728x90 AdSpace

Pos Terbaru

Buah Indah Mengikuti Sunnah

Buah Indah Mengikuti Sunnah

Oleh: Ustadz Arif Fathul Ulum bin Ahmad Saifullah, Lc
 

Ittiba' Kepada Sunnah Merupakan Sebab Diterimanya Setiap Amalan

Telah kita ketahui bersama bahwa dua prinsip dasar yang harus selalu beriringan dalam melandasi suatu amal agar diterima oleh Allah 'Azza wa jalla adalah keikhlasan dan mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Sebaliknya, apabila salah satu dari keduanya hilang maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah 'Azza wa jalla, dan hendaknya kita khawatir kalau-kalau suatu amal shalih yang kita kerjakan akan ditolak atau tidak diterima oleh Allah 'Azza wa jalla.

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ عَمِلَ عَمَلًا لَيْسَ عَلَيْهِ أَمْرُنَا فَهُوَ رَدٌّ

"Barangsiapa yang melakukan amalan yang tidak berdasarkan urusan dari kami maka dia adalah tertolak." (Diriwayatkan oleh Muslim di dalam Shahih-nya: 3243)

Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu keutamaan terbesar dalam ittiba'us sunnah (mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam) adalah diterimanya suatu amalan.

Imam Ibnu Qudamah rahimahullah, berkata, "Dalam mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam terdapat keberkahan dalam mengikuti syari'at, meraih keridhaan Allah 'Azza wa jalla, meninggikan derajat, menenteramkan hati, menenangkan badan, menjadikan setan marah, dan berjalan di atas jalan yang lurus." (Dinukil dari Dharuratul Ihtimam hlm. 43)

Keselamatan Dari Perselisihan

Ketika kaum muslimin ittiba' kepada sunnah maka berarti mereka telah mengambil jalan keselamatan dari perselisihan yang tercela. Perselisihan yang tercela adalah yang seorang tidak akan selamat darinya kecuali dengan menaati Allah dan Rasul-Nya. Allah Ta'ala berfirman:

وَأَطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ وَلا تَنَازَعُوا فَتَفْشَلُوا وَتَذْهَبَ رِيحُكُمْ وَاصْبِرُوا إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّابِرِينَ

Dan taatlah kepada Allah dan rasul-Nya dan janganlah kamu berbantah-bantahan, yang menyebabkan kamu menjadi gentar dan hilang kekuatan-mu. Dan bersabarlah, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. al-Anfal [8]: 46)

Di dalam ittiba' kepada sunnah terdapat ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya dan itu adalah jalan keselamatan dari perselisihan yang tercela. Diriwayatkan dari al-Irbadh bin Sariyah Radhiyallahu 'anhu  bahwa ia berkata:

فَسَلَّمْنَا وَقُلْنَا أَتَيْنَاكَ زَائِرِينَ وَعَائِدِينَ وَمُقْتَبِسِينَ فَقَالَ الْعِرْبَاضُ وَعَظَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَوْعِظَةً، وَذَرَفَتْ مِنْهَا الْعُيُونُ، فَقُلْنَا يَا رَسُولَ اللَّهِ كَأَنَّهَا مَوْعِظَةُ مُوَدِّعٍ فَأوْصِنَا، قَالَ أُوصِيكُمْ بِتَقْوَى اللَّهِ وَالسَّمْعِ وَالطَّاعَةِ وَإِنْ تَأَمَّرَ عَلَيْكُمْ عَبْدٌ، وَإِنَّهُ مَنْ يَعِشْ مِنْكُمْ بَعْدِي فَسَيَرَى اخْتِلَافًا كَثِيرًا، فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ، تَمَسَّكُوا بِهَا وَعَضُّوا عَلَيْهَا بِالنَّوَاجِذِ، وَإِيَّاكُمْ وَمُحْدَثَاتِ الْأُمُورِ، فَإِنَّ كُلَّ مُحْدَثَةٍ بِدْعَةٌ وَكُلَّ بِدْعَةٍ ضَلَالَةٌ

