersabda,
"Apabila kamu diberi keafiatan di dunia dan kamu diberi keafiyatan di
akhirat, maka kamu telah beruntung."
Hasan: Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam Kitab ad-Du'a`, Bab ad-Du'a` bi al-Afwi wa al-'Afiyah, 2/1265, no. 3848; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab, 5/533, no. 3512; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 1298; Ibnu Adi 3/1181; dan al-Ashbahani dalam at-Targhib, no. 2171: dari beberapa jalur, dari Salamah bin Wardan, dari Anas dengan hadits tersebut.
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan gharib
dari jalur sanad ini, dan kami mengetahuinya dari hadits Salamah bin
Wardan." Saya berkata, Salamah ini seorang yang lemah haditsnya, akan
tetapi haditsnya memiliki syahid hadits al-Abbas yang akan datang, sehingga dia menjadi hasan, insya Allah.
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan."
(1255) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari al-Abbas bin Abdul Muththalib radiyallahu 'anhu, dia berkata,
(1255) Kami meriwayatkan dalam kitab at-Tirmidzi dari al-Abbas bin Abdul Muththalib radiyallahu 'anhu, dia berkata,
قُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، عَلِّمْنِيْ شَيْئًا أَسْأَلُهُ اللهَ .تعالى قَالَ: سَلُوا اللهَ الْعَافِيَةَ. فَمَكَثْتُ أَيَّامًا، ثُمَّ جِئْتُ، فَقُلْتُ: يَا رَسُوْلَ اللهِ، عَلِّمْنِيْ شَيْئًا أَسْأَلُهُ اللهَ .تعالى فَقَالَ: يَا عَبَّاسُ! يَا عَمَّ رَسُوْلِ اللهِ! سَلُوا اللهَ الْعَافِيَةَ فِي الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ.
"Saya berkata, 'Wahai Rasulullah,
ajarkanlah aku suatu doa yang dengannya aku meminta kepada Allah
Ta’ala.' Beliau bersabda, 'Mintalah kepada Allah keafiatan.' Lalu aku
tinggal beberapa hari, kemudian aku datang lagi seraya berkata, 'Wahai
Rasulullah, ajarkanlah aku suatu doa yang dengannya aku meminta kepada
Allah Ta’ala.' Lalu beliau bersabda, 'Wahai Abbas, Wahai paman
Rasulullah, Mintalah kepada Allah keafiatan di dunia dan akhirat'."
Shahih: Diriwayatkan oleh al-Humaidi dalam al-Musnad, no. 461; Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf, no. 29176; Ahmad 1/209; al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 726; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab, 5/534, no. 3514; Abu Ya'la, no. 6696 dan 6697; dan ath-Thabrani dalam ad-Du'a`,
no. 1295: dari beberapa jalur, dari Yazid bin Abi Ziyad, dari Abdullah
bin al-Harits, dari al-Abbas bin Abdul Muththalib dengan hadits
tersebut.
Sanad ini dhaif disebabkan Ibnu Abi Ziyad. Dia seorang yang dhaif. Dia beranjak tua sehingga berubah pikun dan terpengaruh oleh hadits orang lain. Akan tetapi ath-Thabrani meriwayatkannya 11/261, no. 11908; al-Hakim 1/529: dari jalan Hilal bin Khabbab, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas dengan hadits tersebut. Al-Hakim dan adz-Dzahabi menshahihkannya berdasarkan syarat al-Bukhari. Sedangkan al-Hilal seorang yang shaduq, namun di akhir hayatnya dia banyak berubah pikun, dia bukan termasuk perawi al-Bukhari, maka orang semisalnya tidak akan melampaui batas menjadi layak dalam syawahid. Ahmad meriwayatkannya 1/206: dari jalur Hatim bin Abi Shaghirah, dari sebagian bani al-Muththalib, dari Ali bin Abdullah bin Abbas, dari ayahnya, dari ayahnya. Sanadnya dhaif, di dalamnya terdapat jahalah. Dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, no. 951: dari jalur Hammad bin Salamah, Musa bin Salim menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abbas, bahwasanya dia berkata, "Wahai Rasulullah...". Hadits ini terputus. Musa tidak menjumpai Ibnu Abbas, dan dia telah menyelisihi, dan menjadikan sang penanya adalah Ibnu Abbas, bukan bapaknya! Hadits tersebut menjadi kuat dengan berkumpulnya jalur-jalur ini dan menjadi shahih. Al-Haitsami telah menguatkannya. At-Tirmidzi, an-Nawawi, dan al-Albani menshahihkannya.
