Ibadah puasa adalah ibadah yang sangat agung, ibadah yang penuh dengan berbagai kesan dan pesan serta memiliki banyak hikmah yang dapat dikenang oleh seorang muslim saat melakukannya. Maka tidak diragukan lagi kenapa Allah mensyari’atkan puasa kepada umat-umat sebelum kita. Karena puasa memiliki keutamaan yang begitu banyak dan memiliki pengaruh yang begitu besar dalam memperbaiki kwalitas ketaqwaan seseorang. Pada bahasan kali ini kita ingin menyebutkan sebagian kecil dari pesan dan kesan yang dapat kita kenang dari ibadah puasa.
Banyak sekali ayat Al Qur’an maupun hadits-hadits nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam yang mewajibkan kita untuk semata-mata beribadah kepada Allah. Akan tetapi ibadah puasa memiliki kekhususan tersendiri dalam menanamkan nilai ikhlas tersebut dalam diri kita. Maka oleh sebab itu Allah menyediakan balasan secara khusus pula terhadap ibadah puasa.
( قال الله كل عمل ابن آدم له إلا الصيام فإنه لي وأنا أجزي به) متفق عليه.
Sesungguhnya Ibadah puasa amat sulit bila dilakukan tanpa motifasi ikhlas. Karena ibadah puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Allah. Amat jarang kita temukan orang berpuasa untuk berhala, atau sebagai persembahan kepada tuhan-tuhan selain Allah. Demikian pula amat sedikit orang yang berpuasa dengan tujuan riya’. Karena ibadah puasa tidak dapat diketahui atau dilihat oleh orang banyak dengan kasat mata melalui kondisi fisik seseorang, kecuali bila seseorang memberitahukan kepada orang lain bahwa ia sedang berpuasa.
Jika ketika berpuasa kita ikhlas kepada Allah, kenapa dalam ibadah-ibadah lain kita tidak ikhlas, karena setiap ibadah yang tidak dilakukan dengan ikhlas tidak akan diterima Allah.
وَلَقَدْ أُوحِيَ إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ لَئِنْ أَشْرَكْتَ لَيَحْبَطَنَّ عَمَلُكَ وَلَتَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ [الزمر/65]
Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
« قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ مَنْ عَمِلَ عَمَلاً أَشْرَكَ فِيهِ مَعِى غَيْرِى تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ ». رواه مسلم
Suatu kekliruan yang nyata jika ada diantara kita yang berpuasa masih meminta-minta kekuburan orang shaleh, atau mengagap keramat benda mati seperti bebatuan, pepohonan, atau tempat-tempat tertentu, ini semua merupakan kesyirikan yang bertentangan dengan ikhlas kepada Allah. Begitu pula mempercayai dukun, tukang tenung dan peramal, perbuatan ini adalah dosa yang paling besar, tidak mendapat ampunan dari Allah jika pelakunya tidak bertobat sebalum mati, tempat para pelakunya adalah neraka Jahanam mereka kekal dalamnya.
Sebagaimana firman Allah:
{إِنَّ اللّهَ لاَ يَغْفِرُ أَن يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَن يَشَاء وَمَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدِ افْتَرَى إِثْمًا عَظِيمًا}
Dalam firman Allah lagi:
{إِنَّهُ مَن يُشْرِكْ بِاللّهِ فَقَدْ حَرَّمَ اللّهُ عَلَيهِ الْجَنَّةَ وَمَأْوَاهُ النَّارُ وَمَا لِلظَّالِمِينَ مِنْ أَنصَارٍ}
Termasuk hal yang merusak nilai ikhlas kepada Allah adalah melakukan suatu system ibadah yang dibikin-bikin dalam agama yaitu bid’ah. Menyelisihi cara yang ditentukan Allah dan Rasul-Nya.
{أَمْ لَهُمْ شُرَكَاء شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَا لَمْ يَأْذَن بِهِ اللَّهُ}
Pencetus bid’ah adalah pembuat syariat baru dalam agama, maka ia telah menandingi Allah dalam mensyari’atkan agama. Atau ia telah menandingi Rasul-rasul Allah dalam menetapkan syari’at.
وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَا كُنْتُمْ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ [الحديد/4]
Sesungguhnya Allah senantiasa bersama kita dengan ilmu, pendengaran dan penglihatan-Nya. Maka tidak ada sedikitpun dari gerak-gerik kita yang tersembunyi di hadapan Allah. Baik pedagang di pasar, pegawai di kantor, petani di sawah serta siapapun dan dimanapun ia berada, Allah melihat dan mendengar serta mengetahui segala perbuatan dan gerak-geriknya. Jika perasaan selalu diawasi Allah tumbuh dalam diri setiap muslim niscaya penipuan dan korupsi serta kejahatan lainnya akan berkurang di tengah-tengah kehidupan kita.
Sebagaimana sabda Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam:
(وإذا كان يوم صوم أحدكم فلا يَرفُث ولا يَصخَب فإن سابه أحد أو قاتله فليقل إني امرؤ صائم). متفق عليه.
Mari kita jauhi sifat suka balas dendam, sebaliknya mari kita tumbuhkan sifat sabar dan pemaaf dalam diri kita. Pahala dan balasan orang yang memiliki sifat sabar, adalah balasan yang tak ada batasnya, sebagaimana Allah sebutkan dalam firman-Nya:
{إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُم بِغَيْرِ حِسَابٍ}
Telah bersabda Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam:
( من لم يدع قول الزور والعمل به فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه) رواه البخاري
Pada sa’at ini kejujuran sesuatu yang amat mahal dan bagaikan barang langka ditengah-tengah kehidupan kita. Baik ditingkat masyarakat umum maupun ditingkat golongan terpelajar. Ketika kejujuran telah diperjual belikan sa’at itu pula kehancuran menimpa kihidupan kita. Sikap suka berbohong dan dusta telah merusak segala lini jaring-jaring kehidupan kita. Semoga Ramadhan tahun ini dapat mengembalikan kita kepada kejujuran. Jujur dalam berkata, jujur dalam berbuat, jujur dalam segala hal.