"Pada suatu hari, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam shalat bersama kami kemudian beliau menghadap kepada kami, lain memberikan nasihat kepada kami dengan nasihat yang membekas pada jiwa, yang menjadikan air mata berlinang dan membuat hati menjadi takut, maka seseorang berkata, 'Wahai Rasulullah! Seolah-olah ini adalah nasihat dari orang yang akan berpisah, maka apakah yang engkau wasiat-kan kepada kami?' Maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, 'Aku wasiatkan kepada kalian agar tetap bertakwa kepada Allah, tetaplah mendengar dan taat, walaupun yang memerintah kalian adalah seorang budak dari Habasyah. Sungguh, orang yang masih hidup di antara kalian sepeninggalku, niscaya ia akan melihat perselisihan yang banyak, maka wajib atas kalian berpegang teguh dengan sunnahku dan sunnah Khulafaurrasyidin yang mendapat petunjuk. Peganglah erat-erat dan gigitlah ia dengan gigi geraham kalian. Dan jauhilah oleh kalian setiap perkara yang baru (dalam agama), karena sesungguhnya setiap perkara yang baru itu adalah bid'ah, dan setiap bid'ah itu adalah sesat." [1]

Maka buah pertama dari ittiba' sunnah adalah selamat dari perselisihan yang tercela. Imam Abu Hatim Ibnu Hibban rahimahullah berkata:

فِي قَوْلِهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي عِنْدَ ذِكْرِهِ الإِخْتِلاَفَ الَّذِي يَكُوْنُ فِي أُمَّتِهِ بَيَانٌ وَاضِحٌ أَنْ مَنْ وَاظَبَ عَلَى السُّنَنِ قَالَ بِهَا وَلَمْ يَعْرُجْ عَلَى غَيْرِهَا مِنَ الآرَاءِ مِنَ الْفِرَقِ النَّاجِيَةِ فِي الْقِيَامَةِ جَعَلَنَا اللهُ مِنْهُمْ بِمَنَّهِ

"Di dalam sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam 'wajib atas kalian  berpegang teguh  dengan  sunnahku' ketika beliau menyebutkan perselisihan yang terjadi umatnya: terdapat penjelasan yang gamblang bahwa siapa yang selalu membiasakan diri dengan sunnah-sunnah, berkata dengannya dan tidak mengikuti selain sunnah dari pendapat-pendapat maka dia termasuk kelompok-kelompok yang selamat pada hari Kiamat -semoga Allah menjadikan kita termasuk mereka dengan karunia-Nya- ." (Shahih Ibnu Hibban 1/179)

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, "Sebagaimana tidak ada generasi yang lebih sempurna dari generasi para sahabat, maka tidak ada pula kelompok setelah mereka yang lebih sempurna dari para pengikut mereka. Maka dari itu, siapa saja yang lebih kuat dalam mengikuti hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan sunnahnya, serta jejak para sahabat, maka ia lebih sempurna. Kelompok yang seperti ini keadaannya akan lebih utama dalam hal persatuan, petunjuk, berpegang teguh dengan tali (agama) Allah, dan lebih terjauhkan dari perpecahan, perselisihan, dan fitnah. Dan barangsiapa yang menyimpang jauh dari itu (sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan jejak para sahabat), maka ia akan semakin jauh dari rahmat Allah dan semakin terjerumus ke dalam fitnah." (Minhajus Sunnah 6/368)

Mendapat Hidayah dan Selamat Dari Kesesatan

Ketika seorang muslim ittiba' kepada sunnah maka dia telah berusaha mendapatkan hidayah dan menyelamatkan diri dari kesesatan. dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu bahwasanya Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, bersabda:

إِنِّيْ قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُمْ شَيْئَيْنِ لَنْ تَضِلُّوْا بَعْدَهُمَا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّتِيْ، وَلَنْ يَتَفَرَّقَا حَتَّى يَرِدَا عَلَيَّ الْحَوْضَ

"Sesungguhnya aku telah meninggalkan pada kalian dua perkara yang kalian tidak akan sesat selama-lamanya: Kitabullah dan sunnahku, dan tidak akan berpisah keduanya hingga keduanya mengantarku ke telaga."[2]

Dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'anhuma bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda ketika berkhotbah di waktu haji Wada':