Sanad ini dhaif disebabkan Ibnu Abi Ziyad. Dia seorang yang dhaif. Dia beranjak tua sehingga berubah pikun dan terpengaruh oleh hadits orang lain. Akan tetapi ath-Thabrani meriwayatkannya 11/261, no. 11908; al-Hakim 1/529: dari jalan Hilal bin Khabbab, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas dengan hadits tersebut. Al-Hakim dan adz-Dzahabi menshahihkannya berdasarkan syarat al-Bukhari. Sedangkan al-Hilal seorang yang shaduq, namun di akhir hayatnya dia banyak berubah pikun, dia bukan termasuk perawi al-Bukhari, maka orang semisalnya tidak akan melampaui batas menjadi layak dalam syawahid. Ahmad meriwayatkannya 1/206: dari jalur Hatim bin Abi Shaghirah, dari sebagian bani al-Muththalib, dari Ali bin Abdullah bin Abbas, dari ayahnya, dari ayahnya. Sanadnya dhaif, di dalamnya terdapat jahalah. Dan diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, no. 951: dari jalur Hammad bin Salamah, Musa bin Salim menceritakan kepada kami, dari Ibnu Abbas, bahwasanya dia berkata, "Wahai Rasulullah...". Hadits ini terputus. Musa tidak menjumpai Ibnu Abbas, dan dia telah menyelisihi, dan menjadikan sang penanya adalah Ibnu Abbas, bukan bapaknya! Hadits tersebut menjadi kuat dengan berkumpulnya jalur-jalur ini dan menjadi shahih. Al-Haitsami telah menguatkannya. At-Tirmidzi, an-Nawawi, dan al-Albani menshahihkannya.
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini shahih."
(1256) Kami meriwayatkan di dalamnya dari Abu Umamah radiyallahu 'anhu, dia berkata,
(1256) Kami meriwayatkan di dalamnya dari Abu Umamah radiyallahu 'anhu, dia berkata,
دَعَا رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه وسلم بِدُعَاءٍ كَثِيْرٍ لَمْ نَحْفَظْ مِنْهُ شَيْئًا. قُلْنَا: يَا رَسُوْلَ اللهِ، دَعَوْتَ بِدُعَاءٍ كَثِيْرٍ لَمْ نَحْفَظْ مِنْهُ شَيْئًا. فَقَالَ: أَلاَ أَدُلُّكُمْ مَا يَجْمَعُ ذلِكَ كُلَّهُ؟ نَقُوْلُ:
اللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مِنْ خَيْرِ مَا سَأَلَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم ، وَنَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا اسْتَعَاذَكَ مِنْهُ نَبِيُّكَ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه وسلم ، وَأَنْتَ الْمُسْتَعَانُ، وَعَلَيْكَ الْبَلاَغُ، وَلاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ.
"Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
berdoa dengan doa yang banyak, tapi kami tidak dapat menghafal sesuatu
pun darinya, kami bertanya, 'Ya Rasulullah, engkau berdoa dengan doa
yang banyak tapi kami tidak dapat menghafal sesuatu pun darinya.' Maka
Rasulullah bersabda, 'Maukah kamu saya tunjukkan doa yang mengumpulkan
semua itu? Kami mengucapkan doa, 'Ya Allah, sesungguhnya kami meminta
kepadaMu kebaikan yang pernah diminta NabiMu, Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
Dan kami berlindung kepadaMu dari kejelekan yang Nabimu, Muhammad
pernah berlindung darinya. Engkaulah tempat memohon pertolongan, dan
Engkaulah yang menyampaikan kepada sesuatu yang diinginkan. Tidak ada
daya dan kekuatan kecuali dengan Allah'."
Dalam sejumlah sumber: kami mengucapkan, "Ya Allah, sesungguhnya aku meminta kepadamu". Dan pembicaraannya tidak diwazankan demikian, oleh karena itu saya menetapkan lafazh at-Tirmidzi di atas.
Dhaif dengan susunan ini, dan doanya shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab, 5/537, no. 3521, dari jalur al-Laits bin Abi Sulaim, dari Abdurrahman bin Sabith, dari Abu Umamah dengan hadits tersebut.
Dhaif dengan susunan ini, dan doanya shahih: Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab, 5/537, no. 3521, dari jalur al-Laits bin Abi Sulaim, dari Abdurrahman bin Sabith, dari Abu Umamah dengan hadits tersebut.
Dan Abdurrahman bin Sabith, menurut Ibnu
Ma'in, dia tidak mendengar dari Abu Umamah, dan Ibnu Abi Sulaim padanya
terdapat kelemahan dan dia melakukan kegoyahan (idhthirab),
dimana ath-Thabrani 8/192, no. 7791 meriwayatkannya dari jalur al-Laits,
dari Tsabit bin Ajlan, dari al-Qasim, dari Abu Umamah. Benar,
berdasarkan perkataan beliau, "Ya Allah... kami berlindung kepadaMu dari
keburukan yang Nabimu, Muhammad berlindung darinya," adalah syahid yang shahih dari hadits Aisyah pada Ahmad 6/134, al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 639, Ibnu Majah, no. 3846. Dan lainnya mauquf shahih pada Ibnu Mas'ud dalam riwayat Ibnu Abi Syaibah, no. 29249. Maka dia shahih dengan diperkuat oleh keduanya.
