728x90 AdSpace

Pos Terbaru

Menyembelih Tumbal (Menyembelih Untuk Selain Allah)


Menyembelih Tumbal (Menyembelih Untuk Selain Allah)

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman: “Katakanlah, ‘Sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam. Tiada sekutu baginya; dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang yang pertama-tama menyerahkan diri (kepada Allah)’.” (Al-An’am: 162-163)

Dalam Qurrah al-Uyun al-Muwahhidin disebutkan, “Mencakup yang fardhu dan yang sunnah, seluruh shalat adalah ibadah, dan juga mencakup dua macam doa: Doa permohonan dan doa ibadah. Permintaan dan permohonan yang terkandung didalamnya termasuk kedalam doa permohonan. Pujian, sanjungan, tasbih, rukuk, sujud dan rukun-rukun serta kewajiban-kewajiban lainnya termasuk kedalam doa ibadah, inilah kesimpulan tentang mengapa ia disebut shalat, karena ia mengandung dua macam doa yang merupakan shalat dari sisi bahasa dan syariat. Inilah yang dikatakan Syikhul Islam Ibnu Taimiyah dan Ibnul Qayyim rahimahullah.”

Ibnu katsir rahimahullah berkata, “Allah ta’ala memerintahkan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam agar mengabarkan kepada orang-orang musyrikin yang menyembah selain Allah dan menyembelih untuknya, bahwa beliau mengikhlaskan shalat dan sembelihannya karena Allah semat, karena orang-orang musyrik menyembah berhala dan menyembelih untuknya, maka Allah “azza wa jalla memerintahkan Nabi shallallahu’alaihi wa sallam agar menyelisihi mereka, berpaling dari apa yang mereka pegang dan menghadapkan niat dan maksud serta tekad untuk ikhlas kepada Allah ta’ala.”

“Hidup dan matiku,” yakni, apa yang aku lakukan dalam hidupku dan iman serta amal shalih dimana aku mati di atasnya.

“Hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam” Ikhlas karena WajahNya. “Tiada sekutu bagiNya”. Yakni Ikhlas.

“Dan demikian itulah yang diperintahkan kepadaku dan aku adalah orang-orang yang pertama menyerahkan diri (kepada Allah),” yakni, dari umat ini, karena Islamnya setiap Nabi shallallahu’alaihi wa sallam adalah paling awal.

Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Benar seperti yang dia katakan karena seluruh Nabi sebelum Nabi shallallahu’alaihi wa sallam berdakwah kepada Islam, yaitu ibadah kepada Allah semata tidak ada sekutu bagiNya, sebagaimana firman Allah ta’ala, “Dan kami tidak mengutus seorang Rasul pun sebelummu melainkan Kami wahyukan kepadanya, ‘Bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Aku’.” (Al-Anbiya’: 25). Lalu Ibnu katsir menyebutkan ayat-ayat senada.

Syaikh Al-Allamah Abdurrahman berkata “Allah mensyariatkan kepada hamba-hambaNya agar mendekatkan diri kepadaNya melalui penyembelihan, sebagaimana Dia mensyariatkan shalat dan lain-lainnya kepada mereka sebagai ibadah. Allah memerintahkan agar mereka mengikhlaskan seluruh ibadah kepadaNya semata bukan kepada selainNya . jika mereka mendekatkan diri kepada selain Allah dengan menyembelaih atau ibadah lainnya maka mereka telah mengangkat sekutu bagi Allah. Ini jelas dalam firmanNya ”Tiada sekutu bagiNya”.  Ayat ini meniadakan sekutu bagi Allah dalam ibadah-ibadah ini. Dan segala puji bagi Allah, ini adalah jelas.”

Allah Ta’ala berfirman:  “Maka dirikanlah shalat dan berkurbanlah karena (untuk) Rabbmu.” (Al-Kautsar: 2)

