Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Allah ta’ala
berfirman (yang artinya), “Rabbmu memerintahkan: Janganlah kalian
beribadah kecuali hanya kepada-Nya, dan kepada kedua orang tua hendaklah
kalian berbuat baik.” (QS. Al-Israa’: 23)
1. Keagungan Tauhid
Syaikh as-Sa’di rahimahullah
berkata, “Perkara paling agung yang diperintahkan Allah adalah tauhid,
yang hakikat tauhid itu adalah mengesakan Allah dalam ibadah. Tauhid itu
mengandung kebaikan bagi hati, memberikan kelapangan, cahaya, dan
kelapangan dada. Dan dengan tauhid itu pula akan lenyaplah berbagai
kotoran yang menodainya. Pada tauhid itu terkandung kemaslahatan bagi
badan, serta bagi [kehidupan] dunia dan akhirat. Adapun perkara paling
besar yang dilarang Allah adalah syirik dalam beribadah kepada-Nya. Yang
hal itu menimbulkan kerusakan dan penyesalan bagi hati, bagi badan,
ketika di dunia maupun di akhirat. Maka segala kebaikan di dunia dan di
akhirat itu semua adalah buah dari tauhid. Demikian pula, semua
keburukan di dunia dan di akhirat, maka itu semua adalah buah dari
syirik.” (lihat al-Qawa’id al-Fiqhiyah, hal. 18)
2. Cara Merealisasikan Tauhid
Syaikh as-Sa’di rahimahullah
berkata, “Sesungguhnya merealisasikan tauhid itu adalah dengan
membersihkan dan memurnikannya dari kotoran syirik besar maupun kecil
serta kebid’ahan yang berupa ucapan yang mencerminkan keyakinan maupun
yang berupa perbuatan/amalan dan mensucikan diri dari kemaksiatan. Hal
itu akan tercapai dengan cara menyempurnakan keikhlasan kepada Allah
dalam hal ucapan, perbuatan, maupun keinginan, kemudian membersihkan
diri dari syirik akbar -yang menghilangkan pokok tauhid- serta
membersihkan diri dari syirik kecil yang mencabut kesempurnaannya serta
menyelamatkan diri dari bid’ah-bid’ah.” (lihat al-Qaul as-Sadid fi Maqashid at-Tauhid, hal. 20)
3. Perhatian Kitabullah Terhadap Tauhid
Syaikh as-Sa’di rahimahullah
menjelaskan, “Seluruh isi al-Qur’an berbicara tentang penetapan tauhid
dan menafikan lawannya. Di dalam kebanyakan ayat, Allah menetapkan
tauhid uluhiyah dan kewajiban untuk memurnikan ibadah kepada Allah
semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Allah pun mengabarkan bahwa segenap
rasul hanyalah diutus untuk mengajak kaumnya supaya beribadah kepada
Allah saja dan tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu apapun. Allah
pun menegaskan bahwa tidaklah Allah menciptakan jin dan manusia kecuali
supaya mereka beribadah kepada-Nya. Allah juga menetapkan bahwasanya
seluruh kitab suci dan para rasul, fitrah dan akal yang sehat, semuanya
telah sepakat terhadap pokok ini. Yang ia merupakan pokok paling
mendasar diantara segala pokok ajaran agama.” (lihat al-Majmu’ah al-Kamilah [8/23])
4. Kebaikan Dunia Akhirat
Syaikh as-Sa’di rahimahullah
berkata, “Tidak ada suatu perkara yang memiliki dampak yang baik serta
keutamaan beraneka ragam seperti halnya tauhid. Karena sesungguhnya
kebaikan di dunia dan di akherat itu semua merupakan buah dari tauhid
dan keutamaan yang muncul darinya.” (lihat al-Qaul as-Sadid fi Maqashid at-Tauhid, hal. 16)
Syaikh as-Sa’di rahimahullah
berkata, “Segala kebaikan yang segera -di dunia- ataupun yang tertunda
-di akherat- sesungguhnya merupakan buah dari tauhid, sedangkan segala
keburukan yang segera ataupun yang tertunda maka itu merupakan
buah/dampak dari lawannya….” (lihat al-Qawa’id al-Hisan al-Muta’alliqatu Bi Tafsir al-Qur’an, hal. 26)
5. Sebab Keselamatan
Syaikh as-Sa’di rahimahullah
berkata, “Di antara keutamaan tauhid yang paling agung adalah ia
merupakan sebab yang menghalangi kekalnya seorang di dalam neraka, yaitu
apabila di dalam hatinya masih terdapat tauhid meskipun seberat biji
sawi. Kemudian, apabila tauhid itu sempurna di dalam hati maka akan
menghalangi masuk neraka secara keseluruhan/tidak masuk neraka sama
sekali.” (lihat al-Qaul as-Sadid fi Maqashid at-Tauhid, hal. 17)
6. Kecintaan Kepada Allah
Syaikh as-Sa’di rahimahullah
berkata, “Pokok dan ruh ketauhidan adalah memurnikan rasa cinta untuk
Allah semata, dan hal itu merupakan pokok penghambaan dan penyembahan
kepada-Nya. Bahkan, itulah hakikat dari ibadah. Tauhid tidak akan
sempurna sampai rasa cinta seorang hamba kepada Rabbnya menjadi
sempurna, dan kecintaan kepada-Nya harus lebih diutamakan daripada
segala sesuatu yang dicintai. Sehingga rasa cintanya kepada Allah
mengalahkan rasa cintanya kepada selain-Nya dan menjadi penentu atasnya,
yang membuat segala perkara yang dicintainya harus tunduk dan mengikuti
kecintaan ini yang dengannya seorang hamba akan bisa menggapai
kebahagiaan dan kemenangannya.” (lihat al-Qaul as-Sadid Fi Maqashid at-Tauhid, hal. 95)
7. Tawakal Kepada Allah
Syaikh as-Sa’di rahimahullah berkata,
“Tawakal kepada Allah adalah salah satu kewajiban tauhid dan iman yang
terbesar. Sesuai dengan kekuatan tawakal maka sekuat itulah keimanan
seorang hamba dan bertambah sempurna tauhidnya. Setiap hamba sangat
membutuhkan tawakal kepada Allah dan memohon pertolongan kepada-Nya
dalam segala yang ingin dia lakukan atau tinggalkan, dalam urusan agama
maupun urusan dunianya.” (lihat al-Qaul as-Sadid ‘ala Maqashid at-Tauhid, hal. 101)
Wallahu a’lam bish shawab. Wa shallallahu ‘ala Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa sallam. Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.
Sumber: http://abumushlih.com/
0 komentar:
Posting Komentar