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan."
[BAGIAN 5]
(1257) Kami meriwayatkan di dalamnya dari Anas radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
أَلِظُّوْا بِـ: يَا ذَا الْجَلاَلِ وَاْلإِكْرَامِ.
'Berkonsistenlah dengan doa, 'Wahai Dzat Yang Mahaagung lagi Mahadermawan'."
Hasan Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf 4/51, no. 1536-Shahihah, at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab, 5/539, no. 3524; Ibnu Adi dalam al-Kamil 7/2561; dan ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 93: dari beberapa jalur, dari Yazid ar-Raqasyi, dari Anas dengan hadits tersebut.
Hadits ini dhaif disebabkan oleh ar-Raqasyi. Akan tetapi at-Tirmidzi meriwayatkannya, 5/540, no. 3525; Abu Ya'la, no. 3833; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 94: dari jalur al-Mu`ammal, dari Hammad bin Salamah, dari Humaid dari Anas. At-Tirmidzi berkata, "Hadits tersebut gharib, dan tidak terjaga. Ia diriwayatkan dari Hammad, dari Humaid, dari al-Hasan, dari Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, dan inilah yang paling shahih." Saya berkata, Al-Mu`ammal adalah la ba`sa bihi dalam al-Mutaba'at. Rauh bin Ubadah telah memutaba'ahnya -sedangkan dia seorang yang tsiqah dan utama- dari Hammad, dari Tsabit dan Humaid dari Anas. Ibnu Abi Hatim menyebutkannya dalam al-Ilal, 2/170 dan 192. Maka hadits tersebut tidak turun dari derajat hasan dengan berkumpulnya dua jalurnya. Kemudian dia menjadi shahih dengan syahidnya yang akan datang setelahnya. Al-Albani menshahihkannya.
(1258) Kami riwayatkan dalam kitab an-Nasa`i dari riwayat Rabi'ah bin Amir yang seorang sahabat radiyallahu 'anhu.
Shahih: Diriwayatkan oleh Ahmad 4/177; al-Bukhari dalam at-Tarikh 3/280; an-Nasa`i dalam al-Kubra, no. 3602-Tuhfah, ath-Thabrani 5/64, no. 4594 dan dalam ad-Du'a`,
no. 92; al-Hakim 1/498; al-Qudha`i, no. 693; dan Ibnu Asakir 18/66-68:
dari beberapa jalur, dari Ibnu al-Mubarak, dari Yahya bin Hassan, dari
Rabi'ah. Dan sanad ini shahih, perawinya berderajat tsiqah. Al-Hakim, an-Nawawi, adz-Dzahabi, al-Asqalani dan al-Albani telah menshahihkannya.
Al-Hakim berkata, "Hadits ini isnadnya shahih."
Saya berkata, Kata 'أَلِظُّوْا' bermakna, konsistenlah dengan doa ini dan perbanyaklah.
(1259) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi dan Sunan Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas radiyallahu 'anhu, dia berkata,
(1259) Kami meriwayatkan dalam Sunan Abu Dawud, Sunan at-Tirmidzi dan Sunan Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas radiyallahu 'anhu, dia berkata,
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله عليه و سلم يَدْعُو وَيَقُوْلُ:
رَبِّ أَعِنِّيْ وَلاَ تُعِنْ عَلَيَّ، وَانْصُرْنِيْ وَلاَ تَنْصُرْ عَلَيَّ، وَامْكُرْ لِيْ وَلاَ تَمْكُرْ عَلَيَّ، وَاهْدِنِيْ وَيَسِّرِ الْهُدَى لِيْ، وَانْصُرْنِيْ عَلَى مَنْ بَغَى عَلَيَّ. رَبِّ اجْعَلْنِيْ لَكَ شَاكِرًا، لَكَ ذَاكِرًا، لَكَ رَاهِبًا، لَكَ مِطْوَاعًا، إِلَيْكَ مُخْبِتًا أَوْ مُنِيْبًا. رَبِّ تَقَبَّلْ تَوْبَتِيْ، وَاغْسِلْ حَوْبَتِيْ، وَأَجِبْ دَعْوَتِيْ، وَثَبِّتْ حُجَّتِيْ، وَاهْدِ قَلْبِيْ، وَسَدِّدْ لِسَانِيْ، وَاسْلُلْ سَخِيْمَةَ قَلْبِيْ.
"Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam
pernah berdoa dengan mengucapkan, 'Wahai Rabbku, berilah aku pertolongan
dan janganlah Engkau menolong (musuh) terhadapku, berilah aku
kemenangan dan jangan berikan kemenangan (musuh) atasku, berilah aku
taktik (untuk melawan musuh) dan jangan engkau memberikan tipu daya
(musuh) terhadapku. Berilah petunjuk kepadaku, dan mudahkanlah petunjuk
untukku. Tolonglah aku untuk menghadapi orang yang berbuat zhalim
terhadapku. Ya Rabbku, jadikanlah aku orang yang bersyukur kepadaMu,
berdzikir kepadaMu, takut kepadaMu, tunduk kepadaMu, khusyu' dan kembali
kepadaMu. Ya Rabb, terimalah taubatku, cucilah dosaku, dan kabulkanlah
doaku, tetapkanlah hujjahku, berilah petunjuk hatiku, dan luruskanlah
lisanku, serta cabutlah dengki (hati)ku'.
Catatan : حَوْبَتِيْ bermakna, dosaku, أَوَّاهًا bermakna, yang banyak berdzikir dan bertilawah
disertai dengan kekhusyu'an dan kerendahan diri. مُنِيْبًا bermakna,
yang kembali dari perbuatan maksiat menuju kepada taat, dan kembali dari
lalai menuju mawas diri. "
Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 29381; Ahmad 1/227; Abd bin Humaid, no. 717-Muntakhab; al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, no. 664 dan 665; Ibnu Majah, Kitab ad-Du'a’, Bab Du'auhu Shallallahu 'alaihi wasallam, 2/1259, no. 3830; Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab Ma Yaqulu ar-Rajul Idza Sallama, 1/474, no. 1510 dan 1511; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab Du'auhu Shallallahu 'alaihi wasallam , 5/554, no. 3551; Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah , no. 384; an-Nasa`i dalam al-Yaum wa al-Lailah, no. 612; Ibnu Hibban, no. 947 dan 948; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 1411; al-Hakim 1/519; dan al-Baghawi dalam Syarh as-Sunnah, no. 1375: dari beberapa jalur, dari ats-Tsauri, dari Amr bin Murrah, Abdullah bin al-Harits al-Mu'allim telah menceritakan kepadaku, Thulaiq bin Qais telah menceritakan kepadaku, dari Ibnu Abbas dengan hadits tersebut.
Ini adalah sanad shahih. Semua perawinya adalah tsiqah. Akan tetapi Muhammad bin Juhadah menyelisihi ats-Tsauri, maka dia meriwayatkannya dari Amru bin Murrah dari Ibnu Abbas. An-Nasa`i meriwayatkannya dalam al-Yaum wa al-Lailah, no. 613, seraya berkata, Hadits Sufyan terjaga. Yahya bin Sa'id berkata, 'Saya tidak melihat perawi yang lebih terjaga daripada Sufyan'. Dan dikisahkan dari ats-Tsauri bahwa dia berkata, 'Tidaklah hatiku menitipkan sesuatu, lalu dia mengkhianatiku'." Saya berkata, Apalagi dia tidak bersendirian, bahkan dia dimutaba'ah oleh Mis`ar dalam riwayat ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 1412. Hadits tersebut dishahihkan oleh at-Tirmidzi, an-Nasa`i, al-Baghawi, al-Mundziri, al-Hakim, adz-Dzahabi, dan al-Albani.
Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 29381; Ahmad 1/227; Abd bin Humaid, no. 717-Muntakhab; al-Bukhari, al-Adab al-Mufrad, no. 664 dan 665; Ibnu Majah, Kitab ad-Du'a’, Bab Du'auhu Shallallahu 'alaihi wasallam, 2/1259, no. 3830; Abu Dawud, Kitab ash-Shalah, Bab Ma Yaqulu ar-Rajul Idza Sallama, 1/474, no. 1510 dan 1511; at-Tirmidzi, Kitab ad-Da'awat, Bab Du'auhu Shallallahu 'alaihi wasallam , 5/554, no. 3551; Ibnu Abi Ashim dalam as-Sunnah , no. 384; an-Nasa`i dalam al-Yaum wa al-Lailah, no. 612; Ibnu Hibban, no. 947 dan 948; ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 1411; al-Hakim 1/519; dan al-Baghawi dalam Syarh as-Sunnah, no. 1375: dari beberapa jalur, dari ats-Tsauri, dari Amr bin Murrah, Abdullah bin al-Harits al-Mu'allim telah menceritakan kepadaku, Thulaiq bin Qais telah menceritakan kepadaku, dari Ibnu Abbas dengan hadits tersebut.
