Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin rahimahullah ditanya tentang hikmah dibalik adanya kemaksiatan dan kekafiran ?
Beliau rahimahullah menjawab : Hikmah adanya kemaksiatan dan kekafiran banyak, diantaranya :
Pertama : Menyempurnakan kalimat Allah ta’ala, diamana Dia berjanji akan memenuhi neraka.
Allah ta’ala berfirman : “Akan tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat”(Huud : 18)“Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Rabbmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Rabbmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan; sesungguhnya Aku akan memenuhi neraka jahannam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya.”(Huud : 19).
Kedua : Untuk menampakkan hikmah Allah ta’ala dan kemampuan-Nya, dimana Dia membagi hamba menjadi dua bagian : hamba yang ta’at dan hamba yang durhaka. Pembagian ini menjelaskan hikmah Allah azza wa jalla, karena ketaatan memiliki orang-orang yang melaksanakannya, demikian pula kemaksiatan memiliki orang-orang yang melakukannya.
Allah ta’ala berfirman : “Allah lebih mengetahui dimana Dia menempatkan tugas kerasulan.” (Al An’am : 124). Dia berfirman : “Dan orang-orang yang mendapat petunjuk Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan kepada mereka (balasan) ketaqwaannya.” (Muhammad : 17). Mereka ini adalah ahli ketaatan. Dan Allah ta’ala berfirman : “Dan adapun orang yang di dalam hati mereka ada penyakit , maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka, di samping kekafirannya (yang telah ada) dan mereka mati dalam keadaan kafir.” (At Taubah : 125). Dia berfirman : “Maka tatkala mereka berpaling (dari kebenaran), Allah memalingkan hati mereka.” (Ash Shaaf : 5). Mereka ini adalah ahli maksiat.
Maka dengan adanya pembagian ini jelaslah qudrah (kemampuan) Allah ta’ala, yang mana tidak ada seorangpun yang mampu melakukannya kecuali Allah ta’ala. Sebagaimana firman-Nya : “Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siap yang dikehendaki-Nya.” (Al Baqarah : 272). Dan Dia berfirman : “Sesungguhnya kamu tidak akan dapat memberi petunjuk kepada orang yang kamu kasihi, tetapi Allah memberi petunjuk kepada orang yang dikehendaki-Nya, dan Allah lebih mengetahui orang-orang yang mau menerima petunjuk.” (Al Qashshas : 56).
Ketiga : Supaya jika orang yang ta’at itu melihat ahli maksiat maka dia mengetahui dengan jelas akan kedudukan nikmat Allah berupa ketaatan kepadanya.
Allah ta’ala berfirman : “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (Ali Imran : 164).
Kelima : Seorang hamba jika terjatuh dalam perbuatan maksiat kemudian Allah beri anugerah untuk bertaubat, maka akan semakin bertambah inabah (kembali ta’at) kepada Allah dan ketergantunagan hatinya kepada-Nya. Dan bisa jadi keadaan hamba setelah taubat jadi lebih sempurna daripada sebelum terjatuh pada kemaksiatan, dimana akan hilang rasa tertipu dengan diri sendiri dan ujub. Dia juga mengetahui akan sangat butuhnya seorang hamba kepada Rabbnya.
Keenam : Ditegakkan jihad dan amar ma’ruf nahi munkar. Seandainya tidak ada kemaksiatan dan kekafiran maka tidak akan ditegakkan jihad dan amar ma’ruf nahi mungkar.
Dan hikmah-hikmah serta mashlahat yang lainnya, dan Allah memiliki hikmah dalam setiap ciptaanNya.
[Majmuu’ Fataawa wa Rasaa-il Fadhilatusy Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin, jilid : 2, hal : 104-106] Sumber: http://abukarimah.wordpress.com/
Artikel lain:
0 komentar:
Posting Komentar