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنِّيْ قَدْ تَرَكْتُ فِيْكُمْ مَا إِنِ اعْتَصَمْتُمْ بِهِ فَلَنْ تَضِلُّوْا أَبَدًا: كِتَابَ اللهِ وَسُنَّةَ نَبِيِّهِ

"Wahai manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan pada kalian apa yang jika kalian berpegang teguh dengannya maka kalian tidak akan sesat selama-lamanya: Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya."[3]

Dari Amr bin Auf Radhiyallahu 'anhu dia berkata, "Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

تَرَكْتُ فِيكُمْ أَمْرَيْنِ لَنْ تَضِلُّوا مَا تَمَسَّكْتُمْ بِهِمَا : كِتَابَ اللَّهِ  وَسُنَّةُ نَبِيِّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ

"Aku telah meninggalkan pada kalian dua perkara yang jika kalian berpegang teguh dengan keduanya maka kalian tidak akan sesat selama-lamanya: Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya."[4]

Hadits-hadits di atas menjelaskan bahwa ittiba' kepada sunnah adalah penyelamat dari kesesatan dan sekaligus di dalamnya terdapat berita gembira yang agung bahwa Kitabullah dan sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam akan memberikan hidayah menuju telaga Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari Kiamat. Imam Malik rahimahullah berkata:

السُّـنَّةُ سَفِيْنَةُ نُوْحٍ، مَنْ رَكِبَهَا نَـجَا، وَمَنْ تَـخَلَّفَ عَنْهَا هَلَكَ

"As-Sunnah adalah bahtera Nuh, siapa saja yang menaikinya maka dia selamat dan siapa saja yang tertinggal maka dia binasa." (Diriwayatkan oleh al-Harawi di dalam Dzammul Kalam 4/124 dan al-Khathib di dalam Tarikh Baghdad 7/336)

Mendapatkan Agama Secara Utuh

Jika engkau ittiba' kepada sunnah maka engkau akan mendapatkan ad-din (agama) ini secara keseluruhannya, karena ad-din maknanya adalah hendaknya engkau tidak beribadah kecuali hanya kepada Allah dan hendaknya engkau tidak beribadah kepada Allah kecuali dengan apa yang Allah syari'atkan, dan tidaklah ada jalan bagi kita untuk mengetahui syara' kecuali dengan al-Qur'anul Karim dan as-Sunnah Nabawiyyah, karena ibadah adalah tauqifiyyah (bergantung kepada nash-nash al-Qur'an dan as-Sunnah).

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullah berkata, "Karena inilah maka para fuqaha berkata: Ibadah-ibadah landasannya atas tauqif sebagaimana di dalam Shahihain dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'anhu, bahwasanya dia mencium Hajar Aswad dan mengatakan:

وَاللهِ إِنِّي لأَعْلَمُ أَنَّكَ حَجَرٌ لَا تَضُرُّ وَلَا تَنْفَعُ وَلَوْلَا أَنِّي رَأَيْتُ رَسُلَ اللهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُقَبِّلُكَ لَمَا قَبَّلْتُكَ

'Demi Allah, sesungguhnya saya mengetahui bahwa sesungguhnya engkau adalah batu yang tidak bisa memudaratkan dan memberi manfaat, seandainya saya tidak melihat Rasulullah menciummu maka saya tidak akan menciummu.'

Dan Allah 'Azza wa jalla memerintahkan kita agar ittiba' (mengikuti) Rasul, menaatinya, loyal kepada-nya, dan mencintainya, dan agar hendaknya Allah dan Rasul-Nya lebih kita cintai daripada apa-apa yang selain keduanya, dan Dia menjamin kepada kita dengan menaati Rasul-Nya dan mencintainya maka kita akan mendapatkan kecintaan Allah dan kemuliaan dari-Nya. Allah Ta'ala berfirman:

قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." (QS. Ali Imran [3]: 31)

Dan Allah Ta'ala berfirman: .