Ini adalah sanad shahih. Semua perawinya adalah tsiqah. Akan tetapi Muhammad bin Juhadah menyelisihi ats-Tsauri, maka dia meriwayatkannya dari Amru bin Murrah dari Ibnu Abbas. An-Nasa`i meriwayatkannya dalam al-Yaum wa al-Lailah, no. 613, seraya berkata, Hadits Sufyan terjaga. Yahya bin Sa'id berkata, 'Saya tidak melihat perawi yang lebih terjaga daripada Sufyan'. Dan dikisahkan dari ats-Tsauri bahwa dia berkata, 'Tidaklah hatiku menitipkan sesuatu, lalu dia mengkhianatiku'." Saya berkata, Apalagi dia tidak bersendirian, bahkan dia dimutaba'ah oleh Mis`ar dalam riwayat ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 1412. Hadits tersebut dishahihkan oleh at-Tirmidzi, an-Nasa`i, al-Baghawi, al-Mundziri, al-Hakim, adz-Dzahabi, dan al-Albani.
Dalam riwayat at-Tirmidzi,
أَوَّاهًا مُنِيْبًا.
"...banyak berdzikir dan menyesali perbuatan dosa."
At-Tirmidzi berkata, "Hadits ini hasan shahih."
(1260) Saya berkata, السَّخِيْمَةُ yaitu, dengki, jamaknya adalahالسَّخَائِمُ . Ini adalah makna السَّخِيْمَةُ pada hadits ini. Dan dalam hadits yang lain,
(1260) Saya berkata, السَّخِيْمَةُ yaitu, dengki, jamaknya adalahالسَّخَائِمُ . Ini adalah makna السَّخِيْمَةُ pada hadits ini. Dan dalam hadits yang lain,
مَنْ سَلَّ سَخِيْمَتَهُ فِي طَرِيْقِ اْلمُسْلِمِيْنَ، فَعَلَيْهِ لَعْنَةُ اللهِ.
"Barangsiapa yang membuang kotorannya di jalanan kaum Muslimin, maka dia mendapatkan laknat Allah."
Hasan: Diriwayatkan oleh ath-Thabrani dalam al-Mu'jam al-Ausath, no. 5422 dan al-Mu'jam ash-Shaghir, no. 812; al-Uqaili dalam adh-Dhu'afa
4/111; al-Hakim 1/186; dan al-Baihaqi 1/98: dari jalur Kamil bin
Thalhah, Muhammad bin Amr al-Anshari telah menceritakan kepada kami,
Muhammad bin Sirin telah menceritakan kepada kami, dari Abu Hurairah
dengan hadits tersebut.
Al-Mundziri berkata, "Para perawinya tsiqah
kecuali Muhammad bin Amr al-Anshari." Al-Haitsami menyebutkan
semisalnya. Saya berkata, Muhammad di sini adalah al-Waqifi. Dia seorang
yang dhaif. Al-Uqaili berkata, "Dia tidak dimutaba'ah". Akan tetapi dia memiliki syahid
dari hadits Hudzaifah bin Asid dalam riwayat ath-Thabrani 3/179, no.
3050 dengan sanad yang di dalamnya terdapat kelemahan dengan lafazh,
مَنْ آذَي الْمُسْلِمِيْنَ فِيْ طُرُقِهِمْ وَجَبَتْ عَلَيْهِ لَعْنَتُهُمْ "
Barangsiapa yang menganiaya kaum Muslimin di jalan mereka, maka dia pasti terkena laknat mereka". Dan cocok pula dengan hadits Muslim, no. 269 "Takutlah kamu terhadap dua hal yang mendatangkan laknat". Menurutku, hadits tersebut hasan dengan syawahid ini, dan dalam masalah ini berasal dari sekelompok sahabat.
Makna السَّخِيْمَةُ di sini adalah الغَائِطُ (kotoran manusia).
(1261) Kami meriwayatkan dalam Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dan Sunan Ibnu Majah dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya, "Katakanlah,
Makna السَّخِيْمَةُ di sini adalah الغَائِطُ (kotoran manusia).
(1261) Kami meriwayatkan dalam Musnad al-Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullah dan Sunan Ibnu Majah dari Aisyah radhiyallahu 'anha, bahwa Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda kepadanya, "Katakanlah,
قُوْلِي: اَللّهُمَّ إِنِّيْ أَسْأَلُكَ مِنَ الْخَيْرِ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّرِّ كُلِّهِ عَاجِلِهِ وَآجِلِهِ مَا عَلِمْتُ مِنْهُ وَمَا لَمْ أَعْلَمْ، وَأَسْأَلُكَ الْجَنَّةَ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنَ النَّارِ وَمَا قَرَّبَ إِلَيْهَا مِنْ قَوْلٍ أَوْ عَمَلٍ، وَأَسْأَلُكَ خَيْرَ مَا سَأَلَكَ بِهِ عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه و سلم ، وَأَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَااسْتَعَاذَكَ مِنْهُ عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ مُحَمَّدٌ صلى الله عليه و سلم ، وَأَسْأَلُكَ مَا قَضَيْتَ لِي مِنْ أَمْرٍ أَنْ تَجْعَلَ عَاقِبَتَهُ رَشَدًا.
