Umur yang telah berlalu tentu tidak mungkin kembali lagi.
Ada yang berkata kepada Muhammad bin Wasi’,
Al Hasan (Al Bashri) mengatakan,
Beliau juga mengatakan,
Beliau mengatakan pula,
Daud Ath Tho’i mengatakan,
Sebagian salaf menuliskan nasehat pada saudaranya,
سبيلك في الدنيا سبيل مسافر == ولا بـد من زاد لكل مسافر
ولا بد للإنسان من حمل عدة == ولا سيما إن خاف صولة قاهر
Perjalananmu di dunia seperti perjalanan seorang musafir. Setiap musafir haruslah memiliki bekal.
Setiap orang haruslah memiliki persiapan, apalagi jika dia takut tidak akan sampai pada Rabb Yang Maha Tinggi.
Sebagian salaf pun ada yang melantunkan sya’ir:
فاعمل لنفسك قبل الموت مجتهدا == فإنما الربح والخسران في العملِ
Beramallah untuk dirimu dengan sungguh-sungguh sebelum datang kematianmu. Karena keberuntungan dan kerugian di akhirat tergantung pada amalmu.
(Faedah dari Ibnu Rojab di Jami’ul ‘Ulum wal Hikam)
Mengenai umur akan ada dua pertanyaan
Pertanyaan pertama mengenai keadaan di waktu muda atau dewasa.
Pertanyaan kedua mengenai umur secara keseluruhan.
Oleh karena itu, dua telapak kaki manusia tidak akan beranjak pada hari kiamat hingga dia ditanyakan mengenai lima hal, di antaranya:
Mengenai umurnya di mana dia habiskan [?]
Mengenai waktu mudanya untuk apa dia gunakan [?]
Siapkanlah jawaban yang benar untuk pertanyaan tersebut!
Renungkanlah Umurmu!
Berapa umur yang telah berlalu darimu?
Apakah umurmu yang telah lewat engkau gunakan untuk hal yang bermanfaat?
Ataukah untuk hal yang sia-sia?
Imam Asy Syafi’i pernah ditanyakan oleh seseorang mengenai umurnya, lalu beliau menjawab:
Imam Malik juga pernah ditanyakan hal ini (yaitu mengenai umurnya), lantas beliau menjawab:
Renungkanlah Umurmu!
Jika memang engkau masih muda, sungguh amat jelek jika engkau menghabiskan umurmu hanya untuk bersenang-senang dan sering gegabah.
Jika engkau sudah berusia senja, maka hendaklah engkau memperbaiki hal-hal yang telah engkau lalaikan. Sungguh amatlah jelek, jika orang yang sudah berusia senja malah ingin bersenang-senang saja.
Renungkanlah Perkataan:
Engkau ingin jadi seperti apa dari dua golongan ini?
Aku berdiam beberapa saat dalam waktu yang lumayan lama.
Setelah selesai merenungkan, aku begitu takjub dengan sejarah hidup yang kubaca dari manusia pilihan yang begitu tersohor kabar tentang mereka.
Kitab-kitab mereka pun tersebar di berbagai penjuru dunia.
Di antara manusia-manusia istimewa ini ada yang berusia muda dan ada juga yang berusia tua.
Para ulama pun mengajarkan karya mereka pada para penuntut ilmu.
[Berikut sejarah dua golongan tersebut]
Coba kita perhatikan Asy Syaikh Hafizh Hakamiy rahimahullah
Beliau memiliki banyak karya tulis dalam aqidah dan ilmu lainnya.
Pasti engkau akan kagum dengan sejarah hidupnya.
Lihatlah beliau lahir pada tahun 1342 H dan meninggal dunia pada tahun 1377 H!
Berapa umur beliau ketika meninggal dunia?
Umurnya hanya 35 tahun saja.
Begitu besar pengaruhnya bagi manusia (melalui karya-karyanya) dan dia mati dalam usia muda.
Bagaimana jika dia hidup dalam waktu yang lebih lama lagi [?]
Sebelum Al Hakami, ada pula Al Imam An Nawawi rahimahullah
Beliau memiliki karya tulis yang amat banyak. Beliau meninggal dunia pada usia 45 tahun.
Stop!
Kita berhenti membicarakan sejarah ulama yang mati dalam usia muda di atas, namun meninggalkan karya yang bermanfaat bagi umat. Sekarang, marilah kita beralih ke sejarah sebagian ulama yang menuntut ilmu setelah usia 40 tahun.
Ingatlah, tidak ada usia muda dalam menuntut ilmu. Begitu pula tidak ada usia tua dalam belajar dan mendalami agama ini.
Lihatlah pada biografi Syibl bin ‘Abbad Al Makkiy. Beliau menuntut ilmu agama setelah berusia 50 tahun.
Lihatlah pula kehidupan Abi Nashr At Tammaar beliau melakukan perjalanan dalam menuntut ilmu setelah usia 60 tahun.
Perhatikanlah kehidupan Asy Syaikh Hafizh Hakamiy, bagaimana pengaruh beliau bagi umat melalui karyanya? Bukankah mendatangkan banyak manfaat?
Renungkan pula perjalanan hidup orang-orang pilihan di atas yang belajar dan menuntut ilmu baru setelah berusia senja, namun lihatlah jejak-jejak melalui karya mereka yang ditinggalkan bagi umat ini?
Tidak ada udzur lagi bagimu ketika engkau menyia-nyiakan umurmu.
Sudah seharusnya engkau memperhatikan umurmu dan selalu melihat bagaimana orang lain memanfaatkan umurnya.
Bakr bin ‘Abdillah mengatakan, “Jika engkau melihat orang yang lebih tua darimu, maka katakanlah: Orang ini lebih beriman dan lebih banyak memiliki amal sholeh dariku, maka dia lebih baik dariku. Namun jika engkau melihat orang yang lebih muda darimu, maka katakanlah: Aku lebih banyak berbuat dosa dan maksiat daripada dia, maka dia lebih baik dariku.”
Jika engkau masih berada di usia muda, maka janganlah katakan: jika berusia tua, baru aku akan beramal.
Jika engkau sudah berada di usia tua, apa lagi yang engkau tunggu [?]
Setelah usia tua yang ada hanya kematian yang menunggu [!]
Sungguh menyenangkan jika seseorang bergegas melalukan kebaikan lalu dia meninggalkan bekas sehingga ada yang memanfaatkannya.
Beramallah untuk dirimu sebelum datang kematianmu. Ingatlah, dzikir bagi seseorang adalah umur kedua baginya.
Penulis: Muhammad Abduh Tuasikal
Artikel http://rumaysho.com
0 komentar:
Posting Komentar