وَإِنْ تُطِيعُوهُ تَهْتَدُوا

Dan jika kamu taat kepadanya, niscaya kamu mendapat petunjuk. (QS. an-Nur [24]: 54)

Dan Allah Ta'ala berfirman:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. (QS. an-Nisa' [4]: 13)

Dan ayat-ayat yang semisal hal itu di dalam al-Qur'an banyak sekali, dan tidak selayaknya bagi seorang pun keluar di dalam hal ini dari apa-apa yang dijelaskan oleh sunnah, dibawa oleh syari'at, dan yang ditunjukkan oleh al-Kitab dan as-Sunnah dan jalan yang ditempuh oleh salaful ummah, apa yang dia ketahui maka dia berucap dengannya, apa yang dia tidak mengetahui maka dia menahan diri darinya dan tidak mengikuti apa-apa yang dia tidak mengetahui ilmunya, dan tidak mengatakan atas Allah apa-apa yang dia tidak mengetahuinya karena Allah Tabaraka wa Ta'ala, telah mengharamkan itu semua." (Majmu' Fatawa 1/334)

Mengangkat Kerendahan dan Kehinaan Umat

Dengan ittiba' kepada sunnah maka akan terangkatlah kehinaan dan kerendahan umat ini karena sunnah adalah agama, sedangkan meninggalkan agama adalah sebab kehinaan dan kerendahan.

Dari Ibnu Umar Radhiyallahu 'anhuma dia berkata, "Saya mendengar Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمْ الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلًّا لَا يَنْزِعُهُ حَتَّى تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ

"Jika kalian telah berjual beli dengan cara 'inah[5], disibukkan oleh ternak dan tanaman, dan kalian tinggalkan jihad fi sabilillah, maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada kalian, Allah tidak akan mencabut kehinaan itu dari kalian sampai kalian kembali kepada agama kalian."[6]

Kembali kepada agama adalah kembali kepada sunnah karena sunnah merupakan representasi resmi dari Islam sebagaimana dikatakan oleh Imam Bisyr bin Harits rahimahullah, "Islam adalah sunnah, dan sunnah adalah Islam." (Syarhu Sunnah hlm. 126)

Di dalam hadits di atas Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam menyatakan bahwa jika umat Islam telah menjauh dari agama dengan melakukan mu'amalah-mu'amalah yang diharamkan, terperdaya dengan dunia, dan meninggalkan jihad, maka Allah akan menimpakan kehinaan kepada mereka. Allah tidak akan mencabut kehinaan itu sampai mereka kembali kepada agama mereka. Maka dengan kembali kepada sunnah -yang merupakan Islam yang murni- akan terangkatlah kehinaan dan kerendahan kaum muslimin.

Di dalam "hadits Jibril" yang masyhur setelah menyebutkan tentang Islam, Iman, dan Ihsan, maka Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ini adalah Jibril, datang kepada kalian untuk mengajarkan perkara-perkara agama kalian." Barangsiapa yang ingin kembali kepada agama maka hendaknya dia mempelajari perkara-perkara yang terkandung dalam hadits Jibril, dari rukun-rukun Islam, Iman, dan Ihsan. Adapun siapa yang meninggalkan perkara-perkara di atas dan menjadikan perkataannya semuanya dari kaum sekuler, liberalis, dan orang-orang kafir, maka dia telah menjerumuskan dirinya dan umat Islam ke dalam kehinaan dan kerendahan.

Maka berjalanlah, wahai saudaraku, di atas jalan yang lurus. Ittiba'-lah kepada sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. Bersemangatlah untuk menegakkan peribadahan kepada Allah, dan percayalah bahwa jika Engkau berjalan di atas hal ini, maka Engkau telah memperbaiki dirimu dan memperbaiki keluargamu. Baiknya keluarga adalah baiknya masyarakat, baiknya masyarakat adalah baiknya umat, dan baiknya umat adalah baiknya alam semesta dengan izin Allah Ta'ala.

Didalam Sunnah Didapatkan Kesempurnaa Akhlaq dan Kemuliaannya

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَـمِّمَ صَالِحَ الْأَخْلاَقِ

"Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan kebaikan akhlak."

Imam Ibnu Abdil Barr rahimahullah berkata di dalam at-Tamhid (24/334), "Ini adalah hadits ahli Madinah yang shahih, masuk ke dalam makna hadits ini kebaikan semuanya, agama, keutamaan, muruah, kebajikan, dan keadilan, maka dengan itulah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus untuk menyempurnakannya.