'Ya Allah, sesungguhnya aku memohon
kepadaMu seluruh kebaikan yang segera (dunia) dan yang tertunda
(akhirat) yang aku ketahui di antaranya dan yang tidak aku ketahui. Dan
aku berlindung kepadaMu dari segala keburukan yang segera (dunia) dan
yang tertunda (akhirat) yang aku ketahui di antaranya dan yang tidak aku
ketahui. Aku memohon surga kepadaMu dan segala sesuatu yang mendekatkan
kepadanya, berupa perkataan dan perbuatan. Aku berlindung kepadaMu dari
neraka dan segala sesuatu yang mendekatkan kepadanya, berupa perkataan
dan perbuatan. Aku meminta kebaikan kepadaMu yang hamba dan rasulMu,
Muhammad memintanya kepadaMu. Aku meminta perlindungan kepadaMu dari
segala kejahatan yang mana hamba dan rasulMu, Muhammad meminta
perlindungan. Aku meminta segala sesuatu yang telah Engkau takdirkan
untukku, hendaklah Engkau jadikan akibatnya adalah kesadaran
(petunjuk)'."
Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 29336; Ahmad 6/134; al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 639; Ibnu Majah, Kitab ad-Du'a’, Bab al-Jawami' Min ad-Du'a`, 2/1264, no. 3846; Abu Ya'la, no. 1542 –ash-Shahihah; dan Ibnu Hibban, no. 869; serta ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 1347: dari beberapa jalur, dari Hammad bin Salamah, dari al-Jariri (dan kadang muncul mengganti al-Jariri: dari Jabr bin Habib, kadang muncul: dari al-Jariri dan Jabr bin Habib bersama-sama, dan kadang muncul: dari al-Jariri, dari Jabr bin Habib), dari Ummu Kultsum binti Abu Bakar dari Aisyah dengan hadits tersebut.
Al-Haitsami berkata dalam az-Zawa`id, "Dalam isnadnya terdapat pembicaraan, dan Ummu Kultsum di sini, maka saya belum melihat ada yang mempermasalahkannya, dan sejumlah orang memasukkannya sebagai sahabat, tapi ini mengandung kritik, karena dia dilahirkan setelah meninggalnya Abu Bakar, sedangkan sisa perawi sanad adalah tsiqah". Saya berkata, Adapun dinyatakannya memiliki illat dengan Ummu Kultsum maka ia tidak tepat, karena sejumlah perawi telah meriwayatkan darinya, dan Muslim berhujjah dengannya. Dan ia berasal darinya. Sedangkan pembahasan bahwa di dalam sanadnya terdapat pembicaraan, maka karena adanya ikhtilaf yang telah disebutkan, dan yang jelas, dia memiliki jalur selamat dari perselisihan. Al-Hakim telah meriwayatkannya 1/521: dari dua jalur, dari Syu'bah, dari Jabr bin Habib, dari Ummu Kultsum, dari Aisyah. Dan ini merupakan sanad yang shahih. Di dalamnya terjadi perselisihan yang tidak perlu disebutkan, karena ia tidak berbahaya. Dan hadits tersebut shahih dengan jalurnya yang terakhir semata. Maka bagaimana mungkin bila yang terdahulu masuk ke dalamnya? Al-Hakim telah menshahihkan hadits tersebut. An-Nawawi, adz-Dzahabi, dan al-Albani menyepakatinya.
Shahih: Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah, no. 29336; Ahmad 6/134; al-Bukhari dalam al-Adab al-Mufrad, no. 639; Ibnu Majah, Kitab ad-Du'a’, Bab al-Jawami' Min ad-Du'a`, 2/1264, no. 3846; Abu Ya'la, no. 1542 –ash-Shahihah; dan Ibnu Hibban, no. 869; serta ath-Thabrani dalam ad-Du'a`, no. 1347: dari beberapa jalur, dari Hammad bin Salamah, dari al-Jariri (dan kadang muncul mengganti al-Jariri: dari Jabr bin Habib, kadang muncul: dari al-Jariri dan Jabr bin Habib bersama-sama, dan kadang muncul: dari al-Jariri, dari Jabr bin Habib), dari Ummu Kultsum binti Abu Bakar dari Aisyah dengan hadits tersebut.
