728x90 AdSpace

Pos Terbaru

Anak Meniru Kebiasaan Orangtua

Anak Meniru Kebiasaan Orangtua

بسم الله الرحمن الرحيم, الحمد لله رب العالمين وصلى الله وسلم وبارك على نبينا محمد وآله وصحبه أجمعين, أما بعد:


Seorang Bapak heran melihat anaknya yang masih belum berumur sepuluh tahun sangat berani terhadap istrinya, yaitu ibu dari si anak itu sendiri.

Anak itu suka mencaci, memaki, memukuli ibunya, anak itu suka membanting barang dan pintu jika ia marah kepada ibunya.

Setelah sang bapak perhatikan ternyata, gaya marah, gaya memaki, gaya membanting sama persis dengan apa yang dilakukannya terhadap istrinya, yang tidak lain adalah ibu anak itu sendiri.

Sang suami ini, yang tidak lain adalah bapak dari anak tersebut, memang sering memaki istrinya bahkan tidak sedikit nama-nama binatang keluar dari mulut si suami, sibapak memang sering memukuli istrinya, membanting pintu atau barang jika marah kepada istrinya dan itu dilakukan di depan anak-anaknya.

Kawan pembaca seiman, semoga selalu dalam lindungan Allah Ta’ala…

Ingatlah…anak-anak kita sangat terpengaruh dengan kita; perbuatan, perkataan kita, orang tua mereka.

Dan ini sudah diingatkan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam;

عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّهُ كَانَ يَقُولُ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَا مِنْ مَوْلُودٍ إِلاَّ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ وَيُنَصِّرَانِهِ وَيُمَجِّسَانِهِ كَمَا تُنْتَجُ الْبَهِيمَةُ بَهِيمَةً جَمْعَاءَ هَلْ تُحِسُّونَ فِيهَا مِنْ جَدْعَاءَ ».

Artinya: “Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Tiada dari seorang anak yang terlahirkan kecuali dilahirkan di atas fitrah, lalu kedua orangtunya menjadikan ia seorang Yahudi atau seorang Nasharani atau seorang Majusi, sebagaimana hewan yg dilahirkan dalam keadaan selamat tanpa cacat. Maka, apakah kalian merasakan adanya cacat?”. (HR. Muslim)

Berkata Al Mubarakfury ketika menjelaskan makna “lalu kedua orangtunya menjadikan ia seorang Yahudi atau seorang Nasharani atau seorang Majusi”:

إما للتعقيب وهو ظاهر وإما للتسبب أي إذا كان كذا فمن تغير كان بسبب أبويه غالبا

“Baik karena kesudahan dan ini yang terlihat jelas atau karena sebab, yaitu maksudnya adalah jika terjadi demikian maka siapa yang berubah (seorang anak dari fitrahnya) maka itu adalah sebab kedua orangtuanya secara kebanyakan.” (Lihat kitab Tuhfat Al Ahwadzi)

Ada beberapa kisah shahih yang menunjukkan bahwa anak-anak akan sangat ingat dan akan selalu mencontoh perbuatan orang yang selalu dilihatnya dan bergaul dengannya.

عَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ أَبِى بَكْرَةَ أَنَّهُ قَالَ لأَبِيهِ يَا أَبَةِ إِنِّى أَسْمَعُكَ تَدْعُو كُلَّ غَدَاةٍ اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى بَدَنِى اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى سَمْعِى اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى بَصَرِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ تُعِيدُهَا ثَلاَثًا حِينَ تُصْبِحُ وَثَلاَثًا حِينَ تُمْسِى. فَقَالَ إِنِّى سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يَدْعُو بِهِنَّ فَأَنَا أُحِبُّ أَنْ أَسْتَنَّ بِسُنَّتِهِ.

Artinya: “Abdurrahman bin Abu Bakrah rahimahullah, beliau bertanya kepada bapaknya (Abu Bakrah radhiyallahu ‘anhu): “Wahai bapakku, sungguh aku mendengarmu membaca setiap pagi غَدَاةٍ اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى بَدَنِى اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى سَمْعِى اللَّهُمَّ عَافِنِى فِى بَصَرِى لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنْتَ sebanyak tiga kali ketika pagi dan tiga kali setiap sore?”, abu Bakrah menjawab: “Sungguh aku telah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berdoa dengan bacaan tersebut, maka aku menyukai untuk mengamalkan sunnahnya.” (HR. Abu Daud dan dihasankan oleh Al Albani di dalam kitab Al Adab Al Mufrad.)

عن عمَرَ بْنَ أَبِى سَلَمَةَ يَقُولُ كُنْتُ غُلاَمًا فِى حَجْرِ رَسُولِ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - وَكَانَتْ يَدِى تَطِيشُ فِى الصَّحْفَةِ فَقَالَ لِى رَسُولُ اللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - « يَا غُلاَمُ سَمِّ اللَّهَ ، وَكُلْ بِيَمِينِكَ وَكُلْ مِمَّا يَلِيكَ » . فَمَا زَالَتْ تِلْكَ طِعْمَتِى بَعْدُ .