Syikhul Islam rahimahullah berkata, “Allah ta’ala memerintahkan untuk menggabungkan du ibadah ini, yaitu shalat dan menyembelih, yang keduanya menunjukkkan kedekatan, kerendahan, ketergantungan, berbaik sangka, kuatnya keyakinan dan ketenangan hati kepada Allah dan kepada janjiNya, berbeda dengan keadaan orang yang sombong lagi angkuh yang merasa tidak membutuhkan Allah, orang-orang yang dalam shalatnya tidak merasa memerlukan Rabb mereka, orang-orang yang tidak menyembelih karena takut miskin. Oleh karena itu Allah Ta’ala mengumpulkan keduanya dalam firmanNya, “Katakanlah, sesunguhnya shalatku dan sembelihanku.”  Adalah sembelihan karena Allah, dan meraih WajahNya. Dua ibadah ini adalah ibadah yang mulia yang mendekatkan kepada Allah, Dia menghadirkan fa’ yang menunjukkan sebab, karena melaksanakan hal ini merupakan sebab terlaksananya rasa syukur atas nikmat kautsar yanng telah Allah limpahkan. Ibadah badan yang paling mulia adalah shalat. Ibadah harta yang paling mulia adalah penyembelihan. Banyak perkara yang terkumpul bagi seorang hamba dalam shalat yang tidak terkumpul pada selainnya sebagaimana hal itu diketahui oleh orang-orang yang mempunyai hati yang hidup. Banyak perkara yang terkumpul dalam menyembelih, jika ia di iringi dengan iman dan ikhlas, seperti kuatnya keyakinan dan berbaik sangka, erkara yang mengagumkan. Nabi shallallahu’alaihi wa sallam sendiri adalah orang yang banyak shalat dan banyak menyembelih.”

Syaikh Abdurrahman berkata, “Shalat mengandung banyak ibadah, diantaranya doa, takbir, tasbih, qira’ah, tasmi’, pujian, berdiri, rukuk, sujud, i’tidal, menegakkan wajah untuk Allah ta’ala, menghadap kepadaNya dengan hati dan perbuatan-perbuatan lainnya yang disyariatkan didalam shalat. Semua perkara ini termasuk kedalam ibadah yang tidak boleh diberikan kepada selain Allah. Demikian pula menyembelih, ia mengandung nilai-nilai ibadah sebagaimana yang telah dijelaskan Syaikhul Islam.”

Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu berkaata Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menyampaikan empat perkara kepadaku; Allah melaknat orang yang menyembelih untuk selain Allah, Allah melaknat orang yang melaknat bapak ibunya, Allah melaknat orang yang melindungi pelaku kejahatan, Allah melaknat orang yang merubah parok-patok (batas) tanah.” (HR. Muslim dan Ahmad)

(Allah melaknat)
Laknat adalah menjauhkan dari sebab dan tempat rahmat. Abu as-Sa’adat berkata: “Asal laknat adalah mengusir dan menjauhkan dari Allah. Jika dari makhluk maka ia adalah cacian dan doa.”

(Orang yang menyembalih untuk selain Allah)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata, Firman Allah ‘Azza wa jalla (yang artinya), “Dan bintang yang (ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah.” (Al-Baqrah: 173). Zahirnya adalah bahwa ia disembelih untuk selain Allah, seperti dia berkata, ‘Sembelihlah ini untuk ini’.”

Jika memang maksudnya maka sama saja, dia mengucapkannya atau tidak mengucapkannya. Pengharaman ini lebih jelas daripada pengharaman daging sembelihan orang nasrani dimana dia mengucapkan pada saat menyembelih ‘Dengan nama Al-Masih.’ Dan semisalnya. Sebagaimana yang disembelih dengan maksud mendekatkan diri kepada Allah adalah lebih suci dan lebih agung daripada apa yang kita sembelih untuk (makan) daging dan kita mengucap, ‘Bismillah’. Jika sembelihan demi al-Masih atau bintang zuhra haram, maka hukumnya akan lebih haram jika dikatakan kepada sembelihan demi al-Masih atau bintang zuhra atau dengan maksud demikian.  Karen a ibadah kepada selain Allah lebih tinggi kekufurannya daripada meminta pertolongan kepada selain Allah.

Dari sini seandainya seseorang menyembelih untuk selain Allah dengan maksud mendekatkan diri kepadanya, maka sembelihannya haram, walaupun dia mengucapkan “Bismillah”, sebagaimana yang terkadang dilakukan oleh sekelompok orang dari orang-orang munafik umat ini yang mendekatkan diri kepada bintang-bintang dengan menyembelih, membakar dupa dan sebagainya, disaming mereka adalah orang-orang murtad yang sembelihannya tidak halal dalam kondisi apapun.

Az-Zamakhsyari berkata: “Jika mereka membeli rumah atau membangunnya atau mengeluarkan sesuatu maka mereka menyembelih karena takut diganggu jin, maka sembelihan ini di nisbatkan kepada mereka karena itu.”