Al-Haitsami berkata dalam az-Zawa`id, "Dalam isnadnya terdapat pembicaraan, dan Ummu Kultsum di sini, maka saya belum melihat ada yang mempermasalahkannya, dan sejumlah orang memasukkannya sebagai sahabat, tapi ini mengandung kritik, karena dia dilahirkan setelah meninggalnya Abu Bakar, sedangkan sisa perawi sanad adalah tsiqah". Saya berkata, Adapun dinyatakannya memiliki illat dengan Ummu Kultsum maka ia tidak tepat, karena sejumlah perawi telah meriwayatkan darinya, dan Muslim berhujjah dengannya. Dan ia berasal darinya. Sedangkan pembahasan bahwa di dalam sanadnya terdapat pembicaraan, maka karena adanya ikhtilaf yang telah disebutkan, dan yang jelas, dia memiliki jalur selamat dari perselisihan. Al-Hakim telah meriwayatkannya 1/521: dari dua jalur, dari Syu'bah, dari Jabr bin Habib, dari Ummu Kultsum, dari Aisyah. Dan ini merupakan sanad yang shahih. Di dalamnya terjadi perselisihan yang tidak perlu disebutkan, karena ia tidak berbahaya. Dan hadits tersebut shahih dengan jalurnya yang terakhir semata. Maka bagaimana mungkin bila yang terdahulu masuk ke dalamnya? Al-Hakim telah menshahihkan hadits tersebut. An-Nawawi, adz-Dzahabi, dan al-Albani menyepakatinya.
Al-Hakim Abu Abdillah berkata, "Hadits ini isnadnya shahih."
(1262) Saya telah menemukan dalam al-Mustadrak milik al-Hakim dari Ibnu Mas'ud radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Di antara doa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah,
(1262) Saya telah menemukan dalam al-Mustadrak milik al-Hakim dari Ibnu Mas'ud radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Di antara doa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam adalah,
كَانَ مِنْ دُعَاءِ رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم :
اَللّهُمَّ إِنَّا نَسْأَلُكَ مُوْجِبَاتِ رَحْمَتِكَ، وَعَزَائِمَ مَغْفِرَتِكَ، وَالسَّلاَمَةَ مِنْ كُلِّ اثْمٍ، وَاْلغَنِيْمَةَ مِنْ كُلِّ بِرٍّ، وَاْلفَوْزَ بِاْلجَنَّةِ، وَالنَّجَاةَ مِنَ النَّارِ.
'Ya Allah, sesungguhnya kami memohon
kepadaMu sebab mendapatkan rahmatMu dan kekuatan (untuk mendapat)
ampunanMu, serta keselamatan dari segala dosa. Aku meminta kekayaan dari
segala kebaikan, kemenangan dengan surga dan terhindar dari neraka."
Dhaif Sekali: Diriwayatkan oleh
al-Hakim 1/525: dari jalur Khalaf bin Khalifah, Humaid al-A'raj telah
menceritakan kepada kami, dari Abdullah bin al-Harits, dari Ibnu Mas'ud.
Al-Hakim berkata, "Hadits ini berdasarkan
syarat Muslim". Adz-Dzahabi menyepakatinya, padahal ia tidak demikian,
demi Allah, bahkan ia merupakan hadits yang sangat lemah dengan illat-illatnya yang beruntun.
Pertama, bahwa Khalaf ini, walaupun shaduq, namun hafalannya telah bercampur di akhir hayatnya. Sedangkan Muslim meriwayatkan haditsnya hanya dalam asy-Syawahid.
Pertama, bahwa Khalaf ini, walaupun shaduq, namun hafalannya telah bercampur di akhir hayatnya. Sedangkan Muslim meriwayatkan haditsnya hanya dalam asy-Syawahid.
Kedua, bahwa Humaid ini bukanlah putra Qais yang dijadikan hujjah
oleh al-Bukhari dan Muslim sebagaimana yang disangkakan oleh al-Hakim
dan adz-Dzahabi. Akan tetapi dia adalah putra Atha' al-Kufi dalam
al-Qash yang Matruk.
Ketiga, bahwa tidak diketahui bahwa Ibnu al-Harits memiliki riwayat dari Ibnu Mas'ud.
Keempat, bahwa Ibnu Abi Syaibah meriwayatkannya pada no. 29523: dari jalur lain yang lebih baik dari jalur ini, tetapi secara mauquf pada Ibnu Mas'ud.
Al-Hakim berkata, "Hadits shahih berdasarkan syarat Muslim."
(1263) Di dalamnya diriwayatkan, dari Jabir bin Abdullah radiyallahu 'anhu, dia berkata,
(1263) Di dalamnya diriwayatkan, dari Jabir bin Abdullah radiyallahu 'anhu, dia berkata,
جَاءَ رَجُلٌ إِلَى رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم ، فَقَالَ : وَا ذُنُوْبَاهُ، وَا ذُنُوْبَاهُ، مَرَّتَيْنِ أَوْ ثَلاَثًا. فَقَالَ لَهُ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم : قُلْ : اللّهُمَّ مَغْفِرَتُكَ أَوْسَعُ مِنْ ذُنُوْبِيْ، وَرَحْمَتُكَ أَرْجَى عِنْدِيْ مِنْ عَمَلِيْ. فَقَالَهَا. ثُمَّ قَالَ : عُدْ، فَعَادَ. ثُمَّ قَالَ: عُدْ، فَعَادَ. فَقَالَ : قُمْ، فَقَدْ غُفِرَ لَكَ.