Artinya: “Umar bin Abu Salamah berkata: “Aku dulu seorang anak kecil di pangkuan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, ketika itu tanganku berseliweran di dalam nampam, lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku: “Wahai Anak, makanlah dengan menyebut nama Allah (basmallah), makanlah dengan tanganmu dan makanlah dari apa yang ada di depanmu”, maka itulah Thu’mati setelah itu.” HR. Bukhari dan Muslim.

Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan “maka itulah Thu’mati setelah itu”:

أي لزمت ذلك وصار عادة لي.

“yaitu, aku selalu melazimkan itu dan menjadi kebiasaan untukku.” (Lihat kitab Fath Al Bary, 9/523.)

Berkata Ibnu Al Atsir rahimahullah menjelaskan “maka itulah Thu’mati setelah itu”;

أي حالتي في الأكل .

“Yaitu, (menjadi) keadaanku di dalam makan.” (Lihat kitab An Nihayah Fi Gharib Al Atsar, 3/282.)

عَنْ أَبِى الْحَوْرَاءِ السَّعْدِىِّ قَالَ قُلْتُ لِلْحَسَنِ بْنِ عَلِىٍّ : مَا تَذْكُرُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم-؟ قَالَ : حَمَلَنِى عَلَى عَاتِقِهِ فَأَخَذْتُ تَمْرَةً مِنْ تَمْرِ الصَّدَقَةِ ، فَأَدْخَلْتُهَا فِى فَمِى فَقَالَ :« أَلْقِهَا ، أَمَا شَعَرْتَ أَنَّا لاَ تَحِلُّ لَنَا الصَّدَقَةُ ».


Artinya: “Abu Al Haura As Sa’dy rahimahullah berkata: “Aku pernah bertanya kepada Al Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma: “Apa yang kamu ingat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam?”, beliau menjawab: “Beliau pernah menggendongku di atas pundaknya, lalu aku mengambil sebiji kurma dari kurma zakat, lalu aku memasukkannya ke dalam mulutku, lalu beliau bersabda: “Keluarkanlah ia (/kurma tersebut dari mulutmu), apakah kamu tidak sadar bahwa tidak halal untuk kita harta zakat).” (HR. Ad Darimy)

Penjelasan dari tiga kisah tersebut:
  • Kisah Anaknya Abu Bakrah rahimahullah wa radhiyallahu ‘anhu yang penasaran kenapa bapaknya selalu mengucapkan doa tersebut setiap pagi dan sore, ini menunjukkan bagaimana seorang anak sangat memperhatikan dan akhirnya mencontoh orangtuanya yang selalu bersama dan dilihatnya.
  • Kisah Umar bin Abu Salamah kecil yang dinasehati Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang tata cara makan, yang akhirnya sampai tua itu sangat membekas kepadanya bahkan hal itu menjadi kebiasaannya dalam makan, hal ini menunjukkan bahwa anak kecil dan secara umum sangat mencontoh orangtua dan yang bersamanya.
  • Kisah Al Hasan bin Ali radhiyallahu ‘anhuma, ketika ditanya yang paling beliau ingat dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kenangan beliau ketika masih kecil bersama beliau, hal ini menunjukkan bahwa kenangan seorang anak terhadap orangtuanya dan orang yang bersamanya sangat membekas di dalam benak anak tersebut.


JADI, JANGANLAH SEORANG SUAMI MEMARAHI ISTRINYA DENGAN KATA-KATA YANG BURUK ATAU KELAKUAN YANG BURUK DAN APALAGI ITU DI LAKUKAN DI DEPAN ANAK-ANAKNYA, YANG AKAN MEREKAM JEJAK BAPAKNYA DAN AKHIRNYA IA MENGIKUTINYA, YANG BERAKIBAT SECARA TIDAK LANGSUNG BAPAK TERSEBUT TELAH MENDIDIK ANAKNYA UNTUK BERANI, MEMAKI, KASAR DAN BAHKAN DURHAKA KEPADA IBUNYA!!!

Dan lisan seorang muslim tidak boleh kasar, kotor dan keji:

عَنْ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « لَيْسَ الْمُؤْمِنُ بِالطَّعَّانِ وَلاَ اللَّعَّانِ وَلاَ الْفَاحِشِ وَلاَ الْبَذِىءِ ».

Artinya: “Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Seorang Mukmin bukanlah seorang yang suka mencaci, suka melaknat, berkata kotor dan keji/kasar.” (HR. Tirmidzi.) 
Semoga bermanfaat. Wallahu a’lam.

Ditulis oleh Ustadz Ahmad Zainuddin

Faisal Choir Blog :

Blog ini merupakan kumpulan Artikel dan Ebook Islami dari berbagai sumber. Silahkan jika ingin menyalin atau menyebarkan isi dari Blog ini dengan mencantumkan sumbernya, semoga bermanfaat. “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (HR. Muslim). Twitter | Facebook | Google Plus

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Anak Meniru Kebiasaan Orangtua Description: Rating: 5 Reviewed By: samudera ilmu
Scroll to Top