Dari Thari bin Syihab, Bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda, “Seorang laki-laki masuk surga karena seekor lalat, dan seorang laki-laki lainnya masuk neraka karena seekor lalat.” Mereka bertanya. ‘Bagaimana begitu wahai Rasulullah?’ Beliau menjawab, ‘Dua orang laki-laki melewati suatu kaum yang mempunyai berhala, tidak seorangpun boleh melewatinya tanpa mengorbankan sesuatu untuk berhala itu, maka mereka berkata kepada salah seorang dari dua laki-laki itu, ‘berkurbanlah’. Dia menjawab, ‘Aku tidak memiliki apapun untuk dikurbanlan.’ Mereka berkata, ‘Kurbankanlah walau walaupun hanya seekor lalat.’ Maka di mengurbankan seekor lalat, lalu mereka membiarkan mereka pergi, maka laki-laki ini masuk neraka. Kaum tersebut lalu berkata kepada laki-laki kedua, ‘Berkurbanlah’. Dia menjawab, ‘Aku tidak patut berkurban sesuatu untuk selain Allah ’Azza wa jalla.’ Maka merekapun memenggal lehernya dan dia masuk surga (karena itu).” (HR. Ahmad dalam az-Zuhd, hal.15 dan Abu Nu’aim dalam al-Hilyah 1/203; Ibnu Abi Syaibah dalam al-Mushannaf, 12/358)

Berhala adalah apa yang terpahat dalam sebuah rupa, ia juga disebut al-watsan.
Dalam an-Nihayah dikatakan, “Apapun yang disembah selain Allah, maka ia adalah berhala, bahkan apapun yang menyibukkan dari Allah, maka ia adalah berhala.”

(Mereka berkata, ‘Kurbankanlah walau walaupun hanya seekor lalat.’ Maka di mengurbankan seekor lalat, lalu mereka membiarkan mereka pergi, maka laki-laki ini masuk neraka.”)

Ini menjelaskan menjelaskan bagaimana besarnya masalah syirik walaupun hanya pada sesuatu yang sedikit, dan bahwa ia mewajibkan seseorang masuk neraka, sebagaimana firman Allah ta’ala yang artinya, “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong pun.” (Al-Ma’idah: 72)

Didalam hadits ini terkandung peringatan agar tidak terjatuh kedalam syirik dan bahwa seseorang mungkin terjatuh kedalamnya, sementara dia tidak menyadari bahwa itu adalah syirik yang mewajibkan neraka.

Didalamnya juga terkandung bahwa ia masuk neraka karena sesuatu sebab yang pada awalnya bukan merupakan maksudnya,dia hanya melakukan agar selamat dari ancaman para pemilik berhala.

Didalamnya juga terkandung bahwa laki-laki itu adalah seorang Muslim sebelum itu, jika dia bukan Muslim niscaya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam tidak bersabda, “masuk neraka karena seekor lalat”.

Didalamnya juga terkandung bahwa perbuatan hati merupakan maksud, bahkan dikalangan para penyembah berhala.

Dalam Qurrah al-Uyun dikatakan, “Karena orang tersebut bermaksud kepada selain Allah dengan hatinya, atau dia tunduk dengan perbuatannya, maka wajib baginya neraka.  Dalam riwayat Muslim dari jabir secara marfu’, “Barangsiapa mati dalam keadaan tidak  menyekutukan Allah dengan sesuatu maka dia masuk surga, dan barangsiapa mati dalam keadaan menyekutukan Allah dengan sesuatu maka dia masuk neraka.”  Jika hukuman seperti ini dijatuhkan kepada orang yang berkurban dengan seekor lalat untuk berhala, lalu bagaimana dengan orang yang menggemukan unta, sapi dan kambing untuk dijadikan persembahan dengan penyembelihannya kepada apa yang dia sembah selain Allah, baik orang mati atau orang yang tidak hadir atau taghut atau altar persembahan, atau pohon, batu, atau selainnya? Orang-orang musyrik di akhir mat ii mengganggap bahwasanya ia lebih utama daripada udhhiyah pada waktunya dimana ia disyariatkan padanya, dan bisa jadi sebagian dari mereka merasa cukup dengan hal itu sehingga dia tidak peru menyembelih udhhiyah karena besarnya harapan, keinginan dan pengagungannya kepada apa yang dia sembah selain Allah. Perkara seperti ini, bahkan yang lebih besar darinya telah mewabah.” 

(Kaum tersebut lalu berkata kepada laki-laki kedua, ‘Berkurbanlah’. Dia menjawab, ‘Aku tidak patut berkurban sesuatu untuk selain Allah’Azza wa jalla.)

Ini mengandung keterangan tentang keutamaan tauhid dan ikhlas.
Syaikh Abdurrahman bin hasan dalam Fatul Majid berkata, “Didalamnya terkandung keterangan tentang kadar syirik didalam hati orang-orang Mukmin, bagaimana dia sabar menghadapi pembunuhan dan dia tidak mengabulkan permintaan mereka walaupun yang mereka minta hanyalah perbuatan lahir.”