"Seorang laki-laki datang kepada Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam , seraya berkata, 'Alangkah besar dosaku, alangkah besar dosaku', dua atau tiga kali. Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda kepadanya, 'Katakanlah, 'Ya Allah, ampunanMu lebih luas
daripada dosa-dosaku, rahmatmu lebih bisa diharapkan untukku daripada
amalku.' Maka dia mengucapkannya. Kemudian Nabi bersabda, 'Ulangilah'.
Maka dia mengulangi. Kemudian Nabi bersabda, 'Ulangilah'. Maka dia
mengulangi. Kemudian Nabi bersabda, 'Berdirilah, sungguh dosamu telah
diampuni untukmu'."
Dhaif: Diriwayatkan oleh al-Hakim dalam al-Mustadrak 1/543, dan al-Baihaqi dalam asy-Syu'ab
no. 7126: dari jalur Ibrahim bin al-Mundzir al-Hizami, Ubaidillah bin
Muhammad bin Hunain telah menceritakan kepada kami, Ubaidillah bin
Muhammad bin Jabir bin Abdullah, dari ayahnya, dari kakeknya Jabir bin
Abdullah dengan hadits tersebut.
Al-Hakim berkata, "Para perawinya dari akhir mereka adalah dari kalangan penduduk Madinah dari kalangan yang tidak dikenal cacat pada mereka." Adz-Dzahabi menyepakatinya. Saya berkata, "Sudah dimaklumi bahwa ini tidak berarti pernyataan tsiqah. Apalagi saya tidak mendapatkan biografi untuk Ibnu Hunain dan tidak pula perawi yang mengambil hadits darinya, kemudian pembicaraan tersebut tidaklah shahih secara mutlak, karena Muhammad bin Jabir telah didhaifkan haditsnya oleh Ibnu Sa'ad."
(1264) Dan di dalamnya (al-Mustadrak) terdapat riwayat, dari Abu Umamah radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
Al-Hakim berkata, "Para perawinya dari akhir mereka adalah dari kalangan penduduk Madinah dari kalangan yang tidak dikenal cacat pada mereka." Adz-Dzahabi menyepakatinya. Saya berkata, "Sudah dimaklumi bahwa ini tidak berarti pernyataan tsiqah. Apalagi saya tidak mendapatkan biografi untuk Ibnu Hunain dan tidak pula perawi yang mengambil hadits darinya, kemudian pembicaraan tersebut tidaklah shahih secara mutlak, karena Muhammad bin Jabir telah didhaifkan haditsnya oleh Ibnu Sa'ad."
(1264) Dan di dalamnya (al-Mustadrak) terdapat riwayat, dari Abu Umamah radiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
إِنَّ لله تعالى مَلَكًا مُوَكَّلاً بِمَنْ يَقُوْلُ: يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ، فَمَنْ قَالَهَا ثَلاَثًا، قَالَ لَهُ الْمَلَكُ: إِنَّ أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ قَدْ أَقْبَلَ عَلَيْكَ، فَسَلْ.
"Sesungguhnya Allah Ta’ala mempunyai
seorang malaikat yang ditugaskan (mencari) orang yang mengucapkan,
'Wahai Dzat yang paling Penyayang'. Maka barangsiapa yang mengucapkannya
tiga kali, maka malaikat mengucapkan untuknya, 'Sesungguhnya Dzat yang
paling Penyayang telah datang kepadamu, maka mintalah kepadaNya'."
Dhaif Sekali: Diriwayatkan oleh al-Hakim 1/554: dari jalur Fadhal bin Jubair, dari Abu Umamah dengan hadits tersebut.
Al-Hakim memunculkan hadits ini sebagai syahid, dan dia diam tidak mengomentarinya. Adz-Dzahabi mengikutinya seraya berkata, "Fadhal tidak ada nilainya'". Saya berkata, "Dia seorang yang sangat lemah sekali atau matruk (ditinggalkan) sebagaimana biografinya menunjukkannya dalam al-Mizan dan al-Lisan. Demikian pula dengan haditsnya ini.
Al-Hakim memunculkan hadits ini sebagai syahid, dan dia diam tidak mengomentarinya. Adz-Dzahabi mengikutinya seraya berkata, "Fadhal tidak ada nilainya'". Saya berkata, "Dia seorang yang sangat lemah sekali atau matruk (ditinggalkan) sebagaimana biografinya menunjukkannya dalam al-Mizan dan al-Lisan. Demikian pula dengan haditsnya ini.
__________________
Sumber : Ensiklopedia Dzikir Dan Do’a, Imam Nawawi, Pustaka Sahifa Jakarta.
http://www.alsofwah.or.id/
Rasulullah saw. benar-benar mengenal umatnya, sehingga lebih menyukai doa yang ringkas dan padat makna. aku cinta rasulullah
BalasHapusMohon share ya
BalasHapus