Sebagaimana Allah tegaskan dalam firman-Nya:
{يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ اتَّقُواْ اللّهَ وَكُونُواْ مَعَ الصَّادِقِينَ}
{وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ}
sa’at air membasahi tengorokan kita setelah sehari kita merasakan kehausan dan dahaga yang sangat dalam. Sadarkah kita ketika itu bahwa air itu suatu nikmat yang sangat besar diberikan Allah kepada kita. Begitu pula makanan yang mengenyangi perut kita setelah sehari kita kerocongan. Banyak lagi nikmat Allah yang tidak mungkin kita hitung satu persatu. Namun yang harus menjadi perhatian kita. Pantaskah nikmat yang begitu besar dan banyak, kita balas dengan kedurhakaan kepada Allah? Lalu sampai dimana kita mensyukuri nikmat-nikmat Allah tersebut?
Semoga Ramadhan tahun ini benar-benar memberi bekas dalam sanubari kita untuk bersyukur kepada Allah dengan menjalankan segala perintah Allah dan meninggalkan segala larangan-Nya.
Sebagaimana sabda Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam berbunyi:
(إِنَّكَ لَنْ تَدَعَ شَيْئًا لِلَّهِ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا بَدَّلَكَ اللَّهُ بِهِ مَا هُوَ خَيْرٌ لَكَ مِنْهُ)
Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam serta para sahabat diawal-awal penyebaran Islam, mereka dikucilkan dan diusir bahkan ada yang dibunuh, semua itu tidak menggoyahkan iman mereka, lain halnya dengan keadaan kita pada saat ini, sedikit kekurangan saja diantara kita ada yang rela menjual kehormatan diri, merampok, membunuh dan sebagainya. Kemana nilai Ramadhan kita? Dalam puasa Ramadhan kita mampu menahan nafsu kita dari hal yang dihalalkan, tetapi di luar Ramadhan kita tidak mampu menahan nafsu kita dari hal yang diharamkan.
Kemudian juga termasuk dari orang-orang yang diberi minum dari telaga nabi Sallallahu ‘Alaihi Wasallam, dan memasuki pintu surga “Ar Rayyaan”, tempat yang penuh kenikmatan. Atau sebaliknya kita termasuk orang yang diberi minum dari cairan tembaga panas dan timah yang mendidih, makanan dari pohon zaqqum, pohon yang berduri, menghancurkan segala isi perut. kita berlindung pada Allah dari hal tersebut, yang menjawab pertanyaan tersebut adalah amalan kita, sampai dimana kita mengaplikasikan nilai-nilai Ramdhan dalam aktifitas kita sehari-hari.
Allah telah menyebutkan dalam firmannnya:
{بَلْ تُؤْثِرُونَ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا {16} وَالْآخِرَةُ خَيْرٌ وَأَبْقَى}
Biarlah kita menahan lapar dan haus di dunia ini, asalkan di akhirat kelak kita tidak termasuk orang-orang yang kelaparan dan kehausan.
Selama berpuasa kita dituntut untuk mengendalikan hawa nafsu kita, baik kebutuhan nafsu biologis dari makan dan minum. Maupun nafsu seksual berkumpul dengan istri. Sesuatu yang halal kita dituntut untuk meninggalkannya saat kita berpuasa. Tentu terhadap sesuatu yang haram akan lebih mudah kita meninggalkannya. Sifat ini akan mendidik kita di luar Ramadhan untuk selalu mengontrol hawa nafsu kita. Sering dalam kehidupan sehari-hari kita lihat banyak orang sudah memiliki gaji yang cukup namun masih melakukan korupsi. Sudah mempunyai istri yang cantik namun masih senang berzina. Orang seperti ini nafsunya telah mengalahkan akal dan imannya. Ia telah diperbudak hawa nafsunya.
Orang yang mampu mengendalikan hawa nafsunya Allah telah menjanjikan untuknya tempat yang penuh nikmat yaitu surga yang amat indah dan luas.
Sebagaimana firman Allah:
{وَأَمَّا مَنْ خَافَ مَقَامَ رَبِّهِ وَنَهَى النَّفْسَ عَنِ الْهَوَى - فَإِنَّ الْجَنَّةَ هِيَ الْمَأْوَى}
Oleh sebab itu Rasulullah Sallallahu ‘Alaihi Wasallam semakin tinggi tingkat kepemurahan beliau di bulan Ramdhan dibandingkan di luar Ramadhan. Sekalipun beliau amat pemurah dalam sepanjang hidupnya.
عن جابر رضي الله عنه قال: ((ما سئل النبي صلى الله عليه و سلم عن شئ قط فقال لا)). متفق عليه.
Ibnu Abas radhiallahu 'anhu berkata:
(( كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -r- أَجْوَدَ النَّاسِ بِالْخَيْرِ وَكَانَ أَجْوَدَ مَا يَكُونُ فِى شَهْرِ رَمَضَانَ)).
Semoga kenangan-kenangan Ramadhan tahun ini tetap dapat kita kenang dalam sepanjang hidup kita. Sehingga kita benar-benar mendapat predikat yang dijanjikan Allah sebagai tujuan dari ibadah puasa yaitu menjadi orang-orang yang bertaqwa.
0 komentar:
Posting Komentar