Kandungan Bab:

  • 1.       Tafsir “Sesungguhnya shalatku dan ibadahku....”
  • 2.       Tafsir “Maka dirikanlah shalat untuk Rabbmu dan berkurbanlah.”
  • 3.       Memulai dengan laknat kepada orang yang menyembelih untuk selain Allah
  • 4.       Melaknat orang yang melaknat bapak ibunya, dan termasuk didalamnya adalah bahwa kamu melaknat bapak ibu seseorang lalu orang itu (balik) melaknat bapak ibumu
  • 5.       M elaknat orang yang melindungi pelaku kejahatan, yaitu seseorang yang melakukan pelanggaran yang terkait dengan hak Allah, lalu dia berlindung kepada orang yang melindunginya (hingga hukum ditegakkan).
  • 6.       Melaknat orang yang merubah patok-patok (batas) tanah, yaitu batas yang membedakan antara tanahmu dan tanah tetanggamu dan merubahnya adalah dengan menggesernya keluar atau kedalam.
  • 7.       Perbeaan antara melaknat orang tertentu dengan melaknat para pelaku kemaksiatan secara umum.
  • 8.       Ini adalah kisah yang besar, yaitu kisah seekor lalat.
  • 9.       Orang  tersebut masuk neraka karena sebab lalat tersebut yang tidak di niatkannya, akan tetapi dia melakukannya agar terbebas dari kejahatan (ancaman) mereka. [-Dalam catatan kaki Fathul Majid dijelaskan-, Yang zahir dia tidak melakukan hal itu agar selamat dari ancaman, jika tidak maka dia masuk neraka, “Kecuali orang yang dipaksa sedangkan hatinya tenang dengan keimanan.”]
  • 10.   Mengetahui kadar syirik didalam hati orang-orang ukmin, bagaimana dia sabar menghadapi pembunuhan dan dia tidak mengabulkan permintaan mereka walaupun yang mereka mintta hanyalah perbuatan lahir.
  • 11.   Bahwa laki-laki itu (sebelum itu) adalah seorang Muslim, jika dia bukan muslim niscaya Nabi shallallahu’alaihi wa sallam tidak bersabda, “Masuk neraka karena seekor lalat.”
  • 12.   Didalamnya terdapat penguatan terhadap hadits shahih, “Surga itu lebih dekat kepada salah seorang dari kalian dari tali sandalnya dan neraka juga demikian.”
  • 13.   Mengetahui bahwa perbuatan hati merupakan maksud paling besar, bahkan dikalangan para penyembah berhala.

[Sumber: Fathul Majid Bab Tentang Menyembelih Untuk Selain Allah, Putaka Sahifa]

Jenis-Jenis Sembelihan :
  • 1.       Sembelihan Ibadah. Yakni seseorang yang menyembelih dalam rangka mendekatkan diri dan mengagungkan Allah Ta’ala. Semisal menyembelih al hadyu saat haji dan mneyembelih hewan kurban saat hari raya kurban.
  • 2.        Sembelihan Syirik. Yakni seseorang yang menyembelih dalam rangka mendekatkan diri kepada selain Allah dalam bentuk ibadah dan pengagungan.  Model yang semacam ini banyak. Di antaranya menyembelih ditujukan kepada jin ketika membangun rumah, atau ketika membangun jembatan agar pembangunan berjalan lancar,dll. Termasuk juga menyembelih yang ditujukan kepada penghuni kubur, berhala, pohon yang dikeramatkan, dll.
  • 3.        Sembelihan Bid’ah. Yakni sembelihan yang tidak ada dasar syariatnya. Semisal menyembelih hewan saat sholat istisqa’, menyembelih saat perayaan acara Maulid,dll.
  • 4.        Sembelihan Mubah. Yakni sembelihan yang tujuannya untuk hal-hal mubah. Seperti menyembelih untuk dimakan dagingnya, untuk dijual dagingnya. Yang demikian ini hukumnya mubah. [Lihat Taisirul Wushuul ilaa Nailil Ma’muul bi Syarhi Tsalatsatil Ushuul 62-63, Syaikh Nu’man bin Abdil Kariim] [dari: Muslim.or.id]

Faisal Choir Blog :

Blog ini merupakan kumpulan Artikel dan Ebook Islami dari berbagai sumber. Silahkan jika ingin menyalin atau menyebarkan isi dari Blog ini dengan mencantumkan sumbernya, semoga bermanfaat. “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (HR. Muslim). Twitter | Facebook | Google Plus

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Menyembelih Tumbal (Menyembelih Untuk Selain Allah) Description: Termasuk syirik Menyembelih untuk selain Allah, Menyembelih Tumbal, kepada jin, kpenghuni kubur wali, membangun jembatan, rumah berhala, pohon yang dikeramatkan, dll. Rating: 5 Reviewed By: samudera ilmu
Scroll to Top