Para ulama telah berkata, 'Sesungguhnya ayat yang paling lengkap mengumpulkan kebajikan, keutamaan, dan kemuliaan akhlak adalah firman Allah 'Azza wa jalla:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالإحْسَانِ وَإِيتَاءِ ذِي الْقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُونَ

Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah rnelarang dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran. (QS. an-Nahl [16]: 90).

Telah sampai riwayat kepada kami dari Aisyah Radhiyallahu'anha yang disebutkan Ibnu Wahb dan yang lain-nya bahwasanya dia berkata, 'Kemuliaan-kemuliaan akhlak adalah kejujuran ucapan, kejujuran kepada manusia, memberi kepada peminta, membalas kebaikan, menjaga amanah, silatur-rahim, berkhidmah kepada sahabat, menjamu, tamu, dan rasa malu adalah penghulunya.' Sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah ad-din (agama), ia adalah penjelas apa yang ada di dalam al-Qur'an, dan akhlak Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam adalah al-Qur'an sebagai-mana dikatakan Ummul mukminin Aisyah radhiyallahu'anha."

Penyelamat dari Fitnah dan Azab yang Pedih

Dengan engkau ber-ittiba' kepada sunnah maka berarti engkau telah menyelamatkan dirimu dari fitnah dan adzab yang pedih, Allah Tabaraka wa Ta'ala berfirman:

لا تَجْعَلُوا دُعَاءَ الرَّسُولِ بَيْنَكُمْ كَدُعَاءِ بَعْضِكُمْ بَعْضًا قَدْ يَعْلَمُ اللَّهُ الَّذِينَ يَتَسَلَّلُونَ مِنْكُمْ لِوَاذًا فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Janganlah kamu jadikan panggilan Rasul di antara kamu seperti panggilan sebagian kamu kepada sebagian (yang lain). Sesungguhnya Allah telah mengetahui orang-orang yang berangsur-angsur pergi di antara kamu dengan berlindung (kepada kawannya), maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa adzab yang pedih. (QS. an-Nur [24]: 63)

Setiap orang yang menyelisihi Rasul, menyalahi perintah Rasul, maka hendaknya dia takut akan ditimpa fitnah sehingga kekufuran masuk di dalam hatinya, kemunafikan masuk di dalam hatinya, atau dia terjerumus ke dalam bid'ah-bid'ah sehingga ditimpa adzab yang pedih dengan sebab itu semua!

Maka di antara keutamaan ittiba' sunnah adalah keselamatan dari fitnah dan adzab yang pedih.

Seorang laki-laki datang kepada Imam Malik rahimahullah seraya berkata, "Wahai Imam, saya hendak pergi umrah." Maka Imam Malik berkata, "Berumrahlah!" Orang tersebut berkata, "Saya ingin berihram untuk umrah dari Madinah dari Masjid Nabawi." Imam Malik berkata, "Wahai anakku, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam berumrah dari Dzul Hulaifah dan umrahmu dari masjid menyelisihi sunnah, saya mengkhawatirkan fitnah menimpamu jika engkau melakukan ini." Lalu beliau membaca ayat:

فَلْيَحْذَرِ الَّذِينَ يُخَالِفُونَ عَنْ أَمْرِهِ أَنْ تُصِيبَهُمْ فِتْنَةٌ أَوْ يُصِيبَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ

Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah-Nya takut akan ditimpa fitnah atau ditimpa adzab yang pedih. (QS. an-Nur [24]: 63)

Mendapatkan Kebahagiaan di Dunia dan di Akherat Serta Selamat dri Neraka

Allah Ta'ala telah menjamin kebahagiaan di dunia dan di akhirat bagi siapa saja yang mengikuti petunjuk-Nya dan mengancam orang yang berpaling dari petunjuk-Nya dengan kesengsaraan di dunia dan di akhirat. Allah Ta'ala berfirman:

فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلا يَضِلُّ وَلا يَشْقَى . وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى

Maka jika datang kepadamu petunjuk daripada-Ku, lalu barangsiapa yang mengikut petunjuk-Ku, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta. (Thaha [20]: 123-124)

Barangsiapa yang mengikuti sunnah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam maka dia telah mengikuti petunjuk Allah dan akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Allah Ta'ala berfirman:

وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ يُدْخِلْهُ جَنَّاتٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ

Barangsiapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam surga yang mengalir didalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. (QS. an-Nisa' [4]: 13)

Penutup

Inilah yang bisa kami paparkan di dalam bahasan ini dari sebagian keutamaan-keutamaan ittiba' kepada sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam, dan kami akhiri bahasan ini dengan sebuah kalimat yang agung dari Imam Ibnu Hibban rahimahullah:

"Sesungguhnya di dalam menetapi sunnah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam terdapat kesempurnaan keselamatan dan segala kemuliaan yang cahayanya tidak pudar dan hujjah-hujjahnya tidak patah. Barangsiapa yang berpegang dengan sunnah maka dia akan terjaga, dan barangsiapa yang menyelisihi sunnah maka dia adalah tercela karena sunnah adalah benteng yang kokoh, rukun yang teguh yang keutamaannya jelas dan talinya kokoh. Barangsiapa yang berpegang teguh dengannya maka dia akan menjadi pemuka, dan barangsiapa yang memilih untuk menyelisihinya maka dia akan celaka. Maka orang-orang yang bergantung dengannya adalah para pemilik kebahagiaan di akhirat yang manusia semua iri kepadanya di dunia." (Shahih Ibnu Hibban 1/102)

Akhirnya, kita memohon kepada Allah agar menjadikan kita semua termasuk orang-orang yang mengikuti sunnah dan mengamalkannya dan agar menjauhkan kita semua dari jalan-jalan orang-orang yang menyelisihi sunnah. Amin.[]

وَاللهُ أَعْلَمُ بِالصَّوَابِ


[Disalin dari Majalah Al-Furqon, No. 127 Ed.1 Th. ke-12_1433_2012]
Sumber:  http://ibnumajjah.com/
________________

[1].     Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Musnad-nya 7/126-127, Abu Dawud no. 4607 dan ini lafazhnya, at-Tirmidzi no. 2676, dan Ibnu Majah no. 42, dan berkata at-Tirmidzi, "Hadits ini hasan shahih." Hadits ini dishahihkan juga oleh Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani dalam Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah no. 937 dan 2735 dan dalam Irwa’ul Ghalil 8/107-109 no. 2455

[2].     Diriwayatkan oleh Daruquthni di dalam Sunan-nya 5/440 dan al-Hakim di dalam Mustadrak-nya 1/172 dan dishahih-kan oleh Syaikh Albani di dalam Shahih al-Jami': 2937.

[3].     Diriwayatkan oleh al-Hakim di dalam Mustadrak-nya 1/171 dan Baihaqi di dalam Sunan Kubra 10/114 dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Takhrij Fiqih Sirah hlm. 456.

[4].     Diriwayatkan oleh Malik dalam Muwaththa' 5/1323 dan dihasankan oleh Syaikh Albani di dalam Takhrij Misykat 1/40

[5].     'Inah adalah jika A menjual barang kepada B dengan pembayaran di belakang (terhutang), A menyerahkan barang tersebut kepada B, kemudian A membeli barang itu dari B sebelum menerima uang pembavaran dari B dengan har-ga yang lebih rendah dari harga sebelumnya dengan cara kontan. Jika hal dilakukan dengan kesepakatan keduanya maka hukumnya adalah batil.

[6].     Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Sunan-nya: 3462, Baihaqi dalam Sunan Kubra 5/316, dan Thabarani dalam Musnad Syamiyyin hlm. 464 dan dishahihkan oleh Syaikh Albani dalam Silsilah Shahihah: 11

Faisal Choir Blog :

Blog ini merupakan kumpulan Artikel dan Ebook Islami dari berbagai sumber. Silahkan jika ingin menyalin atau menyebarkan isi dari Blog ini dengan mencantumkan sumbernya, semoga bermanfaat. “Barangsiapa yang mengajak kepada petunjuk, maka baginya ada pahala yang sama dengan pahala orang yang mengikutinya dan tidak dikurangi sedikitpun juga dari pahala-pahala mereka.” (HR. Muslim). Twitter | Facebook | Google Plus

  • Blogger Comments
  • Facebook Comments

0 komentar:

Posting Komentar

Item Reviewed: Buah Indah Mengikuti Sunnah Description: Rating: 5 Reviewed By: samudera ilmu
